Anda di halaman 1dari 35

PENGUJIAN PRA-KLINIK DAN KLINIK

PENGUJIAN PRA-KLINIK
-Merupakan studi secara biomedis yang dilakukan pada subyek selain manusia (menggunakan hewan coba). (Anonim, 2002)

Hewan coba harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (Lata H.,


2003) Layak pada hewan kecil Hewan sederhana dalam reprodusibilitas Hewan dapat memprediksi potensi antihipertensi dari bahan yang diberikan Hewan mengkonsumsi jumlah senyawa yang minimal Hasil uji antihipertensi pada hewan dapat dibandingkan dengan beberapa bentuk hipertensi pada manusia

Hewan coba yang biasa digunakan:


Anjing Tikus (Spontaneous Hypertensive Rat ) strain pada tikus dibuat hipertensi secara genetik Kelinci, monyet, babi , mencit

Model uji hewan coba yang dapat digunakan untuk hipertensi adalah: (Lata H., 2003) 1. Renovascular hypertension 2. Dietary hypertension 3. Endocrine hypertension 4. Neurogenic hypertension 5. Psychogenic hypertension 6. Genetic hypertension 7. Other models

Metode lain untuk membuat hewan coba hipertensi (Dornas, Waleska et al., 2011)

1. Hipertensi Genetic a. Spontaneously Hypertensive Rat (SHR) b. Dahl-salt Sensitive Rats c. Transgenic Hypertension Models d. Borderline Hypertensive Rat 2. Hipertensi dengan inhibisi kronik Nitric Oxide (NO) 3. Hipertensi yang diinduksi Angiotensin II 4. Hipertensi yang diinduksi melalui asupan makanan

TERPILIH
Metode:

Spontaneous Hypertension Rats (SHR)


Hewan Coba: Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar

Ekstrak seledri berguna sebagai antihipertensi melalui mekanisme diuretik, ACE-inhibitor, dan -blocker. Sehingga sesuai untuk terapi hipertensi essensial (primer).

Hewan coba ini secara genetik memiliki potensi hipertensi sehingga dengan sedikit induksi hipertensi (seperti NaCl), hewan dapat lebih cepat mengalami hipertensi.

Kriteria Tikus sebagai hewan coba


Spesies : Wistar Umur : 18 20 minggu Berat : 320 350 minggu Kondisi sehat : mata bersinar, bulu tidak berdiri, dan tingkah laku normal

Parameter Metode: tekanan sistol dan diastol Metode Pengukuran Tekanan Darah (Anonim, 1993) Metode langsung Pengukuran secara langsung pada intravascular. Pengukuran tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah (bloodless)

Metode tidak langsung

Metode terpilih : Metode langsung. Alasan : Pengukuran tekanan darah dapat langsung terpantau yang digambarkan dalam alat kimograf

SOP Pengujian Pada Hewan


Simplisia herba seledri dikeringkan diserbuk diekstraksi (remaserasi) dengan Penyiapan bahan uji alkohol 70% dipisahkan dari pelarut dipekatkan (rotary evaporator)

Hewan coba dikembangbiakkan secara khusus di Pusat Penelitian Hewan. Penyiapan Dikandangkan dalam kandang stainless steel. hewan coba Diberi makan pellet dan air minum . Diletakkan dalam ruang bersuhu 20-24 oC , siklus gelapterang 12 jam.

Hewan coba dikelompokkan dalam empat kelompok

Kelompok 1

Kelompok 2
Hewan coba hipertensi yang menggunaka n kontrol negatif (placebo)

Kelompok 3
Hewan coba hipertensi yang menggunaka n kontrol positif (kaptopril 12,5 mg)

Kelompok 4
Hewan coba hipertensi yang menggunaka n sampel uji (ekstrak herba seledri)

Hewan coba sehat

LANJUTAN. . . .

Tahapan standar operasional prosedur induksi hipertensi pada hewan coba tikus:
Hewan coba ditimbang. Dianestesi dengan uretan 10% dalam larutan NaCl fisiologis dengan dosis 1,2 g/kgBB yang disuntikkan secara intraperitoneal. Hewan coba diletakkan pada meja bedah dan keempat kakinya diikat pada meja. Vena dorsal penis pada hewan coba dipaparkan, dibuat sayatan V pada permukaan vena. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam vena dorsal penis (no.4) dan diikat. Bagian kanula yang bebas dihubungkan dengan jarum suntik dan alat suntik yang berisi larutan NaCl fisiologik. Kulit leher hewan coba digunting ke arah kepala, lalu otot bagian leher dibuka sampai nampak trakea. Salah satu arteri carotid di bawah trakea diisolasi dan diangkat ke atas dengan pinset tumpul.

Arteri carotid dipisahkan dari saraf vagus yang menempel. Arteri carotid ke arah distal dijepit dengan klem arteri bagian sefaladnya, diikat sehingga terbebaskan kurang lebih 1 cm. Buat sayatan V ke arteri carotid yang bebas lalu kanula dimasukkan ke dalamnya. Ikat ujung kanula yang dimasukkan ke arah jantung pada arteri carotid. Hubungkan bagian kanula yang bebas dengan manometer air raksa yang berhubungan dengan kimograf melalui pelampung dengan vena pencatat tekanan darah. Lepas klem arteri carotid dengan hati-hati. Darah di jantung akan mengalir melalui kanula. Usahakan darah jantung jangan sampai mencapai manometer. Untuk mencegah darah membeku, kanula sebelumnya diberi heparin. Demikian juga larutan NaCl fisiologik yang berada dalam selang diberi larutan heparin 1 ml/50ml. Tekanan darah tikus diatur ke 10-11 mmHg. Keberhasilan penyambungan ke alat manometer dapat dilihat dari gerakan air raksa yang turun naik dan direkam pada kimograf.

Kelompok Dosis Uji Efektifitas


Fitofarmaka yang diteliti: tablet berisi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) sebagai obat yang diteliti. Kontrol negatif (placebo): tablet yang hanya berisi matriksnya saja tanpa ektrak seledri. Kontrol positif: kaptopril karena obat ini merupakan obat antihipertensi golongan ACE-inhibitor yang merupakan lini pertama dalam pengobatan hipertensi

Dosis ekstrak herba seledri: 20-40 mg/kg BB (Siska et al.) Kelompok Kontrol + Kontrol Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan Hipertensi + captopril 2,5 mg/kg BB Hipertensi Hipertensi + ekstrak herba seledri 20 mg/kg BB Hipertensi + ekstrak herba seledri 40 mg/kg BB

Uji Toksisitas

Toksisitas Akut per Oral

Uji Toksisitas Sub-akut Dosis Berulang (28 hari) per Oral

Uji Toksisitas Subkronis per Oral selama 90 hari pada Hewan Pengerat (Rodent)

Uji Toksisitas Subkronis per Oral selama 90 hari pada Hewan Bukan Pengerat (Non-Rodent)

Uji Toksisitas Kronis

Metode uji terpilih : Uji toksisitas akut, sub-akut, sub-kronik, kronik Alasan : Karena terapi yang dipilih adalah antihipertensi, penyakit ini harus dilakukan pengobatan seumur hidup, sehingga perlu dilakukan semua uji toksisitas untuk ekstrak seledri mulai dari akut, sub-akut, sub-kronis dan kronis.

Hewan Coba terpilih: tikus betina ras Wistar

Uji Toksisitas Akut

Alasan : Karena sudah ada penelitian yang bisa membuat tikus secara genetik menderita hipertensi. Dipilih tikus betina karena pada literatur yang menguji LD50 (Official Journal of the European Union,2008) menunjukkan bahwa tikus betina sedikit lebih sensitif daripada tikus jantan. Kriteria pemilihan tikus betina : Tikus telah dibuat hipertensi secara genetik Tidak dalam keadaan mandul (nulliparous) ataupun hamil (non-pregnant) Berumur 8-12 minggu Berat tikus 250-300 gram (Farmakope Indonesia ed.III, 1979) SOP Memesan tikus betina sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Tikus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral Dosis diberikan secara bertingkat dari dosis minimum yang dapat memberikan efektifitas hingga dosis yang dapat menyebabkan kematian dari 50% tikus yang diuji (dosis ini disebut sebagai LD 50) Mengukur tekanan darah setelah pemberian ekstrak Tikus yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, tikus yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi.

Hewan coba terpilih: tikus (jantan maupun betina)

Uji Toksisitas Sub-akut

Alasan : Karena sudah ada penelitian yang bisa membuat tikus secara genetik menderita hipertensi. Kriteria pemilihan tikus: Tikus telah dibuat hipertensi secara genetik Khusus untuk tikus betina, tidak dalam keadaan mandul (nulliparous) ataupun hamil (nonpregnant) Berumur 8-12 minggu Berat tikus 250-300 gram (Farmakope Indonesia ed.III, 1979) SOP Memesan tikus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Tikus harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Digunakan paling sedikit 10 hewan coba (5 jantan dan 5 betina) digunakan pada setiap level dosis. Juga digunakan 10 hewan coba (5 jantan dan 5 betina) sebagai kontrol. Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral setiap hari pada dosis bertingkat, satu level dosis pada tiap kelompok diberikan selama 28 hari Mengukur tekanan darah setiap setelah pemberian ekstrak Tikus yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, tikus yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi.

Uji Toksisitas Sub-kronis Hewan coba terpilih : tikus dan anjing Alasan : Tikus dipilih karena sudah ada penelitian yang bisa membuat tikus secara genetik menderita hipertensi. Anjing dipilih karena untuk pengujian toksisitas sub-kronik selain digunakan hewan rodent, juga digunakan hewan non-rodent. Hewan nonrodent yang sering digunakan untuk uji antihipertensi adalah anjing

Kriteria pemilihan tikus: Tikus telah dibuat hipertensi secara genetik Khusus untuk tikus betina tidak dalam keadaan mandul (nulliparous) ataupun hamil (non-pregnant) Berumur 8-12 minggu Berat tikus 250-300 gram (Farmakope Indonesia ed.III, 1979) Tikus harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan

Kriteria pemilihan anjing: Ras yang sering digunakan adalah ras beagle. Berumur 4-6 bulan dan tidak lebih dari 9 bulan Interval bobotnya 20 % dari bobot rata-rata anjing.

Lanjutan Uji Toksisitas Sub-kronis


SOP untuk uji pada tikus Memesan tikus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Tikus harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Digunakan paling sedikit 20 hewan coba (10 jantan dan 10 betina) digunakan pada setiap level dosis. Juga digunakan 10 hewan coba (5 jantan dan 5 betina) sebagai kontrol. Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral setiap hari pada dosis bertingkat, satu level dosis pada tiap kelompok diberikan selama 90 hari Mengukur tekanan darah setiap setelah pemberian ekstrak Tikus yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, tikus yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi. SOP untuk uji pada anjing Memesan anjing sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Anjing harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Digunakan paling sedikit digunakan 8 hewan coba (4 betina dan 4 jantan) yang dilakukan pada tiap level dosis. Juga digunakan 8 hewan coba (4 betina dan 4 jantan) sebagai kontrol. Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral setiap hari pada dosis bertingkat, satu level dosis pada tiap kelompok diberikan setiap hari dalam 7 hari seminggu selama 90 hari Mengukur tekanan darah setiap setelah pemberian ekstrak Anjing yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, anjing yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi.

Uji Toksisitas Kronis Hewan coba terpilih : tikus dan anjing Alasan : Tikus dipilih karena sudah ada penelitian yang bisa membuat tikus secara genetik menderita hipertensi. Anjing dipilih karena untuk pengujian toksisitas subkronik selain digunakan hewan rodent, juga digunakan hewan non-rodent. Hewan non-rodent yang sering digunakan untuk uji antihipertensi adalah anjing. Kriteria pemilihan tikus: Tikus telah dibuat hipertensi secara genetik Khusus untuk tikus betina tidak dalam keadaan mandul (nulliparous) ataupun hamil (non-pregnant) Berumur 8-12 minggu Interval bobotnya 20 % dari bobot rata-rata (berat rata-rata = 250-300 g) Tikus harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Kriteria pemilihan anjing: Ras yang sering digunakan adalah ras beagle. Berumur 4-6 bulan dan tidak lebih dari 9 bulan Interval bobotnya 20 % dari bobot rata-rata.

SOP untuk uji pada tikus Lanjutan Uji Toksisitas Kronis Memesan tikus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Tikus harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Digunakan 40 hewan coba (20 betina dan 20 jantan) yang menggunakan sampel uji pada tiap dosis dan juga sebagai kontrol Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral 7 hari seminggu pada dosis bertingkat, satu level dosis pada tiap kelompok, diberikan selama 12 bulan Mengukur tekanan darah setiap setelah pemberian ekstrak Tikus yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, tikus yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi.

SOP untuk uji pada anjing Memesan anjing sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Anjing harus dipuasakan semalaman sebelum perlakuan Digunakan 40 hewan coba (20 betina dan 20 jantan) yang menggunakan sampel uji pada tiap dosis dan juga sebagai kontrol Mengukur tekanan darah sebelum diberi ekstrak seledri Memberikan ekstrak seledri secara peroral 7 hari seminggu pada dosis bertingkat, satu level dosis pada tiap kelompok, diberikan selama 12 bulan Mengukur tekanan darah setiap setelah pemberian ekstrak Anjing yang mati atau sekarat selama uji toksisitas, segera diotopsi dan di akhir percobaan, anjing yang masih bertahan hidup dibunuh dan diotopsi.

PENGUJIAN KLINIK

Definisi Uji klinik dilakukan bertujuan untuk menilai kemanfaatan klinik dan tolerabilitas suatu fitofarmaka dalam menurunkan tekanan darah tinggi, dibandingkan kontrol negative plasebo dan kontrol positif suatu obat yang telah umum diterima sebagai obat antihipertensi Rancangan Penelitian Tahap Awal Pada tahap awal (fase I, II) dianjurkan untuk melakukan penelitian secara terbuka (uncontrolled trial) tanpa pembanding. Penelitian dikerjakan pada satu kelompok (20-30 kasus) hipertensi yang memenuhi kriteria yang ditentukan untuk melihat ada atau tidaknya efek antihipertensi, hubungan dosis dan efek, dosis optimal dan tolerabilitas. Kalau dalam penelitian awal ini kemungkinan efek antihipertensi terbukti, baru dilanjutkan ke uji klinik tahap lanjut.

Tahap Lanjut Rancangan uji klinik dapat dipilih dari alternatif-alternatif berikut, tergantung kesediaan pasien yang diikutsertakan dalam penelitian dan kemampuan serta pengalaman tim peneliti dan unit pelayanan yang bersangkutan. Uji klinik terkendali = rancangan parallel (randomized controlled trial parallel design). Dalam rancangan ini ada beberapa kelompok pasien (terbagi secara acak) yang masing-masing akan menerima jenis interrvensi/obat, baik yang diteliti maupun kontrol negatif atau positifnya. Setiap pasien hanya akan menerima 1 jenis perlakuan selama penelitian. Uji klinik terkendali = rancangan silang (randomized controlled trial cross-over design) Dalam rancangan ini setiap pasien akan menerima semua perlakuan pengobatan yang diteliti. Masing-masing pengobatan paling tidak diberikan selama minimal 2 minggu dengan waktu pembersihan (washedout period) paling tidak 2 minggu.

Metode yang digunakan untuk fase 1 : Cross over design Alasan : Untuk mengetahui keamanan dari produk selama penggunaan dan setelah periode pembersihan. Untuk meminimalkan variasi antarsubyek penelitian
Metode yang digunakan untuk fase 2 : Parallel design Alasan: Karena diperlukan kontrol positif dan kontrol negatif untuk mengetahui efektivitas dari obat uji. Karena subyek penelitian merupakan pasien penderita hipertensi maka tidak memungkinkan untuk diberi lebih dari satu perlakuan karena dikhawatirkan akan membuat penyakit pasien semakin parah. Proses washout period tidak memungkinkan dilakukan pada fase ini karena pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat setiap hari sehingga tidak mungkin untuk memberhentikan konsumsi obat antihipertensinya.

Kriteria pemilihan Subyek 1. Kriteria diagnosti = Pasien pria dewasa yang menderita hipertensi primer Alasan : Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan pra menopause dibanding pria karena pengaruh hormon. Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan usia. 50-60 % pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. (Thomas, 2007)

2. Derajat penyakit= Hipertensi yang diderita merupakan derajat ringan sampai sedang, yakni tekanan darah diastollik 90 140/mmHg dan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg. Alasan: Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan usia. 50-60 % pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. (Thomas, 2007)

3. Umur dan jenis kelamin = pria dewasa berusia 25 60 tahun. Alasan : Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Briggita, 2010) 4. Asal pasien dipilih secara random sampling terhadap pria dewasa berumur 25-60 tahun yang menderita penyakit hipertensi di RS dr.Soetomo

PENILAIAN HASIL TERAPI 1. Kriteria Penilaian didasarkan pada pengukuran tekanan darah pada akhir periode pengobatan. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum memulai pengobatan dan sesudahnya. Pengukuran dilakukan oleh pemeriksa yang sama dengan cara yang konsisten seperti pada saat sebelum pengobatan 2. Penyamaran Penyamaran dilakukan secara single blind, dimana peneliti mengetahui mana subyek yang menerima obat aktif dan plasebo. Metode ini dipilih untuk mempercepat penanganan pengobatan saat terjadi kemungkinan terburuk ketika obat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan pada subyek

3. Pasien Gagal Pasien-pasien yang dianggap keluar (drop out) dari uji klinik adalah: Pasien yang tidak kembali pada saat kontrol, terutama pada saat akhir pengobatan Pasien-paien yang tidak mengikuti prosedur pengobatan dengan benar. Pasien-pasien yang mengalami komplikasi atau kondisinya memberat sehingga memerlukan intervensi lain Pasien menggunakan obat-obat lain selain yang digunakan dalam protokol

PELAKSANAAN UJI KLINIK Protokol uji klinik harus mendapat izin kelaikan etik (ethical clearance) dari penelitian biomedik pada manusia setempat. Uji klinik dapat dilakukan pada pasien rawat jalan yang datang di unit-unit layanan primer atau praktek swasta sejauh protokol dapat diikuti secara benar. Penelitian dikoordinir oleh seorang peneliti dan ditiap unit pelayanan yang terlibat harus ada seorang penanggung jawab mediknya. Pelaksanaan uji klinik dan pemeriksaan pasien pada setiap unit yang terlibat harus dilakukan oleh tenaga yang telah dilatih mengenai prosedur-prosedur yang dilakukuan. Penderita harus menyetujui setiap prosedur yang dijalani. Pemeriksaan-pemeriksaan tambahan seperti faal ginjal, hepar, dan lain-lain yang relevan seyogyanya dilakukan untuk memonitor terjadinya komplikasi

PENGOLAHAN/ANALISIS DATA Formulir pencatatan secara seragam harus dipersiapkan sesuai protokol, dan selalu ada pengkontrolan terhadap mutu pencatatan Analisis statistik mencakup interferensi untuk pengujian perbedaan terhadap cirri-ciri demografik, derajat hipertensi, penurunan tekanan darah, dan kejadian-kejadian efek samping, serta komplikasi dengan uji statistik yang sesuai

ETHICAL CLEARANCE

Ethical clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan mahluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu; sedangkan komisi etik adalah komisi yang bertugas melaksanakan pengkajian kelayakan etik, pendidikan, etik penelitian, peer review dan pemantauan uji klinik untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan subyek riset (Pudji Astuti, 2010).

Prosedur Pengajuan Ethical Clearance

(Anonim, 2009)

INFORMED CONSENT
Informed consent adalah landasan dari ethical dan regulasi suatu penelitian, dan fokus terhadap perlakuan penelitian dan pengawasan etik dari penelitian.(Zulfiqar,2004) Informed consent adalah suatu persetujuan yang diberikan kepada setiap subjek peneltian yang sesuai dengan budaya nasional dan persyaratan tertentu dan persetujuan tersebut harus diperoleh sesuai dengan hukum yang belakuApabila subjek tidak mampu memberikan persetujua harus ada perwakilan resmi yang diperoleh berdasarkan hukum yang berlaku. Penerapan dari informed consent ini melalui proses informasi dan memastikan pemahaman oleh subyek peneletian (dan/ atau secara hukum mereka yang berwenang) tentang penelitian dan memperoleh persetujuan mereka termasuk izin tertulis

Semua informasi harus dikomunikasikan secara komperhensif dan dimengerti subyek. Informasi tidak terbatas pada : Judul protokol Identitas dan sponsor Identitas penyidik klinik dan lembaga etik Sumber dana penelitian Bahwa Persidangan melibatkan penelitian Bahwa partisipasi subyek dalam penelitian ini adalah sukarela dan subyek dapat menolak untuk berpartisipasi atau menarik diri dari persidangan setiap waktu, tanpa denda atau kehilangan keuntungan dari kewajiban subyek. Tujuan persidangan Perlakuan percobaan dan probabilitas untuk penugasan acak setiap perlakuan Prosedur pesidangan yang akan diikuti, termasuk semua prosedur invasive Tanggung jawab subyek Aspek-aspek penelitian yang eksperimental

Lanjutan. . .
Secara wajar mendatangka resiko, ketidaknyamanan bagi subyek dan bilamana berlaku untuk bayi embrio, janin, atau ibu menyusui Diharapkan manfaat yang cukup, ketika tidak ada manfaat klinis untuk subyek, maka subyek harus diberi informasi. Prosedur alternatif dari pengobatan yang mungkin tersedia untuk subyek dan kepentingan keuntungan mereka dan resiko. Adanya kompensasi/ perawatan yang tersedia untuk subyek apabila mengalami cedera Anttisipasi bentuk pembayaran lainnya( misalnya bahan barang) jika ada pada subyek Antisipasi biaya untuk subyek termasuk biaya subyek untuk rutin perawatan medis untuk kondisi yang tidak ada pada penelitian Monitor, auditor, IRB IEC dan peraturan otoritas akan diberikan akses langsung ke subyek, rekam medis asli untuk verifikasi prosedur uji klinis dan data, tanpa melanggar kerahasian subyek, sejauh diizinkan hukun maka dengan menandatangani formulirpersetujuantertulis. Catatan identifikasi subyek akan dijaga kerahasiannya dan boleh bocor sampai batas yang diijinkan oleh hukum yang berlaku. Jika hasil uji coba tsb dipunlikasikan, identitas subyek akan tetap dicantumkan Potensi resiko dari bocornya rahasia subyek harus dikompromikan (misalnua stigma, kehilangan reputasi, kehilangan potensi dipertanggunkan) Bahwa subyek atau perwakilan subyek hukum yang berwenang akan diinformasikan secara teoat waktu jika tersedia informasi baru yang mungkin relevan untuk kesedian subyek untuk melanjutkan partisipasi dalam penelitian.( GCP WHO, 2005)

Anda mungkin juga menyukai