Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK 02

AZAS, UNSUR,
DAN PRANATA
DALAM HUKUM
PERKAWINAN
UNU BLITAR
Anggota Kelompok

DANANG SYAPUTRA

M. SYAKIRUL

INTAN VIVIANTI

ZULFI NISA
Latar Belakang
Masalah

Perkawinan dianjurkan dan diatur dalam Islam karena ia memiliki tujuan


yang mulia. Secara umum, Perkawinan antara pria dan wanita dimaksudkan
sebagai upaya memelihara kehormatan diri (hifzh al ‘irdh) agar mereka
tidak terjerumus ke dalam perbuatan terlarang,
Rumusan
Masalah
Apa pengertian perkawinan?

Bagaimana kedewasaan dalam hukum?


Bagaimana hukum perkawinan di Indonesia?
Bagaimana asas hukum perkawinan dan perceraian?
Bagaimana perkembangan pranata keluarga?
PENGERTIAN PERKAWINAN

Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Perkawinan adalah hubungan permanen antara dua
mengartikan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir orang yang diakui sah oleh masyarakat yang
batin antara seorang pria dengan seorang wanita bersangkutan yang berdasarkan atas peraturan
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk perkawinan yang berlaku. Bentuk perkawinan
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal tergantung budaya setempat bisa berbeda-beda dan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tujuannya bisa berbeda-beda juga
KEDEWASAAN
DALAM HUKUM KOMPILASI HUKUM ISLAM
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM Pasal 98 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan
bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau
PERDATA
Dalam pasal 330 KUHP disebutkan bahwa belum dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur bercacat fisik maupun mental atau belum pernah
genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu melangsungkan perkawinan
telah kawin

UNDANG UNDANG UNDANG UNDANG


Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
PERLINDUNGAN ANAK
menyebutkanPERKAWINAN
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
bahwa anak yang belum mencapai umur
Tentang Perlindungan Anak menyebutkan yang dimaksud
18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18
melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari
kandungan
kekuasaannya.
Hukum perkawinan di
indonesia
Hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1974
adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Undang-Undang ini
resmi diberlakukan sejak 1 Oktober 1975 setelah pemerintah
menerbitkan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

tujuan perkawinan yang pertama adalah membentuk keluarga yang


bahagia dan kekal. Kedua, perkawinan adalah sah bilamana
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu dan setiap perkawinan harus dicatat. Ketiga,
perkawinan berasas monogami. Keempat, calon suamiisteri harus
sudah matang jiwanya. Kelima, mempersukar terjadinya
perceraian. Keenam, hak dan kedudukan isteri seimbang dengan
hak dan kedudukan suami
Asas asas hukum perkawinan

asas membentuk Asas mempersulit


Asas Monogami keluarga bahagia perceraian
jika suami tidak mampu berlaku Suami dan isteri perlu saling perceraian hanya dimungkinkan
adil terhadap hak-hak istri bila membantu dan melengkapi agar jika dilakukan di depan
lebih dari seorang maka cukup masing-masing dapat persidangan dan berdasarkan
seorang istri saja. Poligami mengembangkan kepribadiannya alasan-alasan tertentu.
dibolehkan tentunya dengan untuk mencapai kesejahteraan
pengecualian dan syarat-syarat spiritual dan material.
tertentu.
Perkembangan
Keluarga
pranata
1. Intervensi negara kedalam urusan perkawinan
2. Pembatasan poligami
3. Usia minimal menikah
hukum perkawinan mengalami 4. Kehendak menikah dari mempelai dan wali
banyak perubahan sejak Undang- 5. Talak bukan hak mutlak suami
Undang Perkawinan disahkan.
Kesimpulan
dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkawinan tidak hanya
penting dalam aspek perdata, tetapi juga memiliki pengaruh yang besar dalam
aspek adat, kekerabatan, dan keagamaan. Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat untuk memahami arti dan dampak dari perkawinan secara
menyeluruh, sehingga dapat menjalankannya dengan baik dan memperkuat
hubungan antarindividu, keluarga, dan masyarakat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai