Anda di halaman 1dari 35

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan hanya bertujuan mengembangkan dan memenuhi ingatan para peserta didik, melainkan untuk membina dan mengembangkan mental anak untuk sadar akan tanggung jawabnya. (Isjoni, 2007:25)

Faktor penyebab permasalahan pembelajaran IPS adalah bagaimana proses bembelajaran yang dilakukan guru. Bagi siswa Sekolah Dasar (SD), belajar akan lebih bermakna jika apa yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman dan perkembangan pengetahuan awalnya.

menurut Nurhasnawati (Zahra, 2011) bahwa:


apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, maka terlebih dahulu perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman dalam menerima bahan pelajaran yang baru.

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya bahwa apersepsi yang dilakukan guru pada tahap awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, dan kecenderungan tidak dilaksanakan.

Berdasarkan pada observasi dan literatur yang ada, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dan berharap penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

PERUMUSAN MASALAH
Identifikasi dan Analisis Masalah
Berdasarkan tuntutan keprofesionalan, guru harus memiliki delapan keterampilan mengajar salah satunya adalah membuka dan menutup pelajaran. Berkaitan dengan keterampilan membuka pelajaran, guru harus memiliki kompetensi dalam memberikan apersepsi. Keterampilan guru dalam membuka pelajaran kurang memperhatikan apersepsi pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Interaksi pada pembelajaran IPS hanya bersifat satu arah. Kecenderungan guru tidak memfasilitasi siswa untuk menjadi subjek belajar, dengan kata lain guru tidak menciptakan kondisi belajar yang kondusif.

Rumusan Masalah
Bagaimana apersepsi dalam pembelajaran IPS di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya? Bagaimana hasil belajar siswa di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya? Adakah hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

TUJUAN PENELITIAN
Memperoleh gambaran tentang apersepsi pembelajaraan pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Memperoleh gambaran tentang hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta memberi gambaran mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SD.

Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan masukan yang positif, sehingga pendidik dapat mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk menambah wawasan tentang apersepsi pada pembelajaran IPS.

Manfaat Kelembagaan
Secara kelembagaan adalah memberikan sumbangan ilmiah agar sekolah selalu memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk kreatif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.

LANDASAN TEORI
Apersepsi Pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selain itu kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari. (Isman, 2007)

Menurut Nurhasnawati (Zahra, 2011) bahwa:


Apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, maka terlebih dahulu perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman dalam menerima bahan pelajaran yang baru.

Menurut (Sajidin, 2007) bahwa: Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

Tujuan Apersepsi Pembelajaran


Secara Khusus:
Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai. Guru menjelaskan konsep atau pengertian dari materi yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru. (Bintana, 2011)

Tujuan Umum:
Mencoba menarik siswa ke dunia yang guru ciptakan, Mencoba menyatukan dua dunia Menciptakan atmosfir

Pembentukan Apersepsi

Pilar pertama adalah menciptakan alfa zone Pilar ke-dua warmer Pilar ke-tiga pre-teach Pilar ke-empat adalah scene setting

Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan.

Menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:4-5) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.

Hakikat Pembelajaran IPS


IPS ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Nasution (Isjoni, 2007:21).

KERANGKA BERFIKIR
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu apersepsi sebagai variabel bebas (Independent Variable) yang dilambangkan dengan "X" dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan dengan "Y".

Lanjutan

ANGGAPAN DASAR
Menurut Arikunto (2006:65) anggapan dasar merupakan titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Adapun yang menjadi anggapan dasar pada penelitian mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah:
Tahap awal pembelajaran adalah waktu yang paling penting

Lanjutan
Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan fakta dilapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa dihadapkan pada permasalahan inti pembelajaran.

HIPOTESIS PENELITIAN
Nasution (dalam Ety Rochaety dkk, 2000:31) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah tingginya kompetensi guru dalam memberikan apersepsi berpengaruh terhadap tingginya hasil belajar siswa di Kelas V SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian : Kuasi Eksperimen Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian : SD PERUMNAS 2, teknik sampling nonprobability, Kelas Eksperimen 30 Org, dan Kelas Kontrol 30 Org. Instrumen Soal : Angket, Pre-Test dan Post-Test

Teknik Analisis Data


Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Dan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik.

Uji Hipotesis
Analisis Korelasi Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara apersepsi pembelajaran (X) dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V Sekolah Dasar Perumnas 2 Tasikmalaya. Analisis korelasi yang akan digunakan penelitia adalah Korelasi Person Product Moment (r). dengan rumus sebagai berikut:
Rhitung =

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatife sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 1 Interpretasi Koefisien Kerelasi Nilai r

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi, yaitu untuk mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan uji Signifikansi dengan rumus:

t hitung = Nilai t r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah Sampel

Uji koefisien determinan digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X (variable bebas) terhadap Y (variabel terikat) yang ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Dengan kata lain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variable X (apersepsi pembelajaran) mempunyai kontribusi atau ikut menentukan variable Y (hasil belajar siswa). Derajat koefisien determinan dicari dengan menggunakan rumus : KP = r2 X 100%

Hipotesis Statistik

Hipotesis dalam pnelitian ini adalah: Ho : = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha : 0 (berarti ada hubungan) Keterangan: = Koefisien korelasi antara apersepsi pembelajaran dengan hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai