Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Teori Produksi
y Teori prilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan
teori prilaku konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk mengunakan faktor produksi atau yang akan diproses menjadi output. Karena itu bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law of Diminishing Return (LDR). Produsen juga memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya, bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum. Pemahaman prilaku konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai prilaku produsen.
semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas produksi dengan menambah atau mengurangi mesin produksi. Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan ukuran waktu kronologis. Misalnya ada kualifikasi yang menyatakan bahwa jangka panjang berkisar antara 5-25 tahun. Jangka sangat panjang bila waktunya lebih dan 25 tahun. y Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi di mana semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.
variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonomi membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
(5.1) y Dimana : Q = tingkat output y K = barang modal y L = tenaga kerja buruh
y Q=f(K,L) y
y Produksi Marjinal : y MP = TP = Produksi marjinal y MP = TP = aTP y y y y y y y y
(5.3)
aL Di mana = MP = produksi marjinal Di mana = MP = produksi marjinal Produksi rata-rata AP = TP L Di mana : AP = produksi rata-rata
.(5.4)
Tabel 5.1 Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata Usaha Tekstil Tradisional (Satu Faktor Produksi Variabel)
Mesin (unit) Buruh (orang) Produksi Total (TP) (bal) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 20 45 80 105 120 126 120 108 90 Produksi Marjinal (MP) (bal) 5 15 25 35 25 15 6 -6 -12 -18 Produksi Rata-rata (bal) 5 10 15 20 21 20 18 15 12 9
Diagram 5.1
120
100
80
60
40
20
10
L1
L2
L3
APL 0 L1 L2 L3 MPL L
perkembangan teknologi
y Kemajuannteknologi dapat membuat tingkat
prodoktivitas meningkat. Secara grafis dapat di gambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada Diagram 5.3, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP 3> TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar. Dari Diagram 5.3 tampak bahwa > >
TP31
TP21 TP11
faktor produksi tetap. Baik barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan, faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam.
Isokuan (Isoquant)
y Isokuan adalah kurva yang menggambarkan
berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat produksi yang sama. Misalnya, kasus usaha
tekstil tradisional dengan asumsi mesin dapat ditambah.
3 45
20
80
105 135
30 80
45
105 150
150
3 4
105 135
180
150
105
180
240
210
Konektivitas (Conectivity)
y Asumsi koneksitas analogi dengan asumsi pada pembahasan
perilaku konsumen, yaitu kurva indiferensi yang menurun dan kiri atas ke kanan bawah (down ward sloping). Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut Derajat Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS). MRTSIk adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit faktor produksi I harus dikorbankan untuk menambah 1 unit faktor produksi k pada tingkat produksi yang sama. Jika I adalah tenaga kerja dan k adalah barang modal (mesin), maka MRTSIk adalah berapa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah 1 unit mesian, demi menjaga produksi pada tingkat yang sama.
disubstitusikan terhadap input K agar tingkat output yang dihasilkan tidak berubah.
y Menunjukkan tingkat penggantian
K1 K2 K3 I 0 L1 L2 L3 L
K2 K1 K0
6 4 2 Q = 200
Q= 100
L0 L1 L2 L (A) Kurva Produksi Liontief, ditunjukkan marjinal substitusi input sama dengan nol.
10 20 30 40 L (B) Kurva Isoquant yang memiliki tingkat marjinal substitusi antara input yang satu dengan input yang lain dalam perbandingan konstan.
D B
A
(a)
c
0
Tenaga kerja
Tenaga Kerja
)
Perubahan Uotput Karena Perubahan Skala Penggunaan Faktor Produksi ( Return To Scale)
Penggunaan Faktor Produksi adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi di lipat gandakan (doubling).
Mesin
K3 K2 K1 Q50 0 L1 L2 L3
Q60
Q15 00 Q90
Tenaga kerja
Mesi n
K 3 K K 2 1
Q7 Q60 0 0 L 1 L2 L 3
Q9 0 Q8 0
Tenaga kerja
output bertambah kurang dari 1 unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun.
Mesin
L1
L2
L3
Tenaga kerja
Perkembangan Teknologi
y Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan
efisiensi penggunaan faktor produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang Iebih sedikit.
y
Mesin
Tenaga kerja
Neutral (netral)
menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama. Jika harga faktor produksi tenaga kerja adalah upah (w) dan harga faktor produksi barang modal adalah sewa (r), maka kurva isocost (I) adalah: y I = rK + wL
Modal (unit)
Keseimbangan Produsen
Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi. Analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku konsumen. y Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi kekuatan efek substitusi (substitution effect) dan efek skala produksi (output effect). Karena itu produsen juga mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang penggunaannya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat (kemampuan memproduksi meningkat). Dalam mencapai keseimbangannya produsen selalu berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output (output maximalization) atau minimalisasi biaya (cost minimalization). Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan, dicapai output. Prinsip minimalisasi biaya menyatakan target ouput yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.
y
Prinsip efisiensi
Mesin
K1 Q3 K1 Q2
L1
Tenaga kerja
0 L1
Tenaga kerja
mencapai tujuan itu, dalam jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan target yang akan dicapai setiap tahunnya, yang harus dicapai dengan biaya minimum. Dalam jangka panjang perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan faktor produksi.
I2 I1 I0