Anda di halaman 1dari 32

Pembagian Harta Warisan

Menurut Hukum Islam


Sebab –sebab menjadi
Harta warisan
Ahli Waris

Ahli Waris
Istilah, hukum,
rukun, syarat, dan
dalil dalam
MAWARIS MAWARIS Ketentuan Bagian
Warisan

WARISAN DALAM Ketentuan Keluarga


UU NO. 7 (1989 ) Inti / Utama

PENGHITUNGAN WARISAN
dan Contoh
Istilah –istilah yang terkait dengan Mawaris
 Mawaris : hal – hal yang berhubungan dengan ahli waris dan harta
warisan.
 Ilmu faraidh : ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara
membagi harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya.
Tujuan ilmu faraidh diajarkan agar dalam pembagian harta warisan dilakukan
secara adil, tidak ada ahli waris yang merasa dirugikan sehinnga tidak akan
terjadi perselisihan.
 Dzawil Furud : Ahli waris yang bagian warisannya sudah ditentukan
berdasarkan Quar’an dan Hadis
 Hajib Hirman : Ahli waris yang tidak mendapat harta warisan karena terhalang
oleh ahli waris yang lebih dekat hubungannya dengan orang yang
meninggalkan warisan
 Hajib Nuqson : Ahli waris yang berkurang bagian warisannya kare na adanya
ahli waris lain
Istilah –istilah yang terkait dengan Mawaris
 Ashobah : Ahli waris yang menjadi penghabis sisa harta warisan
 Ashobah ada 3 :

1 Ashobah Bin Nafsi : Ahli waris yang menjadi penghabis sisa harta
warisan secara otomatis. Ashobah ini dari jalur ahli waris laki-laki
2. Ashobah Bil Ghoir : Ahli waris yang menjadi penghabis harta warisan
karena ditarik oleh ahli waris lain. Ashobah ini dari jalur ahli waris
wanita
3. Ashobal Ma’al Ghoir : Ahli waris yang menjadi penghabis harta
warisan karena tidak adanya ashobah Bin Nafsi dan Bil Ghoir.
Ashobah ini dari jalur ahli waris saudara
Hukum mempelajari Mawaris
• Hukumnya ialah fardhu kifayah (wajib bagi
sebagian orang islam tetapi jika tidak ada
yang melaksanakan, maka seluruh umat islam
dosa
Rukun dan Syarat Waris-mewarisi
Rukun Syarat
 Adanya muwaris : orang  Wafatnya muwaris yang
yang wafat dan diakui secara hakiki dan sah
meninggalkan harta warisan dimata hukum
 Adanya waris : ahli waris  Adanya ahli waris yang
yang berhak menerima hidup secara hakiki pada
harta peninggalan waktu perwaris wafat
 Adanya maurus : benda  Seluruh ahli waris diketahui
benda yang ditinggalkan secara pasti termasuk
muwaris jumlah bagian masing
masing
Dasar pelaksanaan pembagian
waris
 Q.S. Annisa : 11-12
 Hadist riwayat imam bukhari dan muslim
“Abdullah bin Abbas r.a. berkata, Nabi Muhammad
saw bersabda, ‘Berikanlah harta warisan kepada
orang orang yang berhak sesudah itu, sisanya untuk
orang laki-laki yang lebih utama.’” (H.R. Bukhari dan
Muslim)
 Ijma’ Ulama
 UU nomor 7 tahun 1989 dan peraturan perundang-
undangan lainnya
Sebab – sebab memperoleh harta warisan :
. Adanya Hubungan Keluarga ( Hub Nasab) ada 3 :
1

 Usulul Mayyit : Hubungan keatas seperti :Ayah, ibu , Kakek, Nenek, dst
 Furu’ul Mayyit : Hubungan kebawah seperti : Anak, cucu , dst
 Al Hawasyil mayyit : Hubungan ke samping : saudara laki, saudara pr,
Paman yang sekandung
2. Hubungan Perkawinan
Karena adanya perkawaninan maka suami istri bisa saling mewarisi dari harta
peninggalan pasangannya jika terjadi kematian

3. Wala’ ( Hubungan pembebasan budak ) Orang yang memerdekakan budak akan


memperoleh hak walak atas budak yang dimerdekakannya
4. Hubungan seagama ( Jika seseorang meninggal dunia tidak mempunya ahli
waris yang ada hubungan Nasab, hub perkewinan dan Hub Walak maka
hartanya dipergunakan untuk kepentingan umum kaum muslimin
Sebab – sebab ahli waris tidak memperoleh harta warisan :
1. Statusnya sebagai Budak (Seorang budak tidak akan mendapatkan
warisan dari orang tuanya, dia akan mendapatkan warisan jika
sudah merdeka)
2. Pembunuh ( seorang pembunuh tidak akan bisa mewarisi harta
peninggalan dari orang yang dibunuhnya )
3. Murtad ( Ahli waris yang murtad tidak akan menerima harta warisan
dari kelurganya yang beragama Islam)
4. Kafir / orang yg berlainan agama. ( seorang muslim tidak akan
mewarisi peninggalan harta keluarganya yang non muslim)
Warisan di Jaman Jahiliyah Tidak sesuai dengan
Hukum Islam
Ahli waris yang berhak menerima adalah :
1. Anak laki-laki ( anak pertama yang lebih diutamakan dan yang bisa
berperang, Untuk Anak pr dan anak-anak tidak mendapat warisan
2. Anak angkat juga mendapat warisan
3. Orang yang punya perjanjian. Misal : 2 orang punya janji untuk saling bisa
mewaris harta peninggalannya jika salah satu meninggal

Ahli waris menurut Adat


1. Ahli waris adalah yang paling dekat dengan si pewaris Maka Anak pertama
yang paling utama
2. Adat patrilineal ( susunan garis keluarga menarik garis keturunan dari ayah )
bagian anak laki lebih banyak dari perempuan
3. Adat matrilineal (susunan garis keluarga menarik garis keturunan dari ibu )
Maka wanita mendapat bagian lebih banyak dari pada anak laki-laki
4. Adat parental : susunan keluarga laki / pr adalah sama, Maka bagianya sama
HARTA BENDA SEBELUM DIWARISKAN

 Sebelum harta warisan diserahkan ke ahli waris,


harus dikeluarkan terlebih dahulu :
1. Zakat
2. Biaya pengurusan jenazah
3. Pembayaran hutang
4. Wasiat
Wasiat adalah pesan si pewaris sebelum ia meninggal, agar
Sebagian harta peninggalannya ( setelah meninggal ) diserahkan
kepada seseorang atau suatu lembaga, dan yang pasti bukan ahli
waris. Jumlah harta peninggalan yang diberikan tidak boleh Lebih
dari 1/3 harta peninggalannya, kecuali atas persetujuan seluruh ahli
waris.
HAL YANG TERKAIT DENGAN WASIAT

 Wasiat :

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-


tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas
orang-orang yang bertakwa (Q.S. Al-Baqarah : 180)
Dilihat dari cara dan obyek wasiat, maka hukum berwasiat :

 Wajib : untuk hal-hal yang berhubungan den gan hak Allah seperti zakat, Fidyah dan puasa.
Hal itu merupakan hutang yang wajib dibayar
 Sunah : wasiat disunahkan untuk selain kerabat dengan tujuan mengharap ridho Allah SWT
 Makruh : apabila hartanya sedikit sedangkan ahli warisnya banyak
 Haram : apabila harta yang akan diwasiatkan untuk tujuan yang dilarang agama
 Syarat orang yang berwasiat : baligh, berakal sehat, atas
kehendak sendiri tanpa ada unsur paksaan
 Syatrat penerima wasiat : penerimanya benar2 ada,.
Bukan pembunuh pewasiat, dan bukan termsuk ahli waris
 Syarat Harta yang diwasiatkan : (1) tidak melebihi 1/3
harta warisanya, (2). Hartanya dapat dipindah hakkan (3).
Hartanya bermanfaat dan ada ketika diwasiatkan (4).
Hartanya dipergunakan dalam hal yang baik bukan dalam
hal yang buruk
 Syarat Sighat wasiat / ijab qobul wasiat : kalimatnya jelas
dan dapat difahami, penerimaan wasiat dilakukan setelah
orang yang berwasiat meninggal
AHLI WARIS JALUR LAKI-LAKI
 1. Anak laki – laki
 2. Cucu laki – laki (dari anak laki -laki)
 3. Bapak
 4. Kakek (bapak dari bapak)
 5. Saudara laki-laki sekandung
 6. Saudaralaki-laki sebapak
 7. saudara laki-laki seibu
 8. Anak laki dari sdr laki sekandung
 9. Anak laki dr saudara laki sebapak
 10. Paman yg sekandung dgn bapak
 11. Paman yg sebapak dengan bapak
 12. Anak laki-laki paman yang
 Jika seluruh Ahli waris
sekandung dengan bapak dari jalur laki-laki semuanya ada
 13. Anak laki-laki paman yang sebapak Maka ahli waris yang diutamakan ada 3:
dengan bapak
ayah, suami, dan anak laki
 14. Suami
 15. Laki-laki yg memerdekakan pewaris
AHLI WARIS JALUR WANITA
 1. anak perempuan
 2. Cucu perempuan (dari anak laki)
 3. Ibu
 4. Nenek ( Ibu dari ibu)
 5. Nenek (ibu dari ayah) Jika 10 Ahli waris

 6. Saudara perempuan seibu-sebpk dari jalur wanita semuanya ada


Maka ahli waris yang diutamakan
 7. Saudara perempuan sebapak
ada 5 : anak permpuan,
 8. Saudara perempuan seibu
cucu perempuan dari anak laki, ibu
 9. Istri
saudara perempuan kandung,
 10. Wanita yg memerdekakan dan istri
pewaris

Jika 25 ahli waris ada, Maka yang Berhak menerima harta warisan ad alah
keluarga inti yaitu: anak laki-laki, anak perempuan, Ibu, Bpk, suami / istri
Ketentuan bagian Harta Warisan

 Dzawil Furudh : ( Ahli waris yg bagian warisannya sudah


ditentukan berdasarkan Al-Quran / hadis.
1. Ahli waris yg mendapatkan ½ dari harta warisan
a. Anak perempuan tunggal
b. Cucu perempuan tunggal dr anak laki-laki
c. Saudara perempuan tunggal seibu-sebapak
d. Saudara perempuan tunggal sebapak
e. Suami ( Jika istrinya tidak meninggalkan anak ).
2. Ahli waris yg mendaptkan ¼ dari harta warisan
a. Suami Jika ada anak
b. istri jika tidak ada anak
3. Ahli waris yg mendapatkan 1/8 dari harta warisan
istri seorang / lebih jika suami meninggalkan anak / cucu dr anak
laki
4. Ahli waris yg mendapatkan 2/3 dari harta warisan
2 org anak perempuan / lebih, jika tidak ada anak laki.
2 org cucu perempuan / lebih dr anak laki, bila anak pr. tidak
ada
2 org saudara perempuan /lebih yg seibu-sebapak
2 org saudara perempuan/lebih yg sebapak
5. Ahli waris yg mendapatkan 1/3 dari harta warisan :
a. Ibu: apabila pewaris tdk meninggalkan anak / cucu, 2 org saudaranya laki-laki /
perempuan, sekandung, sebapak / seibu saja.
b. Dua org saudara seibu / lebih, baik laki-laki / perempuan

6. Ahli waris yg mendapatkan 1/6 dari harta warisan


a. bapak : apabila ada anak laki , cucu laki dari anak laki, anak pr, cucu
pr dari anak laki-laki
b. Ibu : apabila ada anak laki , cucu laki dari anak laki, anak pr, cucu
pr dari anak laki-laki dan 2 orang sdr laki / pr
c. Kakek / nenek apabila tidak ada bapak / ibu
d. Cucu perempuan dari anak laki2 : jika tidak ada anal laki / cucu laki dari anak laki
e. Saudara perempuan sebapak: Jika tidak ada anak laki / pr, cucu laki dari anak laki, sdr
laki sekandung / seayah
f. Saudara seibu Tunggal baik laki / pr
No Bagian Rincian
1. 1/2 1. Suami, jika istri yang meninggal tidak mempunyai anak
2. Seorang anak perempuan (Tunggal)
3. Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Saudara perempuan sekandung (sebapak)
2. 1/4 1. Suami, jika istri meninggalkan anak
2. Istri, jika suami yang meninggal tidak mempunyai anak
3. 1/8 1. Istri, jika suami meninggal dan mempunyai anak
4. 1/3 1. Ibu, jika yang wafat tidak mempunyai anak/saudara pr
2. Dua/lebih saudara perempuan, jika yang wafat tidak mempunyai anak/orangtua
5 2/3 1. Dua/lebih anak perempuan jika tidak ada anak laki laki
2. Dua/lebih cucu dari anak laki-laki jika tidak ada anak perempuan
3. Dua/lebih saudara perempuan sekandung
4. Dua/lebih saudara perempuan sebapak
6 1/6 1. Ibu, jika bersama satu/lebih ahli waris
2. Bapak, jika bersama salah satu ahli waris
3. Nenek, jika tidak ada ahli waris
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama anak perempuan dan tidak
ada anak/cucu laki-laki dari anak laki-laki
5. Saudara perempuan sebapak, jika bersama saudara perempuan sekandung dan
tidak ada laki-laki yang sebapak
6. Saudara seibu, jika tidak ada anak/cucu laki laki dari pihak laki-laki atau
anak/cucu perempuan dari anak laki-laki atau bapak dan kakek dari pihak bapak
 Ashabah ( Ahli waris yg bagian harta warisannya tidak tentu/sisa)

1. Ashabah Binnafsihi adl ahli waris yg menjadi penghabis sisa harta warisan secara
otomatis. Ashabah ini dari jalur ahli waris laki-laki :
a. anak laki-laki
b. cucu laki dari anak laki-laki
c. bapak / Ayah
d. kakek ( Ayahnya ayah / bapaknya bapak
e. Saudara laki sekandung
f. Saudara laki seayah
g. Anak laki dari saudara laki sekandung
h. Anak laki dari saudara laki seayah
i. Paman yang seayah dengan ayah
j. Anak laki paman yang sekandung dengan ayah
k. Anak laki paman yang seayah dengan ayah
l. Laki-laki yang memerdekanan pewaris
2. Ashabah Bighairihi : ahli waris yg menjadi ashabah dengan sebab
ditarik oleh ahli waris tertentu dari ashabah bighairihi :
a. anak perempuan dgn sebab adanya anak laki-laki
b. cucu perempuan (dr anak laki) dgn sebab adanya cucu laki (dr anak
laki)
c. saudara perempuan seibu sebapak dgn sebab adanya saudara laki
seibu-sebapak
d. saudara perempuan sebapak dgn sebab adanya saudara laki-laki
sebapak
3. Ashabah ma’al ghairihi : ahli waris yg menjadi ashabah krn bersama
dgn ahli waris lain yg tertentu dari dzawil furudh :
a. saudara perempuan sekandung apbial bersama-sama dgn
anak/cucu perempuan ( dr anak laki-laki )
b. Saudara perempuan sebapak apabila bersama dgn anak/ cucu
perempuan (dr anak laki)
No Sebab Rincian
1. Binafsih (diri sendiri) 1. Anak/cucu laki laki terus kebawah
2. Bapak, kakek, terus keatas
3. Saudara laki-laki sekandung dan sebapak
4. Anak saudara laki-laki sekandung dan sebapak
5. Paman sekandung/sebapak
6. Anak laki-laki paman sekandung/sebapak
2. Bil-ghair (faktor orang 1. Anak perempuan, jika dengan anak laki-laki
lain) 2. Cucu perempuan, jika dengan cucu laki-laki
3. Saudara perempuan kandung, jika dengan saudara
laki-laki kandung
4. Saudara perempuan sebapak, jika dengan saudara
laki-laki sebapak
3. Ma’al Ghair (bersama 1. Satu/lebih saudara perempuan sekandung, jika
orang lain) bersama dengan satu/lebih anak perempuan
2. Satu/lebih saudara perempuan sebapak, jika
bersama dengan satu/lebih anak perempuan
 Hajib adalah penghalang bagi ahli waris sehingga tidak untuk menerima
harta warisan karena ada ahli waris yg lebih dekat

 Macam – macam hajib :


1. Hajib Nuqsan : Hijab yg dapat mengurangi bagian dari harta warisan
bagi ahli waris tertentu karena bersama – sama dgn ahli waris tertentu pula.
2. Hajib hirman ; hijab yg menyebabkan ahli waris kehilangan haknya atas
harta warisan krn terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat/berhak .

1. Cucu laki laki tidak mendapat jika ada anak laki-laki


2. Kakek tidak mendapat warisan jika masih ada Ayah
3. Nenek tidak mendapat jika masih ada ibu
Contoh Ahli waris 4. Sdr laki Kandung tidak mendapat jika masih ada
yang terhajib / Anak laki, cucu lakidari anak laki, dan ayah
terhalang 4. Sdr laki seayah tidak mendapat jika masih ada :
anak laki, cucu laki, sdr laki sekandung dan ayah
5. Sdr laki seibu tidak mendapat jika masih ada :anak laki,
Cucu laki dr anak laki, anak perempuan, cucu pr dari
anak laki . Dan lain lain
No Hajib Mahjub Akibat
1. Ibu Nenek dari garis Tidak memperoleh bagian waris sama
ibu sekali
2. Ayah dan Ibu Nenek dari garis Tidak memperoleh bagian waris sama
ayah sekali
3. Anak kandung, cucu dari Saudara seibu Tidak memperoleh bagian waris sama
garis laki-laki, bapak dan sekali
kakek
4. Ayah, anak/cucu dari laki- Saudara seayah Tidak memperoleh bagian waris sama
laki, dan saudara kandung baik sekali
laki-laki laki-laki/perempu
an
5. Anak/cucu laki-laki dari Saudara laki- Tidak memperoleh bagian waris sama
garis laki-laki dan bapak laki/perempuan sekali
6. Semua ahli waris laki-laki Semua ahli waris Tidak memperoleh bagian waris sama
perempuan sekali kecuali suami, ayah, ayah dan
anak laki-laki
7. Semua ahli waris Semua ahli waris Tidak memperoleh bagian waris sama
perempuan laki-laki sekali kecuali istri, anak perempuan,
ibu dan saudara perempuan kandung
* Mahjub : orang yang tertutupi untuk menerima bagian harta waris oleh ahli waris lain
PERHITUNGAN WARISAN
 Langkah-langkah dalam perhitungan warisan :
1. Menentukan ahli waris laki-laki dan perempuan
2. Menentukan dzawil furudh dan ashabah
3. Menentukan ahli waris tidak berhak memperoleh bagian warisan karena
terhalang oleh ahli waris, ( Hajib Hirman )
4. Menentukan apakah ahli waris apakah Dzawil furudh saja, Ashabah saja, atau terdiri
dari Dzawil furudh dan Ashabah

Hal – hal yg berhubungan dengan penghitungan warisan


1. Al-Gharawain Terjadi apabila ahli waris hanya terdiri dari istri atau suami serta bapak dan
ibu. Al Gharawain berarti 2 masalah aneh karena cara pembagian warisan untuk ibu dan bapak
menyalahi ketentuan umum (suami atau istri ½ bagian, ibu 1/3 bagian, ayah 2/3 bagian)

2. Al-Aul Terjadi apabila jumlah bagian dzawil furudh melebihi jumlah pokok masalahnya .
CARA MENGHITUNG HARTA WARIS
1. Melunasi ketentuan sebelum pembagian harta waris.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Menunaikan wasiat
 Membayar hutang
 Membayar zakat
2. Menentukan jumlah ahli waris
3. Menentukan rincian dan jumlah harta waris
4. Menentukan KPK
5. Menentukan bagian masing masing ahli waris
CONTOH PERHITUNGAN WARISAN

Ahli waris terdiri dari seorang Ibu, istri dan 2 anak laki.
Harta warisan berjumlah Rp . 96.000.000,-
Jawaban :
 ibu : 1/6 x 24 = 4 , Maka untuk ibu : 4/24 x 96.000.000 =
16.000.000
 Istri ; 1/8 x 24 = 3, maka untuk istri : 3/24 x 96.000.000 =
12.000.000
 Dan untuk 2 orang anak : 24-7 = 17, maka 17/24 x
96,000.000 = 68,000.000
CONTOH PERHITUNGAN WARISAN
Seorang pewaris meninggalkan harta warisan berupa tanah seluas 4000 m2
tinggal dibagikan saja kepada ahli waris. terdiri dari : 4 orang anak laki-laki, 2
orang saudara laki-laki sekandung, dan tiga orang paman (saudara laki-laki ayah
pewaris). Berapakah bagian masing-masing ahli waris tersebut ?

Jawaban :
* Semua ahli waris tersebut termasuk ashabah binafsi
* Dua saudara laki-laki sekandung dan 3 orang paman sama sekali tidak
berhak memperoleh bagian warisan karena terhalang oleh anak pewaris.
* yang berhak memperoleh bagian warisan hanya 4 orang anak laki-laki
Jadi, harta warisan itu dibagi 4 sehingga masing-masing anak laki-laki
mendapat bagian warisan ¼ X 4000 m2 = 1000 m2
HIKMAH MAWARIS

1. Menghindari sikap serakah / tamak karena orang lain


juga punya hak untuk mendapatkan bagian warisan.
2. Menghindari sengketa / perselisihan antar saudara
dalam rumah tangga
3. Menghindari fitnah antara saudara
4. Mewujudkan keadilan dan kerukunan antara saudara
dalam rumah tangga
WARISAN dlm UU RI No. 7 Thn. 1989

 UU tersebut berisi “Pengadilan agama bertugas dan


berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaiakn
perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yg
beragama islam di bidang:
1. perkawinan
2. kewarisan, wasiat dan hibah yg dilakukan berdasarkan
hukum islam
3. wakaf dan shadaqah
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai