Kelompok 3B :
8709 - Rifki Afwakhoir
Rumus Bunga
1. Penggunaan Lambang Lambang digunakan untuk menyatakan beberapa hal: a) Simetri: Untuk menyatakan bunga simetri digunakan beberapa lambang diantaranya () untuk simetri tunggal, * untuk simetri banyak, dan + untuk simetri bilateral b) Kelamin bunga: lambang untuk kelamin jantan, lambang untuk yang wanita dan untuk bunga hemafrodit c) Perlekatan bagian bunga: perlekatan bagian bunga dapat bersifat connate antar bagian-bagian dalam bagian, misalnya antara daun mahkota satu dengan yang lainnya, dan adnate, yaitu antar bagian bunga, misalnya antara mahkota dan benang sari sedangkan rumus K3, [C3, A3+3], G3 menggambarkan adnate antara mahkota dan benang sari d) Kedudukan bakal buah: dilambangkan garis bawah untuk bakal buah menumpang dan garis di atas untuk kondisi tenggelam
Metamor fosis
Diagram bunga
a.
Kelopak : dinyatakan dengan huruf K, singkatan dari kalix atau calyx, yang merupakan istilah ilmiah untuk kelopak. Apabila terdapat 5 daun kelopak, maka ditulis sebagai K5. Dan apabila connate, maka diberi tanda kurung pada angka 5 menjadi K(5) b. Tajuk/mahkota : dinyatakan dengan huruf C, singkatan dari corolla. Bila mahkota tersusun dari 5 daun mahkota, ditulis dengan C5. Jika connate ditulis dengan C(5) dan apabila adnate dengan kelopak maka ditulis sebagai [K5,C5] c. Benang sari : dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari androecium. Bila terdapat 6 benang sari dan tidak terjadi perlekatan maka ditulis A6, apabila benang sari tersebut terbagi menjadi 2 lingkaran, maka ditulis A3+3 d. Putik : dinyatakan dengan huruf G, singkatan dari gynaecium Jika kelopak dan mahkota tidak dapat dibedakan, baik bentuk maupun warnanya, maka digunakan huruf P (tenda bunga) yang merupakan singkatan dari perigonium
Suatu bagian dapat memiliki lebih dari 1 lingkaran, misalnya benang sari 10, terdiri dari 2 lingkaran yaitu 5 didalam dan 5 diluar. Demikian pula pada bunga lilia, 6 daun tenda bunga terdapat 3 di lingkaran luar dan 3 di lingkaran dalam, serta 6 benag sari terdiri dari 3 di lingkaran dalam dan 3 diluar lingkaran,sehingga bunga merak menjadi: ,,K5,C5,A5+5,G1 dan bunga lilia : ,*,P(3+3),A3+3,G(3).
Kadang kala antara kelopak dan mahkota atau antara mahkota dan benang sari dapat saling berlekatan (adnate) maka simbol kurung dapat dibentuk seperti rumus pada bunga allamanda (allamanda cathartica) , *,K5(C5,A5),G(2) terjadi perlekatan antara daun mahkota dan benang sari. Di samping itu, kedudukan dari bakal buah atau daun bawah ( menumpang dan tenggelam) diberi simbol garis di atas atau di bawah indeks, misalnya rumus bunga allamanda(allamanda catharica) , *,K5,(C5,A5) G (2) untuk kedudukan menumpang
Rumus bunga pada tumbuhan bersifat konstan pada tingkat famili namun agak sulit untuk indentifikasi pada tingkat genus dan spesies, berikut adalah rumus bunga tingkat familia: 1. Suku empon-empon (Zingiberaceae): ,,K3,C3,A1+ (5),G(3) 2. Suku lilia(Liliaceae): , ,*,P3+3,A(3+3),A1+0,G(3) 3. Suku tumbuhan Apocynaceae: , , *,K5[C(5),A(5)],G(2) 4. Suku tumbuhan kubis(Brassicaceae): ,*,K4,C4,A2+4,G(2) 5. Suku bunga Nyctaginaceae: ,*,K(5),C0,A5,G(5)
Diagram Bunga
Diagram bunga adalah gambar proyeksi pada bidang datar seluruh bagian bunga yang dipotong melintang sehingga dijumpai penampang daun pelindung, daun kelopak, daun mahkota, benang sari, dan putik Diagram Bunga dibagi menjadi 2, yaitu : - Diagram bunga empirik - Diagram bunga teoritik
Metamor fosis
Gambar diagram dinyatakan sebagai penampang melintang dari setiap bagian bunga. Sebagai contoh adalah seperti berikut:
1. Aksis batang : Bila posisi bunga aksilar, maka berbentuk bulat kecil di luar diagram, dan bila posisi bunga terminal maka berbentuk bulat kecil pada pusat lingkaran 2. Daun pelindung : Bentuk pipih lateral dengan tonjolan di tengah bagian luar 3. Daun kelopak : Bentuk pipih lateral dengan tonjolan di tengah bagian sisi luar 4. Daun mahkota : Bentuk pipih bilateral tanpa tonjolan di bagian tengah sisi luar sehingga menyerupai bulan sabit 5. Alat kelamin jantan : Bentuk dua bulatan penampang melintang kepala sari 6. Alat kelamin betina : Bentuk bulat tunggal penampang melintang bakal buah, dengan beberapa daun penyusunnya serta biji dengan posisinya pada daun buah
Keterangan:
1. 2. 3. 4. Batang Tangkai bunga Daun kelopak Daun mahkota 5. Benang sari 6. Putik 7. Daun Pelindung
liliaceae
sapindaceae
Metamorfosis
METAMORFOSIS
2)
3) Taji (calcareus): merupakan alih fungsi dari satu daun mahkota. Pada bunga cacar air (Impatient balsamina), mahkota bunga berfungsi untuk menarik serangga polinator karena berisi kelenjar madu 4) Mahkota kupu-kupu (papilonaceus) yaitu perubahan bentuk mahkota bunga suku tumbuhan Papilonaceae (Leguminosae). Dari lima daun mahkota, satu di anterior membesar, disebut bendera (vexillum), dua di lateral membentuk sayap (alae) , dan dua di posterior membentuk lunas (carina) yang membungkus alat kelamin bunga. Contohnya pada bunga orok-orok (Crotalaria striata).
5) Mahkota berbibir (labiate) yaitu mahkota yang daun mahkotanya mengelompok menjadi dua bagian. Biasanya, dibagian anterior terdapat tiga daun mahkota yang disebit bibir atas. Di bagian posterior, biasanya terdapat dua daun mahkota yang disebut bibir bawah. Perubahan bibir atas lebih besar dari bibir bawah, yang dijumpai pada semua spesies anggota suku Lamiaceae. Bibir atas sama dengan bibir bawah yang dijumpai pada semua suku Verbenaceae. Bibir atas lebih kecil dari bibir bawah dan dijumpai pada bunga Anthirrinum majus.
4) Benang sari steril (staminodia): yaitu benang sari yang memiliki serbuk sari yang steril, biasanya memiliki bentuk dan warna yang berbeda dengan benang sari fertil, misalnya staminodia senggani (Melastoma affinis). Benang sari dari bunga tasbih (Canna sp. Hybrida) bersifat sebagai staminodia berbentuk lembaran (tangkai sari) dan terdapat dalam satu lembaran yang masih mendukung kepala sari (fertil).
5) Cincin (annulus): yaitu reduksi benang sari yang tangkai sarinya berkembang menjadi cincin pada bunga betina kelapa (Cocos nucifera).