Akbar Wibriansyah 1102006016 Pembimbing : Letkol CKM Dr. Dian Andriani. SpKK Dr. Chasanah Gatam Joesoef,SpKK KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RS TK II MOH. RIDWAN MEURAKSA PERIODE 9 APRIL2012 12MEI 2012
PENDAHULUAN
Pada penanggulangan erupsi obat alergik, di samping penghentian obat yang dicurigai dan beberapa tindakan penanggulangan akut, diperlukan pemberian antihistamin dan atau kortikosteroid sebagai antialergi, sesuai dengan jenis erupsi obat alergik yang terjadi.
Tabel 1. Kecepatan Sekresi Dan Kadar Plasma Kortikosteroid Utama Pada Manusia 6
Kortisol Aldosteron
20 0,125
16 0,01
2
3
Otot
Susunan sarafpusat
Tulang
Kulit
6 7 8 9
Glaukoma dan katarak subkapsular posterior Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit Kenaikan tekanan darah Atrofi, tidak bisa melawan stres
bagian kortek
10 Metabolisme protein, KH dan lemak 11 Elektrolit Kebilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia, gula meninggi, obesitas, buffalo hump, perlemakan hati. Retensi Na/air, kehilangan kalium.(astenia, paralisis, tetani, aritmia kor) 12 Sistem immunitas Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Th herpes simplek,. dan keganasan dapat timbul
TABEL 3. MENGENAL LAMA KERJA, POTENSI GLUKOKORTIKOID, DOSIS EKUIVALEN, DAN POTENSI MINERALOKORTIKOID2
Macam Kortikosteroid 1. Kerja singkat a. Hidrokortison b. Kortison 2. Kerjasedang a. Meprednison b. Metilprednisolon c. Prednisolon d. Prednison e. Triamsinolon 3. Kerjalama a. Betametason b. Deksametason c. Parametason Potensi glukokortikoid 1 0,8 Dosis ekuivalen (mg) 20,0 25,0 Potensi mineralokortikoid 2+ 2+
4-5 5 4 4 5
20-30 20-30 10
0 0 1+ 1+ 0
0 0 0
Monitor Tekanan darah Berat badan PPD, (12 han setelah pemakaian
prednison)
Osteoporosis
Densitas tulang
Monitor
atau proton pump inhibitor 8 Supresi kelenjar adrenal Dosis tunggal di pagi hari, periksa serum
kortisol pada jam 8 pagi sebelum tapering off.
Nama penyakit Dermatitis Erupsi alergi obat ringan SSJ berat dan NET Eritroderma Reaksi lepra LED Pemfigoid bulosa Pemfigus vulgaris Pemfigus foliaseus Pemfigus eritematosa
Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari Prednison 4x5 mg atau 3xl0 mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Deksametason 6x5 mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 40-80 mg Prednison 60-150 mg Prednison 3x20 mg Prednison 3x20 mg
Psoriasis pustulosa
Reaksi Jarish-Herxheimer
Prednison 4x 10 mg
Prednison 20-40 mg
Antihistamin pada alergi maupun nonalergi bekerja sebagai inhibitor kompetitif di organ target, menghambat histamin pada reseptor-reseptornya. Berdasarkan reseptor yang dihambat, antihistamin dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:2
Antagonis reseptor H1 (antihistamin-1, AH-1) atau dikenal sebagai antihistamin golongan kiasik. Antagonis reseptor H2 (antihistamin-2, AH-2).
Akhir-akhir ini dikembangkan antihistamin yang baru dan berkhasiat terhadap reseptor H1 dan bersifat nonsedasi, golongan ini disebut sebagai golongan antihistamin nonklasik atau nonsedasi. 2
Menjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairan tubuhnya. Berikan cairan via infus bila perlu. Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi di mulut dan tenggorok serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus, misalnya berupa glukosa 5% dan larutan Darrow. Transfusi darah bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari; khususnya pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik
Sistemik
Kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik. Obat kortikosteroid yang sering digunakan adalahprednison. Pada kelainan urtikaria, eritema, dermatitis medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eksantema fikstum, dan PEGA karena erupsi obat alergi. Dosis standar untuk orang dewasa adalah 3 x 10 mg sampai 4 x 10 mg sehari. Pengobatan eryhema mu1rforme major, SSJ dan TEN pertama kali adalah menghentikan obat yang diduga penyebab dan pemberian terapi yang bersifat suportif seperti perawatan luka dan perawatan gizi penderita. Penggunaan glukortikoid untuk pengobatan SSJ dan TEN masih kontroversial.
Sistemik (cont)
Pertama kali dilakukan pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG) terbukti dapat menurunkan progresifitas penyakit mi dalam jangka waktu 48 jam. Untuk selanjutnya IVIG diberikan sebanyak 0.2-0.75 g/kg selama 4 han pertama. Antihistamin. Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang jika dibandingkan dengan kortikosteroid.
Topikal
Pengobatan topikal tergantung pada keadaan kelainan kulit, apakah kering atau basah. Jika dalarn keadaan kering dapat diberikan bedak salisilat 2% ditambah dengan obat antipruritus seperti mentol V2-1% untuk mengurangi rasa gatal. Jika dalam keadaan basah perlu digunakan kompres, misalnya larutan asam salisilat 1%. Pada bentuk purpura dan eritema nodosum tidak diperlukan pengobatan topikal. Pada eksantema fikstum, jika kelainan membasah dapat diberikan krim kortikosteroid, misalnya hidrokortison 1% sampai 21/2 2%.
Topikal (cont)
Pada eritroderma dengan kelainan berupa eritema yang menyeluruh dan mengalami skuamasi dapat diberikan salep lanolin 10% yang dioleskan sebagian-sebagian. Terapi topikal untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat dibenkan sofratulle atau krim sulfadiazin perak
TERIMA KASIH