Adopsi Inovasi
Adopsi Inovasi
1
Pengertian Adopsi
• Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada
hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan
inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa:
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh
masyarakat sasarannya.
• Pengertian adopsi sering rancu dengan “adaptasi”
yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi,
dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi
adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang
berlangsung secara alami untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Pengertian Tentang Inovasi
• Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan
inovasi sebagai: ide – ide baru, praktek –
praktek baru, atau objek – objek yang dapat
dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh
individu atau masyarakat sasaran penyuluhan.
• Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada
benda atau barang hasil produksi saja, tetapi
mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup,
informasi, perilaku, atau gerakan – gerakan
menuju kepada proses perubahan didalam
segala bentuk tata kehidupan masyarakat.
Aliran Adopsi Inovasi
Proses adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang menerima hal
baru sampai dengan mengadopsi (menerima, menerapkan dan menggunakan), Margono
Slamet (1978).
Proses tersebut terdiri dari beberapa tahapan dan dipengaruhi oleh faktor pribadi dan
lingkungan. Tahapan tersebut adalah sbb :
7
Klasifikasi/Golongan Pengadopsi
Berdasarkan cepat atau lambatnya petani mau menerapkan suatu inovasi teknologi
melalui penyuluhan, menurut Van Den Ban dan Hawkins dalam Herdiasti (1998),
diklasifikasikan dalam beberapa golongan sebagai berikut :
1. Golongan Inovator/ Perintis
Petani yang termasuk golongan ini biasanya memiliki lahan usaha yang luas.
Golongan ini jumlahnya sekitar 2,5 persen dari keseluruhan populasi.
8
4. Golongan Late Majority/ Pengetrap Akhir
Golongan ini biasanya memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha, lebih hati-hati dalam
menerapkan suatu inovasi dikarenakan keterbatasan modal sehingga takut
dalam menghadapai kegagalan. Golongan ini jumlahnya sekitar 34 persen
dari keseluruhan populasi.
5. Golongan Laggard/ Penolak/ Kaum Kolot
Biasanya berusai lanjut dan sangat fanatik dengan tatacara usahatani yang
diperolehnya secara turun temurun dari leluhurnya, bersifat apatis terhadap
suatu inovasi sehingga sangat sulit untuk merubah kebiasaan yang
dilakukannya. Golongan ini jumlahnya sekitar 16 persen dari keseluruhan
populasi.
Margono Slamet (1978), menyatakan bahwa kecepatan adopsi inovasi
dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel-variabel :
1. Sifat/karakteristik Inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas, observabilitas)
2. Jenis Keputusan Inovasi (kolektif, optional, otoritas)
3. Saluran/Media yang digunakan (media massa, interpersonal)
4. Ciri-ciri system sosial (modern/tradisional, pola komunikasi)
5. Kegiatan Promosi dan Kualifikasi Penyuluh
Grafik Distribusi Jumlah Pengadopsi
Persentase Pengadopsi
40.0
30.0
20.0
34.0 34.0
10.0
13.5 16.0
- 2.5
Pengetrap Pengetrap
Perintis Pengetrap dini Penolak
aw al akhir
Waktu Pe ne rimaan
Hubungan antara tingkat adopsi, pendekatan dan metode dapat
digambarkan sebagai berikut:
2. Minat
Diskusi kelompok, temu karya,
Kelompok kursus tani, demonstrasi,
3. Menilai karyawisata, hari lapangan petani,
pemutaran slide.
4. Mencoba
Individual Kunjungan rumah, kunjungan
usahatani, belajar perorangan,
5. Menerapkan koresponden, telpon.
Ukuran Adopsi Inovasi
• Jika menggunakan ilmu komunikasi, adopsi
inovasi dapat dilihat jika sasaran telah
memberikan tanggapan (respons) berupa
perubahan atau pelaksanaan kegiatan seperti
yang diharapkan (Berlo, 1961).
Proses Difusi Inovasi Penyuluhan Pertanian