Anda di halaman 1dari 36

Proposal Penelitian

Eva Vamela (0804573)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian masih memegang peranan penting pada seluruh sistem perekonomian nasional, untuk itu pembangunan pertanian menjadi salah satu hal penting yang harus dilakukan. Menurut Hadisapoetra dalam Dewandini (2010), pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk meningkatkan peran manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Program-program pengembangan pertanian dan kehutanan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kehutanan khususnya petani kecil, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan nilai tambah pertanian dan kehutanan bagi masyarakat. Rencana strategis tersebut diwujudkan melalui peningkatan hubungan industrial pertanian dan kehutanan dengan sektor-sektor perekonomian. Arah kebijakan untuk pembangunan perkebunan, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri. Salah satu komoditas yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri adalah tanaman mendong (Fimbristylis globulosa). Tanaman mendong merupakan tanaman rumput-rumputan yang hidup di daerah banyak air atau pada umumnya hidup di rawa-rawa. Salah satu daerah yang membudidayakan tanaman ini adalah Kabupaten Subang.

Luas Areal Komoditas Mendong Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

Melihat data tersebut hanya ada beberapa wilayah di Kabupaten Subang yang masih mempertahankan budidaya tanaman medong hingga tahun 2011 yaitu Kecamatan Subang, Pagaden dan Patokbeusi dengan luas areal tanam tanaman mendong pada masing-masing Kecamatan adalah 1,0 Ha, 6,0 Ha dan 1,5 Ha. Hasil utama tanaman mendong adalah berupa batang serta tangkai bunga yang dikenal dengan istilah mendong. Mendong digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan yang hasilnya dapat berupa dompet, tas, topi, taplak meja, dan tikar. Berikut adalah rekapittulasi sentra industri kecil anyaman mendong yang berada di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat :

Di daerah Gunung Sari, Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang sebagian besar masyarakatnya adalah petani mendong. Di daerah Gunungg sari ini kerajinan mendong sudah eksis sejak tahun 1969 dan pada tahun 1978 usaha kerajinan mendong Gunung Sari menjadi primadona di tempat ini, perajin mendong mampu menjadikan kerajinan ini sebagai mata pencaharian utama. Pada awal tahun 1990-an, masih banyak bahan baku untuk dibuat mendong, karena prospek mendong dianggap cerah, saat itu para perajin dan pemilik lahan sawah memilih menanam lahan sawahnya dengan tanaamn mendong daripada padi. Sehingga di Desa Gembor lahan yang ditanami mendong luasnya mencapai 15 hektare (Pikiran Rakyat, 26 Desember 2011). Namun dalam pembangunan yang telah dilaksanakan ternyata suatu masyarakat tidak bersifat statis dan akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Perubahan orientasi mata pencaharian telah terjadi di Gunung Sari, hal tersebut dapat dilihat bahwa sudah tidak ada satu petak pun tanaman mendong di daerah ini karena para petani lebih memilih ke usaha ternak ikan mas (Pikiran Rakyat, 26 Desember 2011). Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai PENGARUH PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PETANI MENDONG TERHADAP EKSISTENSI KERAJINAN TIKAR DI KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG.

Rumusan Masalah : Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan petani mendong merubah mata pencahariannya? 2. Bagaimana pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang ? Tujuan :

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan petani mendong merubah pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

Manfaat Penelitian : 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah, yang diharapkan dapat menjadi informasi dan landasan untuk menentukan kebijakan yang terkait dalam hal pengembangan tanaman mendong. 2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait, yaitu Dinas Perdagangan Industri dan Pasar Kabupaten Subang, untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan produktivitas pertanian komoditas tanaman mendong 3. Sebagai bahan pengetahuan bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan budidaya tanaman mendong di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. 4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi dalam bahasan Sumberdaya Alam. 5. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

Variabel Penelitian :

Variabel Bebas (x) Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Petani Mendong : Tingkat pendapatan

Variabel Terikat (y)


Eksistensi tikar kerajian

Luas kepemilikan lahan


Tingkat produktivitas Persaingan antara cabang

usahatani

Definisi Operasional : 1. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Perubahan mata pencaharian merupakan proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Perubahan orientasi dalam penelitian ini adalah berpindahnya pekerjaan masyarakat petani mendong menjadi pekerjaan lain. 2. Petani Mendong Menurut Samsudin dalam Dewandini (2010) Petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Petani yang dimaksud dalam penelitian adalah petani mendong. 3. Eksistensi Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Adapun eksistensi dalam peneltian ini adalah eksistensi kerajian tikar.

Pembangunan Pertanian : Usahatani Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Tanaman Mendong Industri

Tinjauan Pustaka : Pembangunan Pertanian :

Menurut Mosher dalam Dewandini (2010), pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepadanya serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan benar-benar bersifat umum dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani yang jumlahnya besar dan dalam beberapa tahun mendatang diberbagai negara, akan terus hidup bertani.

Usahatani
Menurut Prof. Tb. Bachtiar Rifai dalam Abbas dan Cuhaya (1983), usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Klasifikasi Lahan Usahatani : Lahan Sawah, Lahan Kering atau Darat. Faktor-faktor Lahan yang Mempengaruhi Tipe Usahatani : Faktor Alam yang Mempengaruhi Tipe Usahatani : iklim, tanah dan topografi. Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Tipe Usahatani : (a) Adanya permintaan pasar untuk sesuatu komoditi usahatani tertentu, (b) Ongkos tataniaga, (c) Adanya persaingan antara cabang usahatani, (d) Adanya siklus kelebihan dan kekurangan produksi, (e) Nilai lahan, (f) Tersedianya modal dan (g) Tersedianya tenaga kerja Faktor Budaya yang Mempengaruhi Tipe Usahatani : (a) Adat dan kepercayaan kepada agama, (b) Perkembangan pendidikan, (c) Perkembangan tingkat hidup masyarakat. Faktor Kebijaksanaan yang Mempengaruhi Tipe Usahatani

Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah akan mengalami perubahan sesuai dengan keadaan fisik dan social ekonomi, seperti bentang alam, bertambahnya pengetahuan, teknologi yang dimiliki penduduk wilayah dengan perubahan waktu relative cepat atau lambat. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurahman dalam Mulyawan (2006) macan dan corak aktivitas manusia berbeda-beda pada tiap golongan atau daerah, sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata geografi daerahnya. Perubahan mata pencaharian ini bisa terjadi secara sadar maupun terpaksa karena adanya penekanan dari faktor intern mapun ekstern. Faktor ekstern yang disengaja, misalnya adanya pembangunan sarana fisik seperti pembangunan untuk pemukiman dan perumahan, industri ataupun sarana fisik lainnya yang menyebabkan terjadinya pergeseran mata pencaharaian dari lahan pertanian ke lahan non pertanian. Sedangkan faktor intern misalnya jumlah pendapatan petani yang dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jumlah tanggungan keluarga petani, serta pendidikan dan pengalaman bekerja pada sektor pertanian.

Tanaman Mendong
Menurut Tjitrosoepomo (1988), tanaman mendong termasuk spesies Fimbristylis globulosa, taksonominya sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Fimbristylis Spesies : Fimbristylis Globulosa (Retz.) Menurut Listyani (2008), tanaman mendong sekali tanam dapat dipanen 4 hingga 5 kali dengan menyisakan bagian bawah tanaman setinggi 3 cm tanpa membongkar perakaran sehingga tidak perlu pengadaan bibit sehabis panen. Rumpun yang tersisa akan tumbuh anakan baru dengan pemberian pupuk dan pemeliharaan sesuai anjuran selanjutnya menjadi batang mendong yang siap dipanen setelah sekitar 4 bulan kemudian. Demikian seterusnya sampai 4 hingga 5 kali siklus panen. Setelah itu baru dilakukan pembongkaran akarnya untuk dibuat bibit kembali.

Pengolahan Lahan Pengolahan lahan hampir sama dengan pengolahan lahan untuk padi sawah lahan kondisinya berair. Lahan yang akan ditanami mendong dibajak lebih dahulu dengan tenaga ternak atau traktor atau cangkul. Kedalaman olahan sekitar 30 cm. Setelah dibajak lalu diperlembut dengan menggunakan garu atau cangkul sehingga tanah olahan benar-benar lembut, rata dan bersih dari gulma. Bersamaan dengan itu pematang-pematang sawah dibersihkan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Lahan siap untuk ditanami mendong dengan air yang tetap menggenang.

Tanaman Mendong

Industri
Menurut Sumaatmadja dalam Eka (2008) industri memiliki dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan sempit. Pengertian industri secara luas adalah sebagai kegiatan manusia yang memanfaatkan sumberdaya, sedangkan dalam arti sempit adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Sebagaimana dimaklumi, bahwa masyarakat industri memilki karakteristik yang berbeda dari tatanan masyarakat lainnya yakni masyarakat agraris atau masyarakat tradisional. Dalam pandangan Toffler dalam Syaifullah (2009) masyarakat industri adalah perkembangan lebih lanjut dari masyarakat pertanian (agriculture societies). Di Indonesia macam dan kegiatan industri dikelompokan ke dalam 4 golongan : Kelompok I aneka indutstri dan kerajianan, yang terdiri atas : Industri makanan dan minuman Industri kerajianan logam : mas, perak, tembaga Industri kerajinan bukan logam :anyaman,kulit, tembakau dan lain-lain Kelompok II industri logam dan elektronik, yang terdiri atas : Industri logam dasar besi/ baja (termasuk industri pipa kawat baja dan lain-lain) dan industri non-ferro (timah,kabel dan lain-lain) Industri mesin kendaraan, mesin-mesin, industri kapal dan lain-lain Industri elektronika : radio, TV dan alat-alat listrik lainnya.

Kelompok III industri kimia, termasuk ke dalamnya : Industri pupuk, industri ban , industri gelas, industri garam, industri gas dan lain-lain Kelomnpok IV industri sandang, tekstil, yang termasuk ke dalamnya : Industri serat sintetis (rayon) Industri permintalan dan pertenunan Industri perajutanIndustri pakaian jadi (Alamak Industri dalam Maryani dan Abdurachmat (2009:31)

Industri
High Smith dalam Maryani dan Abdurachmat (2009) menggolongkan syarat dan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha dan kegiatan industry menjadi 4 kelompok yaitu : Faktor Sumberdaya (The Resource Base) Faktor sumberdaya khususnya sumberdaya alam sebagai pendukung industri yang penting adalah bahan mentah, sumber energi, persediaan air, faktor iklim dan bentuk lahan (landform). Faktor Sosial (Social Factors) Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap usaha dan perkembangan industri antara lain adalah penyediaan tenaga kerja, kemapuan-kemampuan teknologi, dan kemampuan-kemampuan mengorganisasi.

Faktor Ekonomi (Economic Factors) Faktor-faktor ekonomu yang penting terhadap usaha dan perkembangan industri antara lain adalah pasara, trasnportasi, modal, masalah harga tanah dan pajak.

Faktor Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi usaha dan perkembangan industri misalnya : ketentuan-ketentuan perpajakan dan tarif, pembatasan impor-eksport (proteksi hasil industri dalam negeri dan mendorong eksport), pembatasan jumlah dan macam industri, penentuan daerah industri, pengembangan kondisi dan iklim yang menguntungkan usaha (favourable) dan lain-lain.

METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Kecamatan ini merupakan wilayah di Kabupaten Subang yang membudidayakan tanaman mendong. Kecamatan Pagaden ini terdiri dari sepuluh desa, yaitu Desa Sukamulya, Desa Gembor, Desa Neglasari, Desa Gunung Sembung, Desa Gambarsari, Desa Kamarung, Desa Sumbersari, Desa Gunungsari, Desa Jabong dan Desa Pagaden. Namun tidak seluruh Desa yang terdapat di Kecamatan Pagaden tersebut membudidayakan tanaman mendong. Terdapat dua desa yang menjadi wilayah terkonsentrasinya budidaya tanaman mendong, yaitu Desa Sukamulya dan Desa Gembor. Banyak petani mendong yang telah mengalami perubahan mata pencaharian yaitu di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Berdasarkan peta administratif, secara astronomis letak Kecamatan Pagaden berada pada 107o 45' 00" - 107o 50' 00" BT dan 06o 25' 00" - 06o 32' 00" LS. Secara geogrfais Kecamatan Pagaden langsung berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Binong Sebelah Timur : Kecamatan Cipunagara Sebelah Selatan : Kecamatan Subang Sebelah Barat : Kecamatan Purwadadi dan Kalijati Secara Keseluruhan luas wilayah Kecamatan Pagaden adalah 8978,13 Ha. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Peta Administratif Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Luas Wilayah Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang


Luas Wilayah (Ha) 1169 1821,74 822,31 789,60 427,47 185,28 865,84 742,15 1493,35 661,39 8978,13

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Desa Sukamulya Gembor Neglasari Gunung Sembung Gambarsari Kamarung Sumbersari Gunungsari Jabong Pagaden

% 13,02 20,29 9,16 8,79 4,76 2,06 9,64 8,27 16,63 7,37 100

Luas Total

Sumber : Monografi Kecamatan Pagaden 2010

Populasi dan Sampel Populasi Menurut Tika, Pabundu (1996:32) populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi penduduk. Populasi wilayahnya adalah desa yang terdapat petani mendong yaitu Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sedangkan populasi penduduknya adalah Seluruh petani yang membudidayakan tanaman mendong di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sampel Menurut Tika, Pabundu (1996:32) sampel adalah sebagian dari objek atai individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel wilayah dan sampel penduduk. Sampel wilayahnya adalah daerah dimana terdapat petani mendong yang mengalami perubahan orientasi mata pencaharian, yaitu di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Sedangkan sampel penduduk adalah petani mendong yang mengalami perubahan orientasi mata pencaharian di Desa Gembor Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

Berdasarkan rumus Dixon dan B. Leach dalam Tika (2005) untuk mengetahui besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili suatu populasi, maka digunakan rumus berikut ini : Menghitung persentase karakteristik

Menentukan variabilitas

Menentukan jumlah sampel

Menentukan jumlah sampel yang telah dikoreksi

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu cara mengambil sampel dengan memberi kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi. (Tika, 2005).
Jumlah sampel di Desa Gembor
Jumlah Petani Mendong yang Nama Dusun telah merubah mata pencaharian (Orang) Sampel (Orang)

Gunung sari

312

85

Dengan demikian, jumlah petani mendong yang akan dijasikan sampel pada penelitian adalah 85 orang.

Instrumen Penelitian a. Bahan dan Alat Bahan Peta rupabumi 25.000 lembar 1209-343 Subang. Peta rupabumi 25.000 lembar 1209-621 Pagaden. Alat Alat ukur lapangan, yaitu Global Position Sistem (GPS), alat tulis dan digital Pedoman wawancara Pedoman observasi

kamera

b. Data yang dikumpulkan Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari petani responden dengan cara observasi dan wawancara. Pengumpulan data primer, diperoleh dari wawancara dan observasi. Teknik wawancara menggunakan kuesioner yang akan disiapkan sebelumnya. Kuesioner tersebut berupa daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai masalah yang diteliti. Sedangkan observasi berupa pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti berdasarkan pedoman-pedoman obervasi yang telah disiapkan sebelumnya. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder, diperoleh dari instansi yang terkait dalam penelitian yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang, Kantor Kecamatan, meliputi data Monografi.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Metode Penelitian Penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu metode yang menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui metode pengumpulan data, yaitu wawancara atau metode observasi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik populasi atau bidang tertentu. ( Wirartha, Made 2006 : 154). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki.

b. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : Observasi Menurut Tika (2005:44) observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Obervasi yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu melakukan pengamatan secara langsung menganai situasi dan kondisi daerah peneletian untuk mendapatakan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah penelitian.

Wawancara Menurut Nasution dalam Tika (1996:75) wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Sedangkan menurut Tika (2005:49) wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian bertujuan untuk mengetahui latar belakang masalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan budidaya mendong banyak ditinggalkan oleh masyarakat dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Angket Menurut Nawawi dalam Tika (2005:54) angket (kuisioner) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatancatatan mengenai data pribadi responden (Fathoni, 2006 :112).

Studi Literatur Sumber literatur berupa buku, jurnal atau media cetak sebagai teknik kegiatan pengumpulan data, konsep ataupun teori yang berkaitan dengan masalah penelitian

c. Teknik Analisis
1. Chi Kuadrat ( ) Untuk mengkaji pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong terhadap eksistensi kerajinan tikar di Kecamatan Pagaden, maka digunakan analisis Chi Kuadrat. Rumus yang digunakan untuk mencari Chi Kuadrat () menurut Tika (2005:91) sebagai berikut:

a. Menentukan derajat kebebasan

b. Menentukan nilai Chi Kuadrat () dari daftar menentukan ketergantungan untuk melihat berapa besar ketergantungan Jika < tabel, maka kedua faktor tersebut independen, artinya tidak ada hubungan antara kedua faktor tersebut. Jika > tabel, maka kedua faktor tersebut independen, artinya terdapat hubungan antara kedua faktor tersebut. c. Pengujian hipotesis dengan cara membandingkan antara C dan Cmaks

d. Menentukan koefisien kontingesi menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nugraha (1985: 72) sebagai berikut :
Nilai C=0 0 C< 0,20 Cmax 0,20 Cmax C< 0,40 Cmax 0,40 Cmax C < 0,60 Cmax 0,60 Cmax C < 0,80 Cmax 0,80 Cmax C < Cmax Tidak mempunyai korelasi Korelasi rendah sekali Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi tinggi sekali Kriteria

2. Analisis data secara deskriptif Untuk mengetahui pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian petani mendong maka digunakan analisis deskriptif. Analisis secara deskriptif penting untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif. Dalam bidang Geografi Sosial, analisis data secara deskriptif diperlukan untuk menjelaskan fenomenafenomena yang bersifat sosial (Tika, 2005:116).

Kerangka Berpikir

Petani Mendong

Berubah Mata Pencaharian

Luas kepemilikan lahan

Tingkat pendapatan

Produktivitas mendong

Persaingan antar cabang usahatani

Eksistensi Kerajinan Tikar

Eksis

Tidak eksis

Anda mungkin juga menyukai