Anda di halaman 1dari 22

Oleh : Ana M J Musfika R Badawi Nurul Hayati Yenny Awaliyah

Outline
y Latar Belakang y Tujuan y Tinjauan Pustaka y Hasil dan Pembahasan y Kesimpulan

Latar Belakang
y Prevalensi gizi buruk di indonesia berdasarkan riskesdas 2010 yaitu 4,9%.

Prevalensi tersebut mengalami penurunan dari tahun 2007 yaitu 5,4%. y Meskipun secara nasional terjadi penurunan, namun angka 4,9% sudah dapat dikatakan KLB karena berdasarkan pedoman KLB gizi buruk Depkes RI, apabila terjadi lebih dari 1% kasus gizi buruk disertai denga meningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi dan penyakit) di suatu wilayah tertentu maka sudah dapat dikatakan KLB. y Prevalensi gizi buruk balita PKM ciputat tahun 2010 yaitu 0,34% dengan 13 kasus. Meskipun belum mencapai angka KLB, namun angka tersebut sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan berpotensi untuk menjadi KLB dengan didukung tingginya prevalensi penyakit2 infeksi serta rendahnya cakupan ASI eksklusif di PKM ciputat. Dengan demikian, perlu adanya SKD-KLB Gizi buruk untuk mencegah peningkatan kasus dan prevalensi gizi buruk di PKM Ciputat.

Tujuan
y Tujuan umum :

Mengetahui gambaran SKD KLB Gizi Buruk di Puskesmas Ciputat, Tanggerang Selatan
y Tujuan khusus : 1.

Mengetahui alur pelaporan KLB Gizi Buruk dari tingkat posyandu ke puskesmas. Mengetahui alur pelaporan KLB Gizi Buruk dari tingkat puskesmas ke Dinas Kesehatan Mengetahui penanggulangan Gizi Buruk di tingkat dinas kesehatan.

2.

3.

Tinjauan Pustaka
y Gizi buruk

keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak

berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
y Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk (KLB-gizi buruk)

apabila terjadi lebih dari 1% kasus gizi buruk disertai dengan meningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi dan penyakit) di suatu wilayah tertentu.

Cont
y Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)

kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui surveilans, yang informasinya dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap

tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa secara cepat dan tepat.

Cont
y Prinsip pelaksanaan SKD-KLB gizi buruk adalah : 1. Kajian epidemiologi = analisis terhadap penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-sumber penyebaran, faktorfaktor yang mempengaruhi (orang, tempat, waktu, dan penyebab gizi buruk) serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaan adanya KLB. Data yang dibutuhkan dalam kajian epidemiologi berupa data rutin (PSG, PKG, TBABS, IMT) dan data khusus (survei cepat dan survei gizi). 2. Peringatan kewaspadaan dini = pemberian informasi adanya ancaman KLB pada suatu daerah pada periode waktu tertentu dengan menggunakan formulir W1 untuk pelaporan kasus gizi buruk (dilaporkan setiap ditemukan kasus) dan PWS dilaporkan setiap bulannya.

Indikasi peringatan dini yang digunakan : a) balita dengan kasus 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikan BB atau menurunnya BB. b) kasus BGM baru. c) N/D turun dari bulan lalu atau tetap selama 3 bulan berturut-turut. d) N/D rendah. e) D/S datar atau menurun. f) kasus diare g) kasus campak h) laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi pada masyarakat.

3. Peningkatan kewaspasaan dan kesiapsiagaan = dilakukan dalam bentuk berbagai upaya yang disesuaikan dengan indikasi-indikasi yang digunakan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk.

Hasil dan pembahasan

Pelaksanaan SKD KLB Gizi Buruk berdasarkan Depkes RI 2008


Jenis & sumber data: SKDN, BGM, Penyk. Potensi KLB, Imunisasi, & cakupan Vit A Variabel O: Umur, JK, status gizi Variabel T : Kelurahan

Kajian Epidemiologi :
Faktor penyebab lainnya: Penyakit infeksi, status imunisasi, vitamin A

SKD KLB gizi buruk

Variabel W: Bulanan kejadian

Tingkat Puskesmas
y Data penimbangan : Rekap data SKDN dari posyandu y Data Kasus Gizi Buruk :  sumber data : hasil penimbangan posyandu, rujukan

posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas, dan laporan gizi buruk (W1).
y Data penyakit Infeksi : diare, ISPA

y Jika bayi/balita dengan BB/U sudah pada posisi BGM, kemudian

langsung diberikan rujukan oleh bidan/dokter ke puskesmas.


y Bayi atau balita yang dilaporkan ke puskesmas jika status gizi anak

tersebut kurang berdasarkan BB/U (kurus dlm BB/TB) dan sudah masuk ke dalam BGM, kemudian mendapatkan perawatan dari pihak puskesmas.
y Sedangkan bayi atau balita yang di laporkan puskesmas ke tingkat

dinkes, jika status gizi anak tersebut gizi buruk (kurus sekali), kemudian dilakukan intervensi oleh pihak dinkes. Laporan dalam bentuk rekapitulasi data gizi buruk.
y Data yang akan diserahkan di tingkat dinkes tidak dalam bentuk 1

laporan, akan tetapi beberapa laporan yang terpisah.

Data SKDN
100% 90% 80% 70% 60% K 50% 40% 30% 20% 10% 0% April Mai Juni Juli Agustus September Oktober D N BGM

Intrpretasi
y Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa 92% balita

yang memiliki KMS meningkat di bulan agustus sampai oktober. Sedangkan balita yang ditimbang (D) sebanyak 89% tertinggi di bulan agustus dan yang naik berat badannya (N) berada di bulan agustus dengan persentase 75%, selain bulan tersebut masih di bawah 30% balita yang naik berat badannya. Serta balita yang BGM tertinggi berada di bulan oktober dengan jumlah 135 kasus (2%)

Rekapitulasi data gizi buruk Puskesmas Ciputat tahun 2011


UMUR Baru INDEKS BB/U Lama Baru INDEKS BB/TB Lama

0-11 bln

12-35 bln

36-59 bln

Jumlah

Balita Gizi Buruk (BB/U) yang mendapat perawatan puskesmas ciputat 2011
12 10 8 6 5 4 2 0 ciputat cipayung 100% 2 2 100% 5 % baita GB dpt perawatan balita GB dpt perawatan bailta GB

DATA PENYAKIT INFEKSI


Grafik diare & ISPA Menurut Kelompok Umur PKM Ciputat Tahun 2011
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0-7 hr 8-28 hr <1 th 1-4 th 5-9 th

Diare 2 16 436 273 108

ISPA 3 104 3036 2272 1181

Cakupan Imunisasi Campak


Cakupan Persentase Imunisasi Rutin Puskesmas Ciputat Tahun 2011
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 BCG Campak DPT 1 DPT 2 DPT 3 Januari 9.4 8.8 9.3 8.9 8.8 Februari 17.9 17.5 18.1 17.3 17.3 Maret 27.1 26.8 26.9 26.1 26.3 April 36.5 33.2 35.9 34.9 35.6 Mei 45.7 39.5 42.6 41.9 42.2 Juni 52.5 45.9 49.5 49.2 49.1 Juli 58.2 52.5 56.8 56.3 55.9 Agustus 64.7 59.9 64.7 64 64 September Oktober 73.9 69 73.8 72.9 73 83.8 78.8 83.8 82.4 82.5 November 93.2 87.6 91.9 90 90.4

Tingkat DINKES
y SKD KLB Dinkes : mengacu pada pedoman SKD KLB DEPKES RI dengan laporan berjenjang mulai dari masyarakat, posyandu/lembaga kesehatan lain Puskesmas Dinkes. y Surveilans gizi buruk = dilihat berdasarkan kasus yang dilaporkan PKM ke Dinkes (Laporan by.name by.addres/W1) y Pelaporan = laporan2 dari PKM dikompilasi dikonfirm kembali dengan PKM benar/tidaknya dikirim ke propinsi melalui SI Gizi (online) y Pelacakan = dari laporan PKM dilihat berdasarkan tempat yang banyak kasus. Pelacakannya dilakukan melalui pengetahuan ibu dan konsumsi makanannya. y Tindakan yang dilakukan : bantuan intervensi gizi dan jika ada dana dirujuk ke RS.

Cont
y Pencegahan : Promotif dan pereventif

Peningkatan pemberian ASI Eksklusif 2. Peningkatan peranan Posyandu dan kader 3. Pemantauan status gizi dengan penimbangan balita indeks BB/U (2 x 1thn) 4. Pemantauan Status Gizi dengan petugas gizi di PKM (1x1thn), namun tidak semua balita (hanya sample saja).
1.

Kesimpulan
y Pihak puskesmas melakukan penanganan setelah ada kasus sedangkan

upaya preventifnya masih kurang.


y Dari data yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan SKD KLB gizi buruk di puskesmas ciputat sudah berjalan cukup baik sampai ke tingkat dinas kesehatan karena data-data yang dikumpulkan oleh puskesmas dan dilaporkan ke dinas kesehatan sudah berjalan dengan semestinya.
y Walaupun SKD KLB sudah berjalan cukup baik namun disisi lain

untuk penanganan yang dilakukan pihak puskesmas lebih ke upaya kuratifnya sedangkan upaya preventifnya masih kurang.

Anda mungkin juga menyukai