Kelompok 4-Tax Avoidance Dalam Konteks Bisnis Internasional
Kelompok 4-Tax Avoidance Dalam Konteks Bisnis Internasional
• Garis antara penghindaran yang sah dan penghindaran yang tidak sah atau melanggar hukum mungkin akan
terdapat kesulitan dalam penentuannya. Contohnya, seorang wajib pajak yang mungkin memiliki alasan
berdasarkan nasihat profesional yang menyatakan bahwa suatu transaksi tertentu tidak menjadi penghasilan
kena pajak, maka penghasilan tersebut tidak dilaporkan. Jika seorang wajib pajak melakukan penghindaran
pajak yang sah atau tax avoidance maka transaksi memang tidak dikenakan pajak.
Penghindaran berkembang secara simbiosis dengan metode regulasi. Masalah
penghindaran pajak berpusat pada dua hal, yaitu:
• Perbedaan tarif pajak untuk setiap jenis penerimaan yang berbeda
• Perbedaan perlakuan terhadap berbagai kategori badan hukum.
• Sebuah koneksi politik erat kaitannya dengan suatu komunikasi dan hubungan yang
bermaksud untuk mempermudah suatu kepentingan.
• Koneksi politik yang dimiliki membuat perusahaan memperoleh perlakuan khusus,
seperti kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal, resiko pemeriksaan pajak
rendah yang membuat perusahaan makin agresif dalam menerapkan tax planning yang
berakibat pada menurunnya transparansi laporan keuangan.
• Moral perpajakan (tax morale) dapat didefinisikan sebagai motivasi intrinsik untuk
mematuhi dan membayar pajak sehingga berkontribusi secara sukarela pada
penyediaan barang-barang publik.
• Tax morale seorang wajib pajak sangat dipengaruhi oleh perilaku kepatuhan wajib
pajak lainnya. Jadi, makin tinggi persepsi bahwa penggelapan pajak merupakan hal
yang umum dilakukan, semakin rendah motivasi intrinsik individu untuk membayar
pajak (semakin rendah moral pajaknya).
• Pada dasarnya tax avoidance ini bersifat sah karena tidak melanggar ketentuan
perpajakan apapun. Namun, praktik ini dapat berdampak pada penerimaan pajak
negara.
• Menurut James Kessler, tax avoidance dibagi menjadi 2 jenis:
1. Penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance)
2. Penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan (unacceptable tax
avoidance)
Investasi Internasional dan
Tax Avoidance
Selanjutnya hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan AntiTax Avoidance di Indonesia relatif belum memenuhi
sifat kebijakan sebagaimana dikemukakan oleh James Anderson yaitu sifat rasional, inkremental dan emergence,
karena pada kebijakan yang ada masih banyak peluang (loopholes) yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak,
khususnya perusahaan PMA untuk melakukan penghindaran pajak, sehingga potensi pajak yang ada belum dapat
digali secara optimal.
Terima kasih
Apakah ada pertanyaan?