Anda di halaman 1dari 99

KELOMPOK 5

SISTEM MUSKULOSKELETAL

ANNISAHRAWANI AMINUDDIN C1210001 AKHMAD MURADI WAHYUDDIN C12110003 SITTI MUSDALIFAH AHMAD C12110103 KURNIATI KADIR C1210111 SRI RINTARI RAHAYU C12110255 FUAD AMIRUDDIN C12110271 HELMA PELLU C12110274 SRI WAHYUNI ARFIN C12110276

Sendi adalah tempat pertemuan dua tau lebih tulang. Tulangtulang ini dipadukan dengan berbagai caraa, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi fibrosa (sinartodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak Sendi synovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.

Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa

1. Sutura diantara tulang-tulang tengkorak. 2. Sindesmosis yang terdiri dari suatu membrane interoseus atau suatu ligamne diantara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.

Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak 1. sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya meliputi oleh rawan hialin contohnya Sendi-sendi kostokondral
2. Simfisis adalah sendi yang tulangtulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis tipis rawan hialin yang menyeliputi permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya.

SENDI SYNOVIAL ADALAH SENDI-SENDI TUBUH YANG DAPAT DIGERAKKAN. SENDI-SENDI INI MEMILIKI RONGGA SENDI DAN PERMUKAAN SENDI DILAPISI RAWAN HIALIN.

DIARTROSISRAWAN SENDI

Pd sendi sinovial, tlg yg saling berhubungan dilapisi rawan sendi Rawan sendi (avaskular & no saraf) berfungsi sbg bantalan Rawan sendi dibentuk oleh kondrosit (sintesis & pelihara matriks) & matriks rawan sendi (ta. air, proteoglikan & kolagen)

DIARTROSISMEMBRAN SINOVIAL

Membran sinovial (jar avaskular lapisi permukaan dalam kapsul sendi) Tersusun 1 3 lapis sel sinovial (sinoviosit) A & B Sinoviosit A (makrofag) lepaskan debris sel ke dlm rongga sendi Sinoviosit B (fibroblas) sintesis & sekresi hialuronat yg berperan dlm lubrikasi

DIARTROSIS

Cairan sendi mrp ultrafiltrat plasma Pada umumnya kadar molekul & ion kecil dal cairan sendi sama dengan plasma, tetapi kadar proteinnya lebih rendah Ligamen & kapsul sendi tersusun oleh serat kolagen, elastin & proteoglikan

GANGGUAN SENDI PADA ANAK

ARTRITIS REUMATOID JUVENIL (ARJ)


Artritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah salah satu penyakit Reumatoid yang paling sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi. Berbagai bentuk arthritis kronis mempengaruhi populasi anak.

Etiologi
Penyebab ARJ tidak diketahui. Sejumlah penyebab arthritis di masa anak-anak telah diidentifikasi, seperti arthritis septis atau demam rematik. Sementara penyebab yang lain sulit untuk diidentifikasi.

Manifestasi Klinis Menurut Europea League Against Rheaumatism (EULAR) tahun 1997, criteria ARJ terdiri atas berikut ini : 1. Umur <16 tahun pada awal penyakit 2. Arthritis pada satu atau lebih sendi 3. Durasi penyakit tiga bulan atau lebih 4. Tipe karakteristik awal : a. Pauciartikular (1-4 sendi) b. Poliartikular ( > 5 sendi) c. Kehadiran faktor rematoid d. Onset sistemis dengan fitur karakteristik e. ARJ dengan positif untuk faktor rematoid

Patofisiologi Pada fase awal terjadi kerusakan mikrovaskuler serta proliferasi sinovia. Tahap berikutnya terjadi sembab pada sinovia, proliferasi sel sinovia mengisi rongga sendi. Sel radang yang dominan pada tahap awal adalah netrofil, setelah itu limfosit, makrofag dan sel plasma. Pada tahap ini sel plasma memproduksi terutama IgG dan sedikit IgM, yang bertindak sebagai faktor rheumatoid yaitu IgM anti IgG. Belakangan terbukti bahwa anti IgG ini jaga bisa dari klas IgG. Reaksi antigen-antibodi menimbulkan kompleks imun yang mengaktifkan sistem komplemen dengan akibat timbulnya bahan-bahan biologis aktif yang menimbulkan reaksi inflamasi. Inflamasi juga ditimbulkan oleh sitokin, reaksi seluler, yang menimbulkan proliferasi dan kerusakan sinovia. Sitokin yang paling berperan adalah IL-18, bersama sitokin yang lain IL-12, IL-15 menyebabkan respons Th1 berlanjut terus menerus, akibatnya produksi monokin dan kerusakan karena inflamasi berlanjut. Pada fase kronik, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjol disebabkan respons imun seluler. Kelainan yang khas adalah keruskan tulang rawan ligamen, tendon, kemudian tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh produk enzim, pembentukan jaringan granulasi. Sel limfosit, makrofag, dan sinovia dapat mengeluarkan sitokin, kolagenase, prostaglandin dan plasminogen yang mengaktifkan system kalokrein dan kinin-bradikinin. Prosraglandin E2 (PGE2) merupakan mediator inflamasi dari derivat asam arakidonat, menyebabkan nyeri dan kerusakan jaringan. Produk-produk ini akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut seperti yang terlihat pada Artritis Reumatoid kronik.

Penatalaksanaan
Manajemen dalam memberikan intervensi pada pasien ARJ adalah sebagai berikut : 1. Penatalaksanaan psikologis, termasuk pendidikan kesehatan pada pasien dan orang tua. 2. Terapi medis, dengan pemberian NSAIDs dan imunosupresi. 3. Pencapaian di sekolah dengan konsultasi akademik, penyesuaian aktivitas sekolah, dan penyesuaian edukasi fisik di sekolah. 4. Nutrisi untuk menurunkan kondisi anemia dan osteoporosis.

Pemeriksaan
Klinis Diagnosis terutama berdasarkan klinis. Penyakit ini paling sering terjadi pada umur 1-3 tahun. Nyeri ekstremitas seringkali menjadi keluhan utama pada awal penyakit. Gejala klinis yang menyokong kecurigaan kearah ARJ yaitu kekakuan sendi pada pagi hari, ruam rematoid, demam intermiten, perikarditis, uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul rematoid, tenosinovitis.
Laboratorium Biasanya ditemukan anemia ringan, Hb antara 7-10 g/dl disertai lekositosis yang didominasi netrofil. Trombositopenia terdapat pada tipe poliartritis dan sistemik, seringkali dipakai sebagai petanda reaktifasi penyakit. Peningkatan LED dan CRP, gammaglobulin dipakai sebagai tanda penyakit yang aktif.

Faktor Reumatoid lebih sering pada dewasa dibanding pada anak. Anti-Nuclear Antibody (ANA) lebih sering dijumpai pada ARJ. Pada pemeriksaan radiologis biasanya terlihat adanya pembengkaan jaringan lunak sekitar sendi, pelebaran ruang sendi, osteoporosis. Kriteria diagnosis artritis reumatoid juvenil menurut American College of Rheumatology (ACR) : 1. Usia penderita kurang dari 16 tahun. 2. Artritis pada satu sendi atau lebih (ditandai pembengkakan/efusi sendi atau terdapat 2/lebih gejala : kekakuan sendi, nyeri/sakit pada pergerakan, suhu daerah sendi naik). 3. Lama sakit lebih dari 6 minggu. 4. Tipe awitan penyakit dalam masa 6 bulan terdiri dari : 5. Poliartritis (5 sendi atau lebih) 6. Oligoartritis (4 sendi atau lebih) 7. Penyakit sistemik dengan artritis atau demam intermiten 8. Penyakit artritis juvenil lain dapat disingkirkan.

Walaupun tidak ada yang patognomonik namun gejala klinis yang menyokong kecurigaan ke arah ARJ yaitu kaku sendi pada pagi hari, ruam reumatoid, demam intermiten, perikarditis, uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul reumatoid, tenosinovitis.

GANGGUAN SENDI PADA DEWASA

Artritis Rematoid Etiologi Penyebab AR tidak diketahui. Faktor genetik,lingkungan,hormon,imunolo gi, dan faktor-faktor infeksi mungkin memainkan peran penting. Sementara itu faktor sosial ekonomi,psikologis dan gaya hidup dapat memengaruhi progresivitas dari penyakit.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, Deformitas Adanya nodula-nodula Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis

PATOFISIOLOGI

CONT...

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon- dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis. Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan 12 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

PENATALAKSANAAN

Pendidikan Istirahat Latihan Fisik dan Termoterapi. Diet/ Gizi Obat-obatan

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fisik Secara umum ,sendi tangan dan kaki akan terpengaruh dalam distrubusi yang relatif simetris .Sendi menunjukkan peradangan dengan pembengkakan ,kelembutan,kehangatan, dan penurunan rentang gerak.Atrofi otot-otot interoseus tangan merupakan temuan awal yang khas.

POHON MASALAH

HASIL PEMERIKSAAN

Studi Laboratorium Tidak ada tes patognomonik tersedia untuk mengonfirmasikan diagnosis AR, melainkan diagnosis dibuat menggunakan klinis,laboraturium. Tanda peradangan seperti LED dan CRP ,berhubungan dengan aktivitas penyakit. Parameter hemotologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovia. a.Profil sel darah lengkap : anemia,trombositosis,leukositosis,dan leukopenia. bWBC count ((>2000/al) hadir dengan jumlah WBC umumnya dari 5.00050.000/Ul. c.Analisis cairan sinovia :inflamasi cairan sinovia. d.parameter imonologi : faktor rematoid hadir pada sekitar 60-80% pasien dengan AR.

EOSINOPHILIC FASCIITIS

Eosinophilic fasciitis adalah gangguan dimana kulit pada lengan dan kaki menjadi meradang dan bengkak dan lambat laun mengeras. Nama eosinophilic mengacu pada awalnya kadar darah tinggi pada jenis sel darah putih yang disebut eosinophils. Fasciitis mengacu pada peradangan pada fascia, dimana jaringan serat liat yang berada di bawah kulit. PENYEBAB Penyebab eosinophilic fasciitis tidak diketahui. gangguan tersebut terjadi terutama sekali pada pria berusia 40 sampai 50 tahun, tetapi hal tersebut bisa terjadi pada wanita dan anak-anak.

MANIFESTASI KLINIS

Rasa sakit, bengkak, dan peradangan pada kulit, terutama di atas bagian dalam lengan dan di depan kaki. Kulit lambat laun mengeras, lengan dan kaki menjadi sulit untuk bergerak Kekuatan otot biasanya tidak menurun, tetapi otot dan sakit persendian bisa terjadi. Kehilangan berat badan dan lelah sering terjadi

PENGOBATAN

Kebanyakan penderita segera merespon terhadap kortikosteroid dosis tinggi. Pengobatan harus sesegera mungkin dimulai untuk mencegah luka parut, kehilangan jaringan (atrophy), dan kontraktur. Kortikosteroid tidak bisa membalik atropi dan luka jaringan. Dosis dikurangi secara bertahap, tetapi kortikosteroid bisa diperlukan untuk dilanjutkan pada kadar rendah untuk 2 sampai 5 tahun. penggunaan obat-obatan lain dicobakan untuk orang yang tidak dapat menggunakan atau tidak bereaksi penuh terhadap kortikosteroid.

POLIARTERITIS NODOSA

Merupakan suatu penyakit dimana bagian dari arteri-arteri berukuran sedang mengalami peradangan dan kerusakan, dan menyebabkan berkurangnya pengaliran darah ke organ-organ yang diperdarahinya. Penyakit ini sering berakibat fatal jika tidak diobati dengan tepat. Biasanya menyerang usia 40-50 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapa saja. Laki-laki 3 kali lebih sering terkena.

PENYEBAB Penyebabnya tidak diketahui, tetapi reaksi terhadap beberapa obat dan vaksin bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini. Infeksi virus dan bakteri kadang-kadang bisa memicu terjadinya peradangan. GEJALA Pada awalnya penyakit ini bersifat ringan, tetapi bisa menjadi fatal dalam beberapa bulan atau menyebabkan penyakit menahun. Berbagai organ atau sekumpulan organ bisa terkena, dan gejalanya tergantung dari organ yang terkena. Poliarteritis nodosa sering menyerupai penyakit lain, dimana terjadi peradangan arteri (vaskulitis). Salah satu contohnya adalah sindroma Churg-Strauss, yang membedakannya dengan poliarteritis nodosa adalah bahwa pada sindroma ini terjadi asma.

GANGGUAN SENDI PADA LANSIA

Osteoartritis ( peradangan sendi degeneratif )

Definisi
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi dari rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.

PATOFISIOLOGI

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam pada penderita osteoarthritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil tulang rawan tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan. Tulang rawan sendi kemudian kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang sebenarnya dari osteoarthritis tetap tidak diketahui, tetapi kemungkinan peningkatan usia ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis.

MANIFESTASI KLINIK

Umumnya berupa nyeri sendi terutama pada saat digerakkan atau menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila penderita beristirahat. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama tetapi akan hilang bila setelah digerakkan. Jika terjadi kekakuan pada pagi hari biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit, bila dibandingkan dalam kondisi yang sama dengan kekakuan yang disebabkan oleh arthritis rheumatoid. Spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adal sumber nyeri. Gambaran lainnya adalah keterbatasana dalam gerak (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan local, pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium Osteoarthritis adalah gangguan arthritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnose. Radiologik Ciri khas yang sering terlihat pada gambaran radiogram penderita osteoarthritis adalah penyempitan ruang sendi.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan osteoarthritis haruslah bersifat multifocal dan individual. Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas. Penatalaksanaan osteoarthritis dengan cara operasi dirancang untuk membuang badan-badan yang lepas, memperbaiki jaringan penyokong yang rusak, atau untuk menggantikan seluruh sendi. Bedah artroscopi memungkinkan pelaksanaan berbagai macam prosedur operasi dengan morbiditas yang lebih kecil dari operasi biasa. Bentuk operasi lain yang dipakai untuk mengatasi osteoarthritis adalah osteotomi angulasi.

GOUT ARTRITIS

Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat (kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.

PATOFISIOLOGI GOUT ARTHRITIS

CONT...

1.

2.

Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).

CONT...

Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.

INFEKSI SENDI PADA ANAK-ANAK

ARTRITIS SEPSIS

Arthritis sepsis adalah suatu invasi langsung berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, mikrobakteri, dan jamur.

PATOFISIOLOGI

Organisme dpt menginvasi secara inokulasi langsung pada saat kontak dari jaringan periartikular yg terinfeksi atau melalui aliran darah (rute yang paling umum). Sinovium merupakan struktur yang kaya dengan vascular yang kurang dibatasi oleh membran basal sehingga memungkinkan mudah masuknya bakteri secara hematogen. Di dalam ruang sendi, lingkungannya sangat avaskular (karena banyaknya fraksi kartilago hialin) dengan aliran cairan sendi yang lambat, sehingga suasana yang baik bagi bakteri berdiam dan berproliferasi. Sendi normal memiliki beberapa komponen pelindung. Sel sinovia yang sehat memiliki aktivitas fagositosis signifikan dan cairan sinovia biasanya memiliki aktivitas bakterisida signifikan. Kondisi arthritis rematik dan lupus eritematosus sistemis menghambat fungsi pertahanan cairan sinovia, penurunan kemotaksis, dan penurunan fungsi fagositosis leukosit PMN. Adanya riwayat kerusakan sendi, terutama oleh rematoid arthritis akan memberikan kondisi yang paling rentan terhadap infeksi. Perubahan membran sinovia dengan terjadinya peningkatan dari neurovaskulaerisasi sendi dan peningkatan adhesi memberikan manifestasi untuk terjadinya bakterimia dan mengakibatkan infeksi sendi.

Konsekuensi utama dari invasi bakteri adalah kerusakan tulang rawan artikular. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan organisme untuk membentuk kondisi patologis. Sel-sel merangsang sintesis sitokin dan produk inflamasi lainnya yang mengakibatkan hidrolisis kolagen dan proteoglikan. Infeksi gonorea menginduksi masuknya leukosit ke dalam sendi, lalu menimbulkan kerusakan sendi yang minimal dibandingkan dengan infeksi organisme Stafilococcus aureus. Dengan berlanjutnya proses destruktif, maka terbentuk erosi tulang rawan pada margin lateral sendi dan dengan semakin luasnya kerusakan tulang rawan akan terbentuk ekspos tulang yang mengganti posisi tulang rawan, kondisi ini akan menurunkan fungsi sendi. Kondisi lebih lanjut akan menyebabkan degenarasi tulang yang terlibat sehingga mengalami perubahan arsitektur pada ujung tulang. Kondisi pembentukan efusi yang dapat terjadi pada infeksi pada sendi pinggul akan mengganggu suplai darah dan mengakibatkan nekrosis tulang.

ANAMNESIS

Riwayat penyakit arthritis sepsis adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri local pada sendi yang terinfeksi, pembengkakan sendi, dan penurunan kemampuan ruang lingkup gerak sendi. Anamnesis yang diperlukan untuk deskripsi nyeri sendi secara PQRST pada pasien arthritis sepsis.
Provoking Incident

Pengkajian untuk menentukan factor atau peristiwa yang mencetuskan keluhan nyeri. Kaji apakah ada penyakit pencetus yang menjadi predisposisi terjadinya nyeri sendi pada arthritis sepsis, seperti riwayat penyakit rematik, trauma, adanya riwayat penyakit ekstraartikular, penyebab iatrogenic, memakai obat suntik, pasien hemodialisis, transplantasi organ, dan factor local seperti sendi prostetik, infeksi kulit, operasi sendi, trauma sendi, serta osteoarthritis.
Quality or Quantity of Pain

Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apa maksud dari

Region, radiation, reffered:

Pengkajian untuk menentukan area atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar dan apakah nyeri menjalar ke area lain.
Severity (Scale) of Pain

Skala nyeri sendi arthritis sepsis biasanya bervariasi dalam rentang 2-3 (0-4) dalam pengkajian nyeri subjektif.
Time

Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten). Lama timbulnya (durasi). Tentukan kapan gejala tersebut pertama kali timbul dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan kepada pasien apa yang pertama kali dirasakan sebagai tidak biasa atau tidak enak terutama pada sendi yang terkena.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada kebanyakan kasus arthritis reaktif biasanya akan melibatkan beberapa sendi yang besar dengan pola asimetris. Look pada sendi local didapatkan adanya tanda-tanda eritema, bengkak (90% kasus), sendi terinfeksi biasanya menunjukkan suatu efusi yang jelas. Feel teraba hangat local, kelembutan, dan tenderness. Move keterbatasan gerak sendi akibat adanya nyeri sendi.

LABORATORIUM

Peningkatan LED dan CRP (protein C-reaktif) ditemukan pada sebagian besar kasus dan merupakan hasil yang berguna dalam menilai respons terhadap terapi, serta dalam mendeteksi proses akut pada peradangan sendi.

Radiodiagnosis
USG dapat digunakan untuk mendiagnosis efusi pada arthritis sepsis kronis (sekunder terhadap trauma atau rematoid arthritis). CT scan dan MRI lebih sensitive untuk membedakan osteomielitis, abses periartikular, dan efusi sendi.

PENATALAKSANAAN

1.

2.

3.

4.

Artritis sepsis dengan durasi <3 minggu dapat disembuhkan secara medis jika tipe awal atau sekunder untuk menyebar hematogen tanpa bukti keterlibatan jaringan lunak periartikular atau ketidakstabilan sendi. Pada fase akut, pasien disarankan untuk mengistirahatkan sendi yang terkena.rehabilitasi merupakan hal yang penting untuk menjaga fungsi sendi dan mengurangi morbiditas arthritis sepsis. Pemilihan antibiotic awal harus empiris, harus berdasarkan beberapa pertimbangan termasuk kondisi klinis, usia, pola dan resistensi kuman setempat, serta hasil pengecatan gram cairan sendi. Modifikasi antibiotik dilakukan bila sudah ada hasil kultur dan sensitivitas bakteri.

5.

6.

7. 8.

9.

Pemberian antibiotik biasanya harus diberikan parenteral selama sedikitnya dua minggu. Drainase bisa dilakukan perkutan atau bedah. Secara umum, aspirasi jarum dilakukan pada fase awal untuk menurunkan jumlah pus dan untuk mencegah reakumulasi. Jika setelah lima hari terapi, sendi menunjukkan beberapa tingkat perbaikan, pertimbangkan pemberian agen anti-inflamasi. Jika terapi gagal untuk merespons setelah 5 hari terapi antibiotic yang sesuai (misalnya, kehadiran klinis demam signifikan, purulensi sinovia lanjut, dan kultur positif), maka ditinjau kembali pendekatan terapeutik. Pertimbangkan kemungkinan arthritis reaktif. Agen inflamasi nonsteroid adalah agen terapeutik utama untuk arthritis reaktif.

PENCEGAHAN

Untuk menurunkan kejadian arthritis sepsis, setiap pelaksanaan prosedur dilakukan secara steril, misalnya dalam aspirasi atau prosedur artroskopik. Pemberian antibiotic profilaksis dengan antibiotic antisfilokokus telah ditunjukkan untuk mengurangi infeksi luka pada bedah penggantian sendi.

SINOVITIS TRANSIENT HIP

Transien sinovitis hip (TSH) sering terjadi, dan penyebab umum terhadap nyeri pada hip terutama pada anak-anak usia 3-10 tahun. Transien sinovitis pada hip adalah suatu peradangan sinovia sendi hip yang bersifat transien.

ANAMNESIS

Anamnesis pada orang tua, biasanya ditemukan bahwa anak rewel dan semakin menangis apabila pinggulnya digerakkan secara rotasi luar. Pada anak yang lebih tua atau orang dewasa keluhan nyeri bersifat kronis dan bertambah nyeri bila sendi (hip) digerakkan. Selain itu, sering ditemukan adanya riwayat infeksi saluran napas atas, otitis media, dan bronchitis. Riwayat demam sedang sampai demam tinggi.

PEMERIKSAAN FISIK

Look pada bayi biasanya didapatkan tanda khas posisi


abduksi maksimal. Feel nyeri tekan pada hip Move pemeriksaan pada hip dengan melakukan pemeriksaan flrksi, abduksi, dan eksternal rotasi (FABER) didapatkan keluhan nyeri pada sendi sakroiliaka.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium
Didapatkan adanya peningkatan LED, leukosit, dan CRP.

Radiologi
Pada foto polos didapatkan lesi pada tulang apabila onset gejala tiga hari, sedangkan pada fase lanjut didapatkan adanya pelebaran ruang sendi yang akan memengaruhi hip.

PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring dengan pemasangan traksi kulit dengan 45 fleksi intrakapsular selama 7-10 hari. 2. Kompres hangat dan masase di sekitar pinggul. 3. Obat NSAIDs, jenis naproksen dan ibuprofen sangat efektif sebagai agen analgesik, antiinflamasi, antipiretik.

SPONDILITIS TUBERKULOSA

Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa yg bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang arkus vertebrae.

ETIOLOGI

Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 9095% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.

PATOFISIOLOGI
Kuman yg bangun kembali dari paru-paru akan menyebar mengikuti aliran darah ke pembuluh tulang belakang dekat dengan ginjal. Kuman berkembang biak umumnya di tempat aliran darah yg menyebabkan kuman berkumpul banyak (ujung pembuluh). Terutama di tulang belakang, di sekitar tulang thorakal (dada) dan lumbal (pinggang) kuman bersarang. Kemudian kuman tersebut akan menggerogoti badan tulang belakang, membentuk kantung nanah (abses) yg bisa menyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha. Dapat pula memacu terjadinya deformitas. Persendian terasa kaku dan nyeri, kerusakan pada tulang rawan sendi, pelapis ujung tulang yg berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulang berbenturan saat sendi digerakkan. Terbentuknya abses dan badan tulang belakang yg hancur, bisa menyebabkan tulang belakang jadi kolaps dan miring ke arah depan. Kedua hal ini bisa menyebabkan penekanan syaraf-syaraf sekitar tulang belakang yg mengurus tungkai bawah, sehingga gejalanya bisa kesemutan, bahkan bisa sampai kelumpuhan.

CONT..

Badan tulang belakang yg kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang belakang dapat diraba dan menonjol di belakang dan nyeri bila tertekan, sering sebut sebagai gibbus. Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yg kronik dan destruktif yg disebabkan basil tuberkulosis yg menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu infeksi pri-mer atau pasca primer. Penyakit ini sering ter-jadi pada anak-anak. Basil tuberkulosis biasanya menyangkut dalam spongiosa tulang. Pada tempat infeksi timbul osteitis, kaseasi clan likuifaksi dengan pembentukan pus yg kemudian dapat mengalami kalsifikasi. Berbeda dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukan tulang baru pada tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Di samping itu, periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau diskus intervertebra.

MANIFESTASI KLINIS

Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada melalui ruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinal Deformitas pada punggung (gibbus)

Pembengkakan setempat (abses)


Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik status generalis penderita harus selalu dicari tanda-tanda TB pulmonal dan TB ekstra pulmonal lainnya seperti kelenjar limfe, saluran urogenital, abdomen, tulang dan sendi. Kemudian baru dicari gejala lokal pada tulang belakang, seperti gibus, abses.

CONT...

Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat. Uji mantouax positif tuberkulosis. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein). Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.

3. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks atau X-ray
Pemeriksaan foto dengan zat kontras. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral. Pemeriksaan mielografi.

CT scan
MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf (Lauerman, 2006).

KOMPLIKASI

1. Potts paraplegia 2. Ruptur abses paravertebra

3. Cedera corda spinalis (spinal cord injury).

PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada spondilitis tuberkulosa terdiri dari: Terapi konservatif


Tirah baring (bed rest).
Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra. Memperbaiki keadaan umum penderita. Pengobatan antituberkulosa.

Terapi operatif
Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka, debrideman, dan bone graft. Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielografi, CT, atau MRI ditemukan adanya penekanan pada medula spinalis (Ombregt, 2005).

ASKEP SKENARIO 1

Pengkajian Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 76 tahun Nyeri/Kenyamanan : keluhan bengkak dan nyeri pada persendian tungkai bawah yang dialami sejak seminggu yang lalu Riwayat kesehatan : tidak ada riwayat cedera yang mendahului Aktifitas/istirahat : klien nampak berjalan pincang dan kesakitan Neurosensori : lutut nampak bengkak, kemerahan, dan teraba panas. TTV: TD : 140/90 mmHg, S: 37,5OC, P: 24x/menit, N: 100x/menit

CONT...

Diagnosis Keperawatan Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan pembengkakan pada persendian tungkai bagian bawah. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan mobilitas fisik, nyeri saat bergerak. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembengkakan pada persendian, keterbatasan mobilitas.

CONT....

Rencana Keperawatan Diagnosis Keperawatan : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
No Mandiri 1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan Membantu dalam menentukan kebutuhan Tindakan Rasional

intensitas, faktor-faktor yang mempercepat, dan manajemen nyeri dan efektivitas program

respons rasa sakit nonverbal


2. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan Matras yang empuk/lembut, bantal yang besar tempat tidur sesuai kebutuhan. akan menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidak menurunkan tekanan pada sendi yang nyeri.

Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu Pada penyakit yang berat, tirah baring mungkin

tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat diperlukan untuk membatasi nyeri/cedera.
tidur sesuai indikasi. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan

Tempatkan penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokanter, bebat atau brace.

mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat

menurunkan nyeri/kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang


lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/fungsi sendi.

Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa atas dan di bawah, serta hindari gerakan menyentak.

sakit pada sendi.

Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap Meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa hangat untuk kompres sendi yang sakit. Pantau suhu air sakit, dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensivitas kompres, air mandi. pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

Berikan masase yang lembut

Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.

Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misal relaksasi Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, nyeri, dan dapat meningkatkan kemampuan koping. pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian napas.

Kolaborasi 9. Berikan obat sesuai petunjuk : Asetilsalisilat (Aspirin) Bekerja sebagai antiinflamasi dan efek analgesik NSAID fenoprofen Antasida lainnya, mis. Ibuprofen, Dapat ringan dalam bila mengurangi klien tidak kekakuan dan meningkatkan mobilitas. digunakan memberikan respons aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin Diberikan bersamaan dengan NSAID untuk meminimalkan iritasi.

10. Siapkan

intervensi

pembedahan,

misal Pembengkakan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dari perubahan degeneratif.

sinovektomi.

CONT....

Diagnosis Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan pembengkakan pada persendian tungkai bagian bawah.
No
Mandiri 1. Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa Tingkat sakit pada sendi. aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan resolusi proses inflamasi.

Tindakan

Rasional

2.

Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan. tidur pada malam hari yang tidak terganggu.

3.

Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian Mempertahankan/meningkatkan juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.

fungsi

sendi,

kekuatan otot, dan stamina umum. Latihan yang tidak

adekuat
sendi.

dapat

menimbulkan

kekakuan

sendi,

karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak

Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan Menghilangkan tekanan pada jaringan dan personel yang cukup. Demonstrasikan/bantu meningkatkan mobilitas. sirkulasi. Mempermudah teknik pemindahan dan penggunaan bantuan perawatan diri dan kemandirian klien. Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, Meningkatkan brace. stabilitas jaringan (mengurangi

kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, dan resiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher duduk berdiri, berjalan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda. Mencegah fleksi leher mobilitas.

Dorong klien mempertahankan postur tegak dan Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan

Berikan lingkungan yang aman, misal menaikkan Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.

Kolaborasi 9.

Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi

Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas

10.

Berikan matras busa/pengubah tekanan


Berikan

Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.

11.

obat-obat sesuai indikasi:

Dapat menghasilkan remisi dramatis/terus menerus tetapi penghentian atau dapat terjadi efek samping serius, misal pusing, penglihatan kabur, kemerahan tubuh, dan berkembang menjadi syok anafilaktik.

Agen antireumatik, misal garam emas (krisoterapi) dengan mengakibatkan inflamasi rebound bila terjadi

Steroid

Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik

akut.
12. Siapkan intervensi bedah:

Perbaikan
tunnel, perbaikan tendon,

pada

kelemahan dengan

periartikuler defek

dan

Artroplasti
Prosedur pelepasan ganglionektomi

subluksasi dapat meningkatkan stabilitas sendi. Perbaikan berkenaan jaringan

Implan sendi

penyambung, meningkatkan fungsi, dan mobilitas.


Pergantian mungkin diperlukan untuk memperbaiki gungsi optimal dan mobilitas.

CONT....

Diagnosis Keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan mobilitas, nyeri saat bergerak.
No Mandiri 1. Diskusikan dengan klien tingkat fungsional Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum sebelum timbulnya/eksaserbasi penyakit umum dengan melakukan adaptasi yang dan resiko perubahan yang diantisipasi. 2. diperlukan pada keterbatasan saat ini. kemandirian fisik/emosional Tindakan
saat bergerak.

Rasional

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri, Mendukung

dan program latihan.


3.

klien.
klien untuk meningkatkan

Kaji hambatan klien dalam partisipasi perawatan Menyiapkan lingkungan. diri.

diri. Identifikasi/buat rencana untuk modifikasi kemandirian, yang akan meningkatkan harga

Kolaborasi 4. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi Berguna dalam menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual, misal memasang kancing, menggunakan alat bantu, memakai sepatu, atau menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran. 5. Mengatur evaluasi kesehatan di rumah Mengidentifikasi masalah-masalah yang sebelum dan setelah pemulangan mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual. Memberikan

lebih banyak keberhasilan usaha tim


dengan orang lain yang ikut serta dalam perawatan, misal tim terapi okupasi.

CONT...

Diagnosis keperawatan : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembengkakan pada persendian, keterbatasan mobilitas.
No Mandiri 1. Tindakan Rasional

Dorong klien mengungkapkan perasaannya Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi mengenai proses penyakit dan harapan masa rasa depan.
takut/kesalahan konsep dan mampu menghadapi masalah secara langsung.

2.

Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempengaruhi terdekat menerima keterbatasan klien.
bagaimana klien memandang dirinya sendiri.

3.

Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan marah, serta ketergantugan.
dan bermusuhan umum terjadi.
menunjukkan emosional atau metode koping

4.

Observasi perilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri, Dapat menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.

maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/ dukungan psikologis.

Susun batasan pada perilaku maladaptif. Membantu Bantu klien untuk

klien

untuk

mengidentifikasi mempertahankan kontrol diri, yang diri.

perilaku positif yang dapat membantu dapat meningkatkan perasaan harga mekanisme koping yang adaptif.

Ikut sertakan klien dalam merencanakan Meningkatkan perasaan kompetensi/harga

perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

diri,

mendorong

kemandirian,

dan

mendorong partisipasi dalam terapi. Bantu kebutuhan perawatan yang Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri. Memungkinkan klien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif, dan meningkatkan rasa percaya diri.

dibutuhkan klien. Berikan respon/pujian positif bila perlu

Kolaborasi Rujuk pada konseling psikiatri, Klien/orang terdekat mungkin

misal perawat spesialis psikitri

membutuhkan

dukungan

selama

berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.

Berikan

obat-obatan peningkat

sesuai Mungkin alam klien

dibutuhkan

pada

saat

petunjuk, isal antiansietas dan munculnya depresi hebat sampai obat-obatan perasaan. mampu mengembangkan yang lebih kemampuan koping

efektif.

ASKEP UMUM

PENGKAJIAN Aktivitas/istirahat : - Kesulitan ambulasi, kekakuan sendi - Riwayat partisipasi/okupasi aktivitas olahraga yang menggunakan sendi tertentu - Ketidakmampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas okupasi pada tingkat yang diinginkan - Gangguan tidur, pelambatan untuk tertidur/bangun karena nyeri. Tidak merasa istirahat dengan baik. Sirkulasi : adanya edema, penurunan nadi pada sendi yang sakit, tungkai/ jari-jari

CONT....

Higiene

: - Kesulitan melakukan aktivitas seharihari - Menggunakan alat/peralatan khusus - Kebutuhan terhadap bantuan Neurosensori : Gangguan rentang gerak pada sendi yang sakit Nyeri/kenyamanan : Nyeri (tumpul, sakit, menetap) pada sendi yang sakit, memburuk dengan gerakan Keamanan : Cedera traumatic/fraktur pada sendi yang sakit

CONT...

DIAGNOSA dan INTERVENSI KEPERAWATAN Nyeri sendi yang berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas Tujuan perawatan : Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi Kriteria hasil : Klien melaporkan penuruna nyeri, menunjukkan perilaku relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeriyang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan

A S K E P SENDI

PENGKAJIAN

Aktivitas/istirahat : Kesulitan ambulasi, kekakuan sendi Riwayat partisipasi/okupasi aktivitas olahraga yang menggunakan sendi tertentu Ketidakmampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas okupasi pada tingkat yang diinginkan Gangguan tidur, pelambatan untuk tertidur/bangun karena nyeri. Tidak merasa istirahat dengan baik. Sirkulasi : adanya edema, penurunan nadi pada sendi yang sakit, tungkai/ jari-jari

Higiene : kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Menggunakan alat/peralatan khusuS Kebutuhan terhadap bantuan

Neurosensori yang sakit

: gangguan rentang gerak pada sendi

Nyeri/kenyamanan : nyeri (tumpul, sakit, menetap) pada sendi yang sakit, memburuk dengan gerakan Keamanan sendi yang sakit : cedera traumatic/fraktur pada

DIAGNOSA dan INTERVENSI KEPERAWATAN Nyeri sendi yang berhubungan dengan perubahan mekanis sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas Tujuan perawatan : nyeri berkurang, hilang, atau teratasi

Kriteria hasil : klien melaporkan penuruna nyeri, menunjukkan perilaku relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeriyang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan

INTERVENSI dan RASIONALNYA

Intervensi Kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4

Rasional Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera

Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi

Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatan relaksasi masase Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

Akan melancarkan peredaran daarah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri

Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan

Beri kesempatan waktu istirahat bila merasa nyeri dan beri posisi yang nyaman Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung

Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyaman Pengetahuuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

Kolaborasi Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik NSAID oral NSAID menghambat sintesis prostatglandin (salah satu mediator inflamasi) yang mempunyai efek analgesic efektif sebagai pereda nyeri

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi

Tujuan perawatan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil : klien ikut program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan peningkatan mobilitas, dan mempertahankan koordinasi optimal

INTERVENSI dan RASIONALNYA

Intervensi Kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik Atur posisi fisiologis

Rasional Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigenasi local dan mengurangi penekanan likal jaringan

Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit

Gerakan aktif member massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan Untuk mendeteksi perkembangan klien

Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dan tim fisioterapi

Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi Tujuan perawatan : citra diri klien meningkat

Kriteria hasil : klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang adekuat tanpa merasa harga dirinya negatif

INTERVENSI dan RASIONALNYA

Intervensi Kaji perubahan persepsi dan hubunganhya dengan derajat ketdakmampuan

Rasional Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi

Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah

Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan oerasaan tersebut

Ingatkan kembali tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

Membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan

Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya membantu pengembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi

Dukung klien mencari alternative koping

Dukungan perawat kepada klien dapat

yang positif

meningkatkan rasa percaya diri

Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatan Klien dapat berpartisipasi terhadap perubahan minat atau partisipasi dalam aktifitas rehabilitasi dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang

Pantau gangguan tidur, kesulitan konsentrasi,


laterargi, dan menarik diri

Dapat mengindikasikan terjadinya depresi


sebagai pengaruh oerubahan struktur tubuh sehingga memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut

Kolaborasi
Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila Dapat memfasilitasi perubahan peran yang ada indikasi penting untuk perkembangan perasaan

Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah Tujuan perawatan rumah : klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di

Kriteria hasil : klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit; mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

INTERVENSI dan RASIONALNYA

Intervensi Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah

Rasional Menjadi data dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya

Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping

Memberi pengetahuan dasar tentang obatobatan yang akan digunakan sehingga dapat mengurangi dampak komplikasi dan

efek samping obat


Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas Beri dukungan psikologis agar klien Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteoarthritis Meningkatkan kemauan klien dan keluarga

menjalankan apa yang sudah disepakati tentang pentingnya perawatan di rumah

PATHWAY GOUT

TERIMA KASIH
By. Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai