Anda di halaman 1dari 108

STUDI BIAYA POKOK PENGOLAHAN TANAH SAWAH DENGAN BERBAGAI ALAT PENGOLAH TANAH DI KABUPATEN SOLOK DAN KOTA

PADANG SUMATERA BARAT

Santosa, Isril Berd, Mislaini R., Yosi Yulita, dan Risna Ermita
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas,
1

PENDAHULUAN
Sebagian besar beras di Sumatera Barat dihasilkan di Solok, hal inilah yang mengantarkan Solok sebagai sentra produksi beras di Sumatera Barat. Sistem pengolahan tanah di Kabupaten Solok masih bervariasi, masyarakat masih menggunakan cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan untuk mengolah tanah dan akhir-akhir ini sudah mulai dioperasikan traktor untuk mengolah lahan.
2

PENDAHULUAN

Lahan Sempit

Lahan Luas Traktor

Cangkul
Biaya pengolahan lahan sedikit

Biaya pengolahan lahan banyak Dari ketiga alat pengolah tanah ini akan timbul permasalahan di Kabupaten Solok, yang masih melakukan sistem pertanian tradisional tersebut tentang keefisienan alat jika dipandang dari segi ekonomi yaitu menyangkut biaya pokok pengolahan tanah.
3

Biaya Murah Bajak Tenaga Hewan Tidak efisien dari segi waktu

PENDAHULUAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. mengetahui kapasitas kerja alat pengolah tanah dengan cangkul, bajak hewan, dan traktor, dan 2. untuk mengetahui biaya pokok pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan, serta traktor.
4

METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, yang bertempat di salah satu lahan petani di Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dan di Kecamatan Pauh Kota Padang pada bulan April sampai dengan Mei 2009.
5

Bahan dan Alat Bahan-bahan serta alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan untuk diolah, cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan, traktor, buku, pena, kalkulator, komputer, meteran, dan sebagainya.

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan yaitu pengamatan terhadap masing-masing alat pengolah tanah hingga lahan siap untuk ditanam. Pengamatan dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk berbagai tipe pengolahan tanah yaitu dengan ukuran lahan ditetapkan 10 m x 10 m. Penelitian ini juga dilengkapi dengan kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat petani.
7

Kondisi lahan dengan pengolahan dari ketiga tipe adalah sama yaitu berupa lahan siap panen yang belum diolah, sehingga dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu pengolahan tanah satu dan pengolahan tanah dua sedangkan untuk tipe III dilakukan pengolahan tanah tambahan. Ketiga tipe pengolahan tanah tersebut adalah : (1) Tipe I yaitu pengolahan tanah I dengan cangkul dan pengolahan tanah II dengan cangkul, (2) Tipe II yaitu pengolahan tanah I dengan bajak singkal tenaga tarik ternak dan pengolahan tanah II dengan bajak garu tenaga tarik ternak serta alat perata tenaga tarik ternak, dan (3) Tipe III yaitu pengolahan tanah I dengan traktor bajak singkal dan pengolahan tanah II traktor alat gelebeg.
8

Pengamatan Pengamatan untuk aspek teknis yaitu menentukan kapasitas kerja alat secara teoritis dan efektif dari masing-masing alat yang digunakan untuk mengolah tanah sawah. Pengamatan secara ekonomis yaitu menentukan biaya pokok pengolahan tanah sawah dengan memvariasikan jam kerja per tahun dan memvariasikan luas lahan yang diolah. Untuk memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan kuisioner. Kuisioner diberikan kepada masyarakat petani di daerah setempat yaitu berupa kuisioner umum.
9

Aspek Teknis Pengamatan aspek teknis dilakukan terhadap masing-masing alat dari ketiga tipe pengolahan tanah. Kapasitas Kerja Teoritis Terlebih dahulu diukur lebar kerja dari alat yang digunakan dan ukur kecepatan kerja alat dengan mengasumsikan jarak tertentu kemudian catat waktu kerja alat pada jarak tersebut. Rumus yang digunakan mengacu pada Santosa (2005). Kkt = 0,0036 x L x Vteo (1) dengan : Kkt = Kapasitas kerja teoritis (ha/jam) L = Lebar kerja pengolahan tanah (cm) 10 Vteo = Kecepatan kerja teoritis (m/detik)

Jika pada traktor kecepatan kerja teoritis dipengaruhi oleh slip pada roda, sehingga : Vteo = Vakt/(1 S).. (2) dengan : Vakt = Kecepatan kerja di lapangan (m/detik) S = Slip roda Untuk kecepatan aktual digunakan rumus : Vakt = S / t (3) dengan : Vakt = Kecepatan kerja di lapangan (m/detik) S = Jarak (m) t = Waktu (detik)

11

Kecepatan Kerja Efektif Untuk menghitung kecepatan kerja efektif diasumsikan luas lahan yang diolah, kemudian catat waktu total pengolahan. Rumus yang digunakan : Kke = A / T..... (4) dengan : Kke = Kecepatan kerja efektif (ha/jam) A = Luas total lahan (ha) T = Waktu total (jam)
12

Efisiensi Kerja Lapang = (Kke/Kkt) x 100 %................................. (5) dengan : = Efisiensi kerja lapang (%) Kke = Kapasitas kerja efektif (ha/jam) Kkt = Kapasitas kerja teoritis (ha/jam)

13

Slip Roda Langkah awal yang dilakukan adalah menghitung diameter roda dan menghitung jarak tempuh pada N kali putaran. Rumus yang digunakan : S = ( D N L) x 100 %.............................. (6) DN dengan : S = Slip Roda (%) D = Keliling roda (m) D = Diameter roda (m) L = Jarak tempuh traktor saat N kali putaran roda traktor (m) N = Jumlah putaran roda traktor, diambil N = 10 kali putaran. 14

Aspek Ekonomis Nilai biaya pokok yang didapat dari masing-masing alat tiap tipe dirata-ratakan untuk mendapatkan biaya pokok dari masing-masing tipe (nilai biaya pokok dihitung tiap tipe pengolahan tanah). Pengamatan Terhadap Pengolahan Tipe I dan tipe II Untuk menghitung biaya pokok digunakan rumus : BP = {(BT/n) + BTT}/Kke (7) dengan : BP = Biaya pokok (Rp/ha) BT = Biaya tetap (Rp/tahun) n = Jam kerja dalam 1 tahun (jam/tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam) Kke = Kapasitas kerja lapang efektif (ha/jam)

15

Perhitungan biaya tetap terlebih dahulu tentukan harga alat, nilai suku bunga modal di bank per tahun, dan umur ekonomis alat mengacu pada Santosa (2007) dan Irwanto (1983). Rumus-rumus yang digunakan sebagai berikut : BT = D + I.. (8) dengan : BT = Biaya tetap (Rp/tahun) D = Penyusutan (Rp/tahun) I = Bunga modal (Rp/tahun)
16

Penyusutan ditentukan dengan rumus : D = (P S)/N... (9) dengan : D = Penyusutan (Rp/tahun) P = Harga alat (Rp) S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P) N = Umur ekonomis alat (tahun) Bunga modal per tahun ditentukan dengan rumus : I = r x (P + S)/2.... (10) dengan : I = Bunga modal (Rp/jam) r = Suku bunga modal di bank per tahun (12 % /tahun) P = Harga alat (Rp) S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P)

17

Perhitungan biaya tidak tetap ditentukan terlebih dahulu berapa harga alat, upah operator per hari, dan jam kerja tiap hari. BTT = PP + BO.... (11) dengan : BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam) PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam) BO = Biaya operator (Rp/jam) Untuk menghitung biaya pemeliharaan digunakan rumus : PP = 2 % (P S)/100 jam.... (12) dengan : PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam) P = Harga alat (Rp) S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P)

18

Untuk upah operator dihitung dengan menggunakan rumus : BO = Wop/Wt.. (13) dengan : BO = Upah operator (Rp/jam) Wop = Upah operator tiap hari (Rp/hari) Wt = Jam kerja tiap hari (jam/hari)

19

Pengamatan Terhadap Pengolahan Tipe III Untuk menghitung biaya pokok pengolahan dengan traktor tentukan terlebih dahulu jam kerja alat per tahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (a) Biaya pokok dihitung menggunakan persamaan (7), (b) Biaya tetap dihitung dengan menggunakan persamaan (8), (c) Penyusutan dihitung dengan menggunakan persamaan (9), dan (d) Bunga modal dihitung dengan menggunakn persamaan (10).
20

Untuk menentukan biaya tetap ditentukan terlebih dahulu upah operator per hari, jam kerja per hari, menghitung pemakaian bahan bakar, mencari informasi harga oli dan harga bahan bakar. Untuk menentukan pemakaian bahan bakar yaitu dengan mengisi tangki bahan bakar secara penuh dan catat berapa lama waktu sampai bahan bakar itu habis, menentukan jumlah pemakaian oli yaitu dengan mengisi satu liter oli dan tentukan waktu lama oli itu habis atau diganti lagi.
21

Rumus-rumus yang digunakan sebagai berikut : BTT = PP + BO + BB + Ol + Bg.... (14) dengan : BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam) PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam) BO = Upah operator (Rp/jam) BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam) Ol = Biaya oli (Rp/jam) Bg = Biaya grease gemuk (Rp/jam)
22

Biaya pemeliharaan dihitung dengan persamaan (12), sedangkan upah operator dihitung dengan menggunakan persamaan (13). Biaya bahan bakar dapat dihitung dengan rumus : BB = Pbb x Hbb (15) dengan : BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam) Pbb = Pemakaian bahan bakar (liter/jam) Hbb = Harga bahan bakar (Rp/liter)

23

Perhitungan biaya oli digunakan rumus : Ol = Vp x Ho/JP... (16) dengan : Ol = Biaya oli (Rp/jam) Vp = Volume penggantian oli (liter) Ho = Harga oli (Rp/liter) JP = Jam penggantian oli (jam) Untuk biaya grease gemuk dapat dihitung dengan rumus pendekatan : Bg = 0,6 x Ol.... (17) dengan : Bg = Biaya grease gemuk (Rp/jam) OI = Biaya oli (Rp/jam)

24

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penelitian di Solok Pengolahan Tanah Sawah Tipe I Pengolahan tipe I yaitu menggunakan cangkul untuk pengolahan tanah I dan pengolahan tanah II juga menggunakan cangkul, gambar alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

25

Gambar 1. Cangkul untuk Pengolahan I dan Pengolahan II di Sawah, di Solok


26

Kapasitas kerja efektif pengolahan tanah sawah tipe I disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe I , di Solok

27

Aspek Ekonomis Biaya pokok pengolahan tanah tipe I disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe I, di Solok

28

Pengolahan Tipe II Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak. Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak, dengan lebar mata bajak 23 cm, bentuk alat dapat dilihat pada Gambar 2. Pengolahan tanah II dengan garu yang menyerupai sisir yang ditarik dengan tenaga ternak, alat ini mempunyai lebar 70 cm. Pada pengolahan tanah II ini dilengkapai dengan alat perata yang terbuat dari bambu dengan panjang 150 cm, bentuk alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Sebagaimana yang diutarakan oleh Chatib (2006), bahwa salah satu jenis alat pengolahan tanah kedua adalah garu jenis garu paku (spike tooth harrow).
29

Gambar 2. Bajak Singkal tenaga Tarik Ternak di Sawah, di Solok

Gambar 3. Alat Perata Tenaga Tarik Ternak di Sawah, di Solok


30

AspekTeknis Kecepatan kerja pada pengolahan tanah sawah tipe II disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II dan pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok

31

Kapasitas kerja teoritis untuk tiap pengolahan tanah tipe II disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok

32

Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan tanah sawah tipe II disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok

33

Efisiensi kerja untuk masing-masing alat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok

34

Aspek Ekonomis Biaya pokok untuk masing-masing pengolahan pada pengolahan tanah sawah tipe II ini disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok

35

Pengolahan Tipe III Pada pengolahan tanah sawah tipe III yaitu dengan menggunakan traktor roda dua. Menurut Syafriddin, Berd, dan Amir (1983), traktor pertanian merupakan sumber tenaga yang mempunyai peranan penting dalam mengusahakan tanaman, terutama untuk kegiatan mengolah tanah. Traktor kecil beroda dua biasa disebut dengan hand tractor adalah suatu mesin yang tersusun dari sebuah motor dan mekanisme penggerak roda. Pengolahan tanah sawah tipe III terdiri dari dua kali pengolahan yaitu pengolahan I dan pengolahan II. Untuk pengolahan tanah sawah I dengan menggunakan traktor bajak singkal, dengan lebar mata bajak 25 cm untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan untuk pengolahan tanah II dengan menggunakan traktor gelebeg, yang mempunyai lebar alat 90 cm, dan untuk lebih jelas alat dapat dilihat pada Gambar 5.
36

Gambar 4. Traktor dengan Implement Bajak Singkal di Sawah, di Solok

Gambar 5. Traktor dengan Implement Gelebeg di Sawah, di Solok

37

Aspek Teknis Kecepatan kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kecepatan Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

38

Slip Roda Slip roda pada traktor mempengaruhi kecepatan kerja alat di lapangan yaitunya dapat memperlambat kecepatan kerja. Slip roda pada pengolahan I lebih besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Slip Roda Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

39

Kapasitas kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

40

Kapasitas kerja efektif pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

41

Efisiensi kerja alat pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I1 dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

42

Aspek Ekonomis Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok

43

Biaya Pokok Tiap Tipe Pengolahan Tanah Sawah


Untuk pengolahan tipe I dan tipe II jam kerja per tahunnya adalah sama yaitu 2.100 jam, hal ini karena jam kerja per hari adalah 7 jam. Berbeda dengan traktor yang mempunyai jam kerja 8 jam per hari, sehingga jam kerja per tahun adalah 2.400 jam. Biaya pokok untuk masing-masing tipe pengolahan dapat dilihat pada Tabel 14.
44

Tabel 14. Biaya Pokok Masing-Masing Tipe Pengolahan Tanah Sawah, di Solok

45

Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada Gambar 6.

46

Biaya Pokok dan Jam Kerja per Tahun


800000 700000
Biaya pokok (Rp/ha)

600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 500

700

900

1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 2700 2900

Jam kerja per tahun (jam) Biaya pokok Rp/ha) Tipe I Biaya pokok Rp/ha) Tipe II Biaya pokok Rp/ha) Tipe III

Gambar 6. Biaya Pokok Pengolahan Tanah Sawah pada Beberapa Tipe Pengolahan Tanah, di Solok
47

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa biaya pokok pengolahan akan berubah di setiap perubahan jam kerja per tahun. Biaya pokok pengolahan tanah sawah dengan menggunakan traktor lebih murah jika dibandingkan dengan pengolahan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak. Perbedaan biaya pengolahan ini disebabkan oleh waktu pengolahan untuk luas lahan yang sama. Jika semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja efektifnya akan semakin kecil, sehingga menyebabkan biaya pengolahan semakin besar. Biaya pengolahan berbanding lurus dengan waktu total pengolahan lahan.
48

Pembahasan Kuisioner Dari 50 orang respoden tentang status kepemilikan lahan dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah bertindak sebagai petani pemilik yaitu sebanyak 46 % dan mengusahakan sendiri sebanyak 22 %, selebihnya adalah mengupahkan dan ada juga petani yang belum jelas tentang status kepemilikan tanah yang digarap. Pada umumnya petani masih bertindak sebagai petani keluarga yaitu 82 % dan yang lainnya sudah bertindak sebagai petani komersial, dengan luas lahan kurang dari satu ha (62 %). Status lahan pada umumnya diperoleh dari lahan milik kaum yang turun-temurun yaitu sekitar 78 %.
49

Kebanyakan petani hanya memiliki cangkul sebagai peralatan pertanian yaitu 86 % dan ada juga yang memilki bajak tenaga tarik ternak dan traktor untuk mengolah lahan. Untuk cara pengolahan tanah sawah masih secara manual yaitu sekitar 34 % dan hanya 28 % petani yang menerapkan cara pertanian semi mekanis, dengan status alat masih disewa untuk traktor sebagai alat pengolah mekanis.

50

Keefektifan alat petani sudah mengetahui kalau dengan traktor lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak, tetapi dalam pelaksaan masih banyak dilakukan dengan cara manual untuk pengolahan lahan. Hal ini karena petani belum memiliki traktor dan dalam hal penyewaan masih butuh perhitungan karena petani belum mengetahui secara pasti tentang kefektifan alat jika dilihat dari segi nilai ekonomi (biaya pokok dalam pengolahan). Untuk jam kerja petani yaitu 64 % bekerja 7 jam/hari dan ada juga yang lebih dari 7 jam dan ini akan mempengaruhi upah pekerja per hari. Upah pekerja petani rata-rata Rp 20.000/hari dan lebih dari itu jika jam kerja lebih dari 7 jam/hari. 51

Dalam sistem pengolahan lahan, masalah rentang waktu antara pengolahan I dan pengolahan II tidak terlalu diperhatikan oleh petani setempat, seperti halnya dengan menggunakan traktor dalam waktu 1 hari bisa berlangsung pengolahan I dan pengolahan II, dengan dalam pengolahan tanah sekitar 10 cm 20 cm. penggunaan traktor untuk mengolah tanah menghabiskan bahan bakar 1 3 liter/hari. Jika jam kerja 8 jam/ hari maka dihabiskan bahan bakar 3 liter/hari. Penggunaan traktor dengan bajak rotary pada umumnya belum dikenal petani, namun untuk yang telah mengetahui menyimpulkan bahwa pemakain bajak rotary tidak cocok digunakan karena pengolahan tanahnya dangkal, sehingga petani hanya menggunakan traktor bajak singkal untuk pengolahan I dan gelebeg untuk pengolahan II pada lahan sawah. 52

B. Penelitian di Padang Pengolahan Tanah Sawah Tipe I Pengolahan tipe I yaitu dengan menggunakan cangkul untuk pengolahan tanah I dan pengolahan tanah II, gambar alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7.

53

Gambar 7. Cangkul untuk Pengolahan I dan Pengolahan II, di Padang Cangkul ini mempunyai panjang mata cangkul 21 cm, lebar mata cangkul 15 cm, dan tebal 2 mm, sedangkan panjang tangkai yaitu 72 cm.
54

Aspek Teknis Kecepatan Kerja Kecepatan kerja untuk tiap pengolahan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lama waktu pengolahan untuk jarak tertentu. Pada penelitian ini digunakan jarak 10 meter dengan beberapa kali ulangan untuk pengukuran waktu pada jarak yang sama. Pada pengolahan I waktu pengolahan lebih lama karena lahan masih terdapat jerami jika dibandingkan dengan pengolahan II. Kecepatan kerja untuk pengolahan tipe I dapat dilihat pada Tabel 15.

55

Tabel 15. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe I, di Padang

56

Kapasitas Kerja Teoritis Kecepatan kerja teoritis (Kkt) untuk pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tipe I berbeda. Hal ini terjadi karena kecepatan kerja pada pengolahan I lebih kecil karena pada lahan masih terdapat jerami. Pada pengolahan ke II kecepatan kerja lebih besar karena lahan sudah bersih, sehingga kapasitas kerja teoritis yang diperoleh juga lebih besar. Semakin besar kapasitas teoritis suatu alat maka waktu pengolahan lahan semakin kecil. Dapat dilihat pada Tabel 16.

57

Tabel 16. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe, di Padang

58

Kapasitas Kerja Efektif Pada pengolahan II kapasitas kerja efektifnya lebih besar dari kapasitas kerja efektif pada pengolahan I. Hal ini disebabkan karena waktu pengolahan total pada pengolahan tanah II lebih kecil dibandingkan dengan waktu total pada pengolahan I untuk luas lahan yang sama. Penyebab lamanya waktu pengolahan I lahan masih banyak jerami, sehingga waktu pengolahan menjadi lebih lama jika dibanding dengan pengolahan II. Hasil perhitungan kapasitas kerja efektif pengolahan I pada pengolahan tanah sawah tipe I disajikan Tabel 17.
59

Tabel 17. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe I, di Padang

60

Aspek Ekonomis Biaya Tetap Biaya tetap yang diperoleh adalah Rp 7.050/tahun. Biaya ini adalah sama untuk pengolahan I dan pengolahan II, karena alat yang digunakan sama yaitu cangkul. Biaya ini diperoleh dari hasil perhitungan biaya penyusutan alat sebesar Rp 5.400/tahun dan bunga modal Rp 1.650/tahun.

61

Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap adalah sebesar Rp 7.148,26/jam. Biaya ini diperoleh dari biaya pemeliharaan alat Rp 5,40/jam dan upah operator sebesar Rp 7.142,86/jam. Biaya tidak tetap untuk pengolahan I dan pengolahan II sama karena alat yang digunakan sama yaitu cangkul.
62

Biaya Pokok Biaya pokok yang diperoleh untuk masingmasing pengolahan tanah berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan kapasitas kerja efektif alat. Semakin besar kapasitas kerja efektif maka biaya pokok yang diperoleh akan semakin kecil. Biaya pokok berbanding terbalik dengan kapasitas kerja efektif. Biaya pokok masing-masing pengolahan pada pengolahan tipe I dapat dilihat pada Tabel 18.
63

Tabel 18. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe I, di Padang

64

Pengolahan Tipe II Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak (sapi). Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak (sapi), dengan lebar mata bajak 12 cm. Pengolahan tanah II masih dengan bajak singkal yang ditarik dengan tenaga ternak (sapi). Pada pengolahan tanah III dengan menggunakan garu sisir yang panjangnya 100 cm, bentuk alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8.
65

Gambar 8. Garu Sisir Tenaga Tarik Ternak (Sapi) , di Padang


66

Aspek Teknis Kecepatan Kerja Alat Kecepatan kerja alat untuk tiap pengolahan pada pengolahan tipe II berbeda. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan lama waktu pengolahan untuk jarak tertentu dan perbedaan alat yang digunakan walaupun sama-sama menggunakan tenaga tarik ternak (sapi). Perbedaan keadaan lahan pada tiaptiap pengolahan juga mempengaruhi waktu pengolahan. Pada pengolahan I masih terdapat jerami, sedangkan pengolahan ke II lahan sudah bersih. Kecepatan kerja untuk masing-masing pengolahan pada tipe II dapat dilihat pada Tabel 19.
67

Tabel 19. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II dan Pengolahan III pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

68

Kapasitas Kerja Teoritis Kapasitas kerja teoritis untuk tiap pengolahan juga berbeda. Hal ini karena perbedaan kecepatan kerja dari masing-masing alat yang digunakan untuk tiap pengolahan. Kapasitas kerja teoritis (Kkt) berbanding lurus dengan kecepatan kerja dan lebar kerja alat. Kapasitas kerja teoritis pengolahan tanah sawah tipe II dapat dilihat pada Tabel 20.

69

Tabel 20. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

70

Kapasitas Kerja Efektif Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan yang didapat berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu total pengolahan untuk luas lahan yang sama. Perbedaan waktu total pengolahan disebabkan karena perbedaan kondisi lahan, pada pengolahan I lahan masih banyak ditumbuhi jerami sehingga waktu pengolahan menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan pengolahan II. Kapasitas kerja efektif berbanding terbalik dengan waktu total pengolahan. Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan pada pengolahan tipe II dapat dilihat pada Tabel 8.
71

Tabel 8. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

72

Aspek Ekonomis Biaya Tetap Biaya tetap untuk pengolahan tanah sawah tipe II diperoleh Rp 1.429.000/tahun, yang diperoleh dari biaya penyusutan Rp 1.116.000/tahun dan bunga modal Rp 313.000/tahun. Biaya tetap untuk tiap pengolahan sama karena alat yang digunakan sama-sama menggunakan tenaga tarik ternak (sapi), sedangkan parameter alat (bajak singkal dan garu) pada bajak tenaga tarik ternak tidak akan berpengaruh terhadap harga alat, sehingga harga alat adalah tetap.

73

Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap untuk pengolahan tanah sawah tipe II diperoleh adalah Rp 11.116/jam. Biaya ini diperoleh dari biaya pemeliharaan alat sebesar Rp 1.116/jam dan upah operator sebesar Rp 10.000/jam. Biaya tidak tetap untuk tiap pengolahan pada pengolahan tipe II ini adalah sama, karena sama-sama menggunakan alat dengan tenaga tarik ternak (sapi).

74

Biaya Pokok Biaya pokok untuk masing-masing pengolahan pada pengolahan tanah sawah tipe II ini berbeda. Hal disebabkan oleh perbedaan lama waktu pengolahan dan alat yang digunakan juga berbeda, sehingga kapasitas kerja alat juga berbeda. Biaya pokok pengolahan tanah pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 21.

75

Tabel 21. Biaya Pokok Pengolahan Tanah pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

76

Pengolahan Tipe III Pada pengolahan tanah sawah tipe III yaitu dengan menggunakan hand tractor dengan tekstur tanah liat berdebu (sity clay) . Pengolahan tanah sawah tipe III terdiri dari 2 kali pengolahan yaitu pengolahan I dan pengolahan II. Untuk pengolahan tanah sawah I dengan menggunakan hand tractor implement bajak singkal, dengan lebar mata bajak 30 cm untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan untuk pengolahan tanah II dengan menggunakan hand tractor implement gelebeg, yang mempunyai lebar alat 100 cm.
77

Gambar 9. Hand traktor dengan Implement Bajak Singkal, di Padang


78

Aspek Teknis Kecepatan Kerja Aktual Kecepatan kerja teoritis dari masing-masing alat pada tiap pengolahan adalah berbeda. Hal ini karena perbedaan kondisi lahan yang diolah dan lebar kerja alat, sehingga waktu pengolahan juga berbeda. Pada hand tractor dengan bajak singkal waktu pengolahan untuk jarak 10 m lebih lama jika dibandingkan dengan hand tractor gelebeg pada pengolahan tanah II. Kecepatan kerja teoritis pada hand tractor berbeda dengan kecepatan aktualnya, yang disebabkan karena adanya slip pada roda pada kecepatan aktual. Slip roda memperlambat kecepatan kerja alat di lapangan. Kecepatan kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 22. 79

Tabel 22. Kecepatan Kerja Aktual Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

80

Slip Roda Slip roda pada hand tractor mempengaruhi kecepatan kerja alat di lapangan yaitu dapat memperlambat kecepatan kerja. Kecepatan kerja teoritis alat menjadi lebih besar dari kecepatan aktualnya (kecepatan kerja alat di lapangan). Slip roda untuk masing-masing pengolahan lahan berbeda, ini disebabkan oleh perbedaan kondisi lahan yang diolah untuk tiap pengolahan. Slip roda pada pengolahan I lebih besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23.

81

Tabel 23. Slip Roda Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

82

Kapasitas Kerja Teoritis Kapasitas kerja teoritis pada tiap pengolahan berbeda. Kapasitas kerja teoritis bajak singkal lebih besar dari kapasitas kerja teoritis gelebeg. Hal ini karena perbedaan lama waktu pengolahan, sehingga kecepatan kerja alat akan berbeda. Semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja teoritis alat akan semakin kecil (kapasitas kerja teoritis berbanding terbalik dengan waktu pengolahan pada kecepatan kerja). Kapasitas kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 24.
83

Tabel 24. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

84

Kapasitas Kerja Efektif Kapasitas kerja efektif untuk tipe pengolahan pada pengolahan tanah sawah tipe III berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu total pengolahan, penyebabnya karena perbedaan kondisi lahan yang masih berjerami pada pengolahan I. Pada hand tractor dengan implement bajak singkal, waktu total pengolahannya lebih besar jika dibandingkan dengan hand tractor dengan implement gelebeg, sehingga kapasitas kerja efektif bajak singkal lebih kecil dari gelebeg (kapasitas kerja efektif berbanding terbalik dengan waktu total pengolahan). Kapasitas kerja efektif pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 25. 85

Tabel 25. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

86

Efisiensi Kerja Alat Efisiensi kerja tiap alat pada pengolahan tanah sawah tipe III berbeda. Efisiensi kerja bajak singkal lebih besar dari efisiensi kerja gelebeg, ini disebabkan karena kapasitas kerja alat yang berbeda dan lebar kerja juga berbeda. Efisiensi gelebeg lebih besar dari pada bajak singkal karena lebar kerja gelebeg lebih besar yaitu 100 cm sedangkan lebar kerja bajak singkal 30 cm. Efisiensi setiap ulangan juga berbeda karena kecepatan kerja tiap ulangan dan waktu total pengolahan tidak persis sama, sehingga didapat hasil yang jauh berbeda antara bajak singkal dan gelebeg. Efisiensi kerja alat pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 26. 87

Tabel 26. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

88

Biaya Tetap Biaya tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh Rp 3.525.000/tahun. Biaya ini adalah sama untuk pengolahan I dan pengolahan II. Biaya tetap diperoleh dari biaya penyusutan alat Rp 2.700.000/tahun dan biaya bunga modal Rp 825.000/tahun.

89

Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh Rp 18.060/jam. Biaya tidak tetap ini sama untuk tiap pengolahan karena pengolahan sama-sama menggunakan hand tractor, yang menggunakan 2 orang operator. Biaya tidak tetap diperoleh dari biaya pemeliharaan alat Rp 2.700/jam, biaya operator Rp 12.500/jam, biaya bahan bakar Rp 2.500/jam, biaya oli Rp 225/jam dan biaya gemuk grease sebesar Rp 135/jam.

90

Biaya Pokok Biaya pokok untuk pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah tipe III juga berbeda. Perbedaan biaya pokok ini disebabkan karena perbedaan kapasitas kerja efektif alat. Semakin kecil kapasitas kerja efektif alat maka biaya pokok pengolahan akan semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan kapasitas kerja efektif). Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III disajikan pada Tabel 27.
91

Tabel 27. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

92

Biaya Pokok Tiap Tipe Pengolahan Tanah Sawah Biaya pokok tiap tipe pengolahan tanah adalah berbeda. Perbedaan biaya pokok tiap tipe pengolahan tanah sawah disebabkan karena perbedaan kapasitas kerja efektif alat dan jam kerja alat per tahun. Semakin kecil biaya pokok pengolahan maka semakin efektif alat itu untuk digunakan. Pada pengolahan tanah sawah tipe I nilai biaya pokoknya lebih besar dari biaya pokok pada tipe II dan tipe III. Biaya pokok terendah adalah pada pengolahan tanah sawah tipe III.
93

Biaya pokok diperoleh dengan memperhitungkan jam kerja alat per tahun. Untuk pengolahan tipe I jam kerja per tahunnya adalah 700 jam yaitu 7 jam per haridan tipe II jam kerja per tahunnya adalah 500 jam, hal ini karena jam kerja per hari adalah 5 jam. Hand tractor mempunyai jam kerja 8 jam per hari, sehingga jam kerja per tahun adalah 1.000 jam. Biaya pokok untuk masing-masing tipe pengolahan dapat dilihat pada Tabel 28.

94

Tabel 28. Biaya Pokok Rata-Rata Masing-Masing Tipe Pengolahan Tanah Sawah, di Padang

95

Biaya pokok yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan di Solok dengan di Kelurahan Kapalo Koto berbeda jauh karena disebabkan oleh beberapa hal seperti upah tenaga kerja yang berbeda jauh dan perbedaan jam kerja pertahun. Upah tenaga kerja di Kabupaten Solok Rp 20.000/hari, sedangkan di Kelurahan Kapalo Koto Rp 50.000/hari. Jam kerja pertahun di Kabupaten Solok pada pengolahan tipe I adalah 2.100 jam/tahun, pengolahan tanah tipe II 2.100 jam/tahun dan pengolahan tipe III 2.400 jam/tahun. Sedangkan jam kerja di Kelurahan Kapalo Koto pada pengolahan tipe I 700 jam/tahun, pengolahan tipe II 500 jam/tahun dan pengolahan tipe III 1.000 jam/tahun. Karena perbedaan tersebut maka biaya pokok yang didapat juga berbeda jauh. 96

Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada Tabel 29.

97

Tabel 29. Biaya Pokok Berdasarkan Jam Kerja per Tahun, di Padang

98

Hasil data pada Tabel 17 di atas diplotkan pada grafik, seperti yang terlihat pada Gambar 10.
2500000

Biaya Pokok(Rp/ha)

2000000 1500000 1000000 500000 0


500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300

pengolahan I pengolahan II pengolahan III

Jam Kerja Pertahun(jam/tahun)

Gambar 10. Biaya Pokok Pengolahan Tanah Sawah pada Beberapa Tipe Pengolahan Tanah, di Padang
99

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa biaya pokok pengolahan akan berubah disetiap perubahan jam kerja per tahun. Biaya pokok pengolahan tanah sawah dengan menggunakan hand tractor lebih murah jika dibandingkan dengan pengolahan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak. Perbedaan biaya pengolahan ini disebabkan oleh waktu pengolahan untuk luas lahan yang sama. Jika semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja efektifnya akan semakin kecil, sehingga menyebabkan biaya pengolahan semakin besar. Biaya pengolahan berbanding lurus dengan waktu total pengolahan lahan.
100

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Biaya pokok pengolahan tanah sawah di Solok, yaitu : tipe I sebesar Rp 650.868,00/ha, tipe II Rp 387.056,90/ha dan tipe III sebesar Rp 268.301,34/ha. Biaya pokok pengolahan dengan menggunakan traktor di Solok, lebih murah jika dibanding dengan menggunakan alat pengolah tanah sawah lainnya.
101

Biaya pokok pengolahan tanah sawah di Padang, berbeda untuk masing-masing tipe pengolahan. Nilai biaya pokok tipe I yaitu dengan menggunakan cangkul adalah Rp 2.079.511,63/ha, lebih besar jika dibandingkan dengan tipe II dengan menggunakan bajak yang ditarik dengan tenaga ternak biaya pokoknya adalah Rp 1.520.371,72/ha dan tipe III yang menggunakan hand tractor biaya pokoknya adalah Rp 890.330,51/ha.
102

Biaya pokok paling murah di Padang, dari ketiga tipe pengolahan tanah tersebut adalah pengolahan tanah dengan menggunakan hand tractor dan yang paling mahal adalah pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul.

103

Saran (1) Untuk mengolah tanah sawah hingga pada kondisi siap tanam sebaiknya digunakan hand tractor, karena dengan hand tractor nilai biaya pokok pengolahan lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak. (2) Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya sebelum melakukan pengolahan, jerami di lahan dibersihkan terlebih dahulu supaya slip roda hand tractor lebih kecil.
104

DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Charmyn. 2006. Alat dan Mesin Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas pertanian. Universitas Andalas. Padang. Irwanto. A. Kohar. 1983. Economic Engineering. Jurusan Keteknikan Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

105

Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003 dalam Bidang Teknik dan Pertanian. Edisi I Cetakan I, Penerbit Andi, Yogyakarta. Santosa. 2007. Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. Syafriddin, I. Berd, dan D. Amir. 1983. Evaluasi Penggunaan Traktor Kecil di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

106

Sekian & Terima Kasih

CATATAN
Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA) di Purwokerto, pada Tanggal 9 11 Juli 2010

108

Anda mungkin juga menyukai