Anda di halaman 1dari 14

ADOPSI - DIFUSI INOVASI

DESI MAHARANI AGUSTINI, S.P.,M.Agr

1
Pengertian Adopsi
• Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada
hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan
inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa:
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh
masyarakat sasarannya.
• Pengertian adopsi sering rancu dengan “adaptasi”
yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi,
dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi
adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang
berlangsung secara alami untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Pengertian Tentang Inovasi
• Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan
inovasi sebagai: ide – ide baru, praktek –
praktek baru, atau objek – objek yang dapat
dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh
individu atau masyarakat sasaran penyuluhan.
• Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada
benda atau barang hasil produksi saja, tetapi
mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup,
informasi, perilaku, atau gerakan – gerakan
menuju kepada proses perubahan didalam
segala bentuk tata kehidupan masyarakat.
Aliran Adopsi Inovasi
Proses adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang menerima hal
baru sampai dengan mengadopsi (menerima, menerapkan dan menggunakan), Margono
Slamet (1978).

Proses tersebut terdiri dari beberapa tahapan dan dipengaruhi oleh faktor pribadi dan
lingkungan. Tahapan tersebut adalah sbb :

1. Tahap Kesadaran (Awereness)


Faktor Pribadi : kontak dengan sumber informasi di luar masyarakatnya, kontak
dengan individu dan kelompok dalam masyarakat.
Faktor Lingkungan : tersedianya media komunikasi, adanya kelompok-kelompok
dalam masyarakat, bahasa dan kebudayaan.

2. Tahap Minat (Intrest)


Faktor Pribadi : Tingkat kebutuhan, kontak dengan sumber-sumber informasi,
keaktifan mencari informasi.
Faktor lingkungan : terdapatnya sumber-sumber informasi secara mendetail dengan
dorongan masyarakat.

3. Tahap Penilaian (Evaluation)


Faktor Pribadi : Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang
bersangkutan, dan tujuan dari usahataninya.
Faktor Lingkungan : Penerangan terhadap keuntungan relatif, pengalaman dari petani
lain, tipe petani dan derajat komersialisasi.
4. Tahap Mencoba (Trial)
Faktor Pribadi : ketrampilan spesifik, kepuasan pada cara-cara lama,
keberanian dalam mengambil resiko.
Faktor lingkungan : penerangan tentang cara-cara praktek secara spesifik,
faktor-faktor alam dan faktor-faktor harga,

5. Tahap Adopsi (Adoption)


Faktor Pribadi : Kepuasan pada pengalaman pertama, kemampuan
mengelola usahataninya dengan cara baru.
Faktor lingkungan : Analisa keberhasilan/kegagalan dan tujuan/minat
keluarga.

Mengetahui ciri-ciri seseorang dalam menjalani proses adopsi tersebut di


atas sangat berguna bagi Penyuluh dalam memberikan materi yang sesuai
dengan tahapan adopsi yang di alami serta membantu penyuluh untuk
menentukan metode penyuluhan yang tepat sesuai dengan tahapan proses
adopsi tersebut.
6
Kritikan terhadap Model Tahapan Tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Model tersebut selalu berakhir dengan adopsi, sedangkan ada kemungkinan pada
akhir akan terjadi penolakan.
2. Lima tahap tersebut terjadi tidak selalu berurutan atau mungkin ada beberapa
tahapan yang dilewatkan.
3. Proses itu jarang berakhir dengan adopsi, biasanya berlanjut dengan pencarian
informasi terlebih dahulu untuk memperkuat keputusan yang dibuat.

Keputusan seseorang untuk mengadopsi/tidak suatu inovasi, menurut Rogers dan


Shoemaker (1987), terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
4. Pengenalan. Dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
5. Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak terhadap
inovasi.
6. Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
7. Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan yang telah
dibuatnya.

7
Klasifikasi/Golongan Pengadopsi
Berdasarkan cepat atau lambatnya petani mau menerapkan suatu inovasi teknologi
melalui penyuluhan, menurut Van Den Ban dan Hawkins dalam Herdiasti (1998),
diklasifikasikan dalam beberapa golongan sebagai berikut :
1. Golongan Inovator/ Perintis
Petani yang termasuk golongan ini biasanya memiliki lahan usaha yang luas.
Golongan ini jumlahnya sekitar 2,5 persen dari keseluruhan populasi.

2. Golongan Early Adopter/ Pengetrap Dini


Petani dalam golongan ini lebih awal dalam merespon penyuluhan, sifat golongan ini
lebih luwes dengan tingkat pendidikan yang relatif cukup baik, tapi umumnya bersifat
“Lokalit”. Golongan ini jumlahnya sekitar 13,5 persen dari keseluruhan populasi.

3. Golongan Early Majority/ Pengetrap Awal


Golongan ini merupakan sifat yang dimiliki oleh kebanyakan petani. Penerapan teknologi
pada golongan ini lebih lambat jika dibandingkan dengan dua golongan di atas, akan
tetapi lebih mudah terpengaruh apabila teknologi baru tersebut dapat meyakinkan
akan meningkatkan usahataninya. Golongan ini jumlahnya sekitar 34 persen dari
keseluruhan populasi.

8
4. Golongan Late Majority/ Pengetrap Akhir
Golongan ini biasanya memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha, lebih hati-hati dalam
menerapkan suatu inovasi dikarenakan keterbatasan modal sehingga takut
dalam menghadapai kegagalan. Golongan ini jumlahnya sekitar 34 persen
dari keseluruhan populasi.
5. Golongan Laggard/ Penolak/ Kaum Kolot
Biasanya berusai lanjut dan sangat fanatik dengan tatacara usahatani yang
diperolehnya secara turun temurun dari leluhurnya, bersifat apatis terhadap
suatu inovasi sehingga sangat sulit untuk merubah kebiasaan yang
dilakukannya. Golongan ini jumlahnya sekitar 16 persen dari keseluruhan
populasi.
Margono Slamet (1978), menyatakan bahwa kecepatan adopsi inovasi
dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel-variabel :
1. Sifat/karakteristik Inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas, observabilitas)
2. Jenis Keputusan Inovasi (kolektif, optional, otoritas)
3. Saluran/Media yang digunakan (media massa, interpersonal)
4. Ciri-ciri system sosial (modern/tradisional, pola komunikasi)
5. Kegiatan Promosi dan Kualifikasi Penyuluh
Grafik Distribusi Jumlah Pengadopsi
Persentase Pengadopsi

40.0

30.0

20.0
34.0 34.0
10.0
13.5 16.0

- 2.5
Pengetrap Pengetrap
Perintis Pengetrap dini Penolak
aw al akhir

Series1 2.5 13.5 34.0 34.0 16.0

Waktu Pe ne rimaan
Hubungan antara tingkat adopsi, pendekatan dan metode dapat
digambarkan sebagai berikut:

Tingkat adopsi Pendekatan Metode

Massal Rapat (pertemuan umum), siaran


1. Sadar perdesaan (radio,TV), pemutaran
film, penyebaran brosur,
folder,leaflet pemasangan poster.

2. Minat
Diskusi kelompok, temu karya,
Kelompok kursus tani, demonstrasi,
3. Menilai karyawisata, hari lapangan petani,
pemutaran slide.

4. Mencoba
Individual Kunjungan rumah, kunjungan
usahatani, belajar perorangan,
5. Menerapkan koresponden, telpon.
Ukuran Adopsi Inovasi
• Jika menggunakan ilmu komunikasi, adopsi
inovasi dapat dilihat jika sasaran telah
memberikan tanggapan (respons) berupa
perubahan atau pelaksanaan kegiatan seperti
yang diharapkan (Berlo, 1961).
Proses Difusi Inovasi Penyuluhan Pertanian

• Yang dimaksud dengan proses difusi inovasi adalah,


perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang telah
mengadopsi ke individu yang lain dalam system social
masyarakat sasaran yang sama.
• Proses difusi inovasi pertanian: proses dimana inovasi
pertanian menyebar diantara petani-petani sampai pada
jumlah yang besar (Valera, 1987)
• Waktu merupakan faktor penting dalam proses difusi; (1)
pengambilan keputusan dari awareness sampai
penerimaan/penolakan, (2) menentukan tingkat adopsi
(jumlah pengadopsi)
• Pada tahap awal petani umumnya masih banyak yang ragu,
setelah melihat keberhasilan petani lain baru mau mencoba.
Hatur Nuhun ........!!!

Anda mungkin juga menyukai