IDENTITAS
: Tn. H : Laki-laki : 32 tahun : Islam : Menikah : Buruh : Link.Kapudenok Mesjid rt/rw 001/001, Citangkil-Cilegon
ANAMNESA
8 Desember 2011
o
Keluhan Utama : Gatal di daerah punggung tangan kanan dan kiri sampai siku, kulit menebal,keras,kasar dan warna lebih gelap,gatal pada leher belakang dan daun telinga kiri sejak kurang lebih 1 bulan.
Riwayat penyakit serupa pernah dialaminya juga 2 tahun yang lalu diobati lalu mengering. Riwayat penyakit asma disangkal
Riwayat penyakit serupa dialami oleh adik kandung Riwayat asma dikeluarga disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi
-.Punggung tangan kanan dan kiri sampai siku -.Leher belakang dan daun telinga kiri
UKK :
1.Dermatitis Kontak Alergi e.c jam tangan 2.Neurodermatitis (Linken Simpleks Kronik)
o o
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
PENATALAKSANAAN
DKA
LSK
Khusus -. Sistemik : Prednison 5mg tab 3x1 CTM 4mg tab 2x1 -. Topikal : Dexocymethasone 0,25% salep 2 dd ue
Umum 1. Mencegah garukan dan gosokan 2. Menghindari faktor pencetus alergi 3. Menghindari gigitan serangga
Khusus -. Sistemik : Prednison 5mg tab 3x1 CTM 4mg tab 2x1 -. Topikal : Dexocymethasone 0,25% salep 2 dd ue
TINJAUAN PUSTAKA
1.Dermatitis Kontak Alergi
DEFINISI Adl suatu inflamasi dermo-epidermal yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahan (alergen) terhadap individu yang memiliki hipersensitifitas. Rx hipersensitivitas tipe IV
ETIOLOGI
Ada
Protein
hapten
nikel Anting, kancing baju, koin, kacamata, perhiasan kobal Perhiasan, dental plates, prostesa, semir sepatu
Paraphenylenediamine Pewarna rambut, henna and tekstile Mercaptobenzothiazole Karet (sepatu boot dan sarung tangan), kateter, lem Topical medicated Antibiotik:Neomycin,quinoline,chloramphenicol Wool alcohols Lanolin, kosmetik, krim dan emolien kulit Emas (gold sodium thiosulfate) Perhiasan
PATOGENESIS Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respon imun yang diperantai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Reaksi hipersensitivitas tipe lambat ini terjadi melalui dua
-. Fase Sensitisasi
-Fase Elisitasi
imunologik ditangkap oleh sel langerhans (sel penyaji antigen), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan
bantuan MHC kelas II. Sel Langerhans dan sel keratosit akan
menghasilkan interleukin 1 dan sel langerhans akan mengalami perubahan morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel (APCs). Sel ini akan bergerak ke kulit, parakortikol, kelenjar limfe.
Sel Langerhans menyajikan antigen dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki oleh sel limfosit T, Sel limfosit T itu harus diaktifkan oleh
GEJALA KLINIS
lokalisasinya
Akut: bercak eritomatosa berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.
DIAGNOSIS Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat, gejala klinis, pemeriksaan klinis yang teliti dan pemeriksaan
penunjang.
DIAGNOSIS BANDING
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik : 1. riwayat kontak 1/>1 kali lama, tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa. 2. tanda-tanda dermatitis pada tempat kontak. 3. tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak. 4. Rasa gatal 5. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Patch Test Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya
tipe crecendo).
Syarat uji tempel adalah dermatitis dalam keadaan tenang atau sudah sembuh agar tidak terjadi angry back. Pemakaian kortikosteroid topikal harus dihentikan sekurang-kurangnya 1 minggu. Setelah 48 jam uji tempel dilepas, pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, hasilnya:
1
2 3
4
5 6
7
8
PROGNOSIS
Baik, sejauh bahan kontak dapat disingkirkan. Kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis atau psoriasis) atau terpajan alergen yang tidak mungkin dihindari.
FAKTOR PREDISPOSISI
Penyakit ini biasanya timbul pada orang yang kurang istirahat, ganguan emosi, mislanya mudah gugup, cemas dan irritable.
ETIOPATOGENIS
Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari
GEJALA KLINIS
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat menggangu tidur.
Puncak insiden pada usia antara 30 hingga 50 tahun. Wanita lebih sering menderita daripada pria.
Predileksi : pada daerah yang sering/mudah digaruk (tengkuk, samping leher, pubis)
pada wanita, berupa plak kecil di tengah tekuk atau dapat meluas
hingga ke scalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.
Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).
Lesi biasanya multipel Lokalisasi tersering di ekstremitas, berukuran milimeter sampai 2 cm. mulai beberapa
KRITERIA DIAGNOSTIK
1.
Terdapat tanda dermatitis kronis khas berupa gerombolan papul yang terasa gatal atau berupa likenifikasi, gterasa gatal, terdapat di daerah yang mudah dicapai oleh tangan (untuk menggaruk).
2. 3.
Hilang timbul
Penyebab tidak diketahui
PEMERIKSAAN
1.
Anamnesis : timbulnya lesi pada daerah yang sering digaruk, terasa gatal, sering pada orang dewasa.
2.
Klinis : papul-papul bergerombol, likenifikasi, terdapat hiperpigmentasi, skuama, dan kadang-kadang terjadi
ekskoriasi
pada
lesi
lama
terjadi
hiperkeratosis
dan
hipopigmentasi. Predileksi pada daerah yang sering digaruk (tengkuk, ekstremitas ekstensor, punggung)
DIAGNOSIS
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit. Diagnosis banding : Tinea, dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis kontak, psoriasis.
PENATALAKSANAAN Umum : menghindari faktor predisposisi (stress ), lesi jangan di garuk. Khusus : antiinflamasi (kortikosteroid), antihistamin sedatif
PROGNOSIS
Prognosisbergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari ), dan status psikologi penderita
DAFTAR PUSTAKA
1.
FK UNAIR. Surabaya.
2.
3.
Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed.5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.