Pendahuluan
Fuel cell: menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar untuk menghasilkan elektron, proton, panas, dan air. Simple fuel cell: masalah area kontak yang kecil dan resistansi tinggi pada elektrolit. Solusi: Elektrolit dengan ketebalan yang kecil Elektroda berpori dengan struktur mikro bola Untuk memperluas area kontak maksimum antara elektroda, elektrolit, dan gas meningkatkan efisiensi dan arus Selama suplai bahan bakar ada, fuel cell akan terus menghasilkan listrik. Dengan reaksi kimia, dihasilkan listrik, panas, dan air.
Cara Kerja
Menggunakan 2 elektroda pada kedua sisi elektrolit. Hidrogen dan oksigen dilewatkan pada masing-masing elektroda. Hidrogen masuk anoda (-) terjadi pelepasan elektron atom hidrogen terionisasi dan membawa muatan listrik positif melalui elektrolit Elektron bermuatan negatif menghasilkan arus melalui kabel. Oksigen masuk katoda (+). Oksigen bergabung dengan elektron dan ion hidrogen menghasilkan air Peran elektrolit sangat penting. Elektrolit hanya boleh mengizinkan ion yang tepat untuk lewat antara anoda dan katoda. Jika elektron bebas atau zat lain melintasi elektrolit, maka dapat mengganggu reaksi kimia.
Kelebihan : -Sederhana -Tidak perlu recharge seperti baterai -Efisiensi tinggi -Emisi sangat rendah -Tidak berisik
Kelebihan :
Elektroda tidak perlu dari logam mulia
Kekurangan :
Tidak cocok untuk penggunaan rumah tangga
Membran Nafion
Membran yang paling umum digunakan. Diproduksi oleh DuPont. Rantai karbon dengan lapisan Fluorine Teflon Sifat:
Sangat resistan secara kimia Kuat secara mekanik Asam Menyerap air Konduktor proton yang baik jika dihidrasi dengan baik
Kekurangan :
Manajemen air sulit Air sebagai produk akhir banjir pada elektroda
Kekurangan:
Memungkinkan terjadi chemical short circuit inefisiensi Katalis menggunakan Pt dalam jumlah besar rentan keracunan akibat CO
Kekurangan :
Titik beku 42 oC internal stress Elektrolit asam dalam jumlah sedikit hilang selama operasi harus diberi elektrolit berlebih
Anode : 2H2 + 2O2 2H2O + 4e Cathode: O2 + 4e 2O2 Overall Cell Reaction: 2H2 + O2 2H2O
Kekurangan :
Tidak cocok untuk penggunaan skala kecil
2008, NEC mengembangkan konsep ponsel yang menggunakan bahan bakar cair.
Pengembangan lainnya diterapkan pada UPS, Laptop, Sumber Listrik Portable dan lain-lain.
Perkembangan di Indonesia
tahun 1986 di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi telah dibuat rencana penelitian sel bahan bakar melalui program Rusnas (Riset Unggulan Strategis Nasional). Namun, karena kendala dana rencana ditangguhkan. Tahun 1999 beberapa peneliti memprakarsai berdirinya sebuah konsorsium peneliti untuk melakukan riset fuel cell secara terpadu di beberapa lembaga riset di Indonesia, awalnya, Konsorsium Fuel Cell Indonesia hanya menghimpun peneliti dari LIPI, BPPT, Batan, Lemigas, PLN, DJLPE serta periset dari perguruan tinggi (UI dan ITB) maka belakangan mulai melibatkan kalangan industri seperti Pertamina dan Medco. Pengembangan bahan-bahan elektroda pada fuel cell seperti polimer dan karbon aktif dilakukan oleh Puslit Fisika dan Metalurgi LIPI serta Batan. Namun, Puslit Fisika Terapan LIPI juga mengembangkan teknik konversi energi. 2003, LIPI telah mampu membuat lembar polimer dan merakitnya menjadi satu stack (lempeng pereaksi) untuk pembangkit listrik berkapasitas 50 watt. Tahap selanjutnya adalah pengembangan kapasitas lebih tinggi menggunakan tujuh stack. 2005, Konsorsium Fuel Cell Indonesia merencanakan pembuatan prototipe pembangkit fuel cell berkapasitas 500 watt dengan kandungan lokal 30 persen. 2011, LIPI merancang sel lipion untuk mesin mobil dan pembangkit listrik.
Title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Vivamus et magna. Fusce sed sem sed magna suscipit egestas. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Vivamus et magna. Fusce sed sem sed magna suscipit egestas.