Anda di halaman 1dari 41

Kelompok 2

Cenning Dhaniar Kunthi Muthia Risma Bunga

PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Objek Pajak Bumi dan Bangunan Bumi : Permukaan bumi dan tubuh bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/ atau perairan.

A. OBJEK PAJAK SEKTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN


Sektor pedesaaan dan perkotaan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industry serta objek khusus perkotaan.

NJOP atas objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan ditentukan sbb: 1. Objek pajak berupa tanah adalah sebesar nilai konversi setiap Zona Nilai Tanah kedalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi (tanah). 2. Objek pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan.

RUMAH SAKIT SWASTA : Yang dimaksud rumah sakit swasta dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.796/KMK.04/1993 tanggal 20 Agustus 1993 adalah rumah sakit swasta institusi pelayanan social masyarakat (IPSM) yang: 1. 25% dari jumlah tempat tidur yang ada digunakan untuk pasien yang tidak mampu 2. Sisa hasil usaha digunakan untuk reinvestasi rumah sakit dalam rangka pengembangan rumah sakit dan tidak digunakan untuk investasi di luar rumah sakit. Ditentukan bahwa: Atas bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh rumah sakit IPSM dikenakan PBB sebesar 50% dari jumlah PBB yang seharusnya terhutang. Rumah sakit swasta pemodal yang bukan merupakan rumah sakit IPSM dan didirikan oleh suatu badan yang berbentuk Perseroan terbatas dikenakan PBB sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Atas bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh rumah sakit swasta tetapi secara nyata tidak dimanfaatkan untukpelayanan kesehatan secara langsung dan terletak diluar lingkungan rumah sakit tetap dikenakan PBB sepenuhnya sesuai dengan ketentuan berlaku. Wajib pajak tetap dapat mengajukan permohonan pengurangan PBB (sesuai dengan pasal 19 UU PBB)

Contoh Soal:
Sebuah rumah sakit IPSM terletak di Jalan Kenanga dan memiliki tanah kosong di Jalan Melati. Masing-masing memiliki NJOP sebagai dasar pengenaan PBB sebesar Rp 20.720.000.000,- dan Rp 12.384.000.000,-. Maka perhitungan PBB terhutang adalah sbb:

PENGHITUNGAN:

1. Objek pajak di Jalan Kenanga NJOP sebagai dasar pengenaan PBB NJOPTKP NJOP sebagai dasar penghitungan PBB PBB terutang 40% x 0,5% Pengenaan 50% 2. Objek pajak di Jalan Melati NJOP sebagai dasar pengenaan PBB NJOPTKP NJOP sebagai dasar pengenaan PBB PBB terutang 40% x 0,5%

Rp Rp

20.720.000.000 8.000.000 20.712.000.000 41.424.000 20.712.000

Rp Rp

12.384.000.000 0 12.384.000.000 24.768.000

B. OBJEK PAJAK RUMAH SUSUN DAN APARTEMEN


Strata title biasa diterapkan pada rumah susun, apartemen, mall, trade centre, dll. Dalam bangunan tersebut ada bagian yang menjadi hak milik masing-masing individu serta ada bagian yang menjadi milik bersama. Metode pengenaan PBB untuk objek pajak yang di dalamnya terdapat strata title berbeda dengan objek pajak yang tidak terdapat strata title.

Dalam menentukan besarnya PBB terutang, maka dipertimbangkan juga Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun yaitu: Bagian bersama (bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun) Benda bersama (benda yang bukan merupakan bagian rumah susun, tetapi yang dimiliki bersama secara tidak terisah untuk pemakaian bersama) Tanah bersama ( sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan)

Contoh soal:
Ibu Sundari memiliki sebuah unit apartemen dengan tipe 90 m2. Berdasarkan data dari pengelola diperoleh informasi bahwa kompleks apartemen ini memiliki 100 unit tipe 70 m2, 75 unit tipe 90 m2, dan 50 unit tipe 120 m2. Apartemen juga memiliki bangunan bersama seluas 500 m2. Luas tanah kawasan apartemen adalah 5.000 m2. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh KPP Pratama setempat diperoleh data bahwa harga tanah di kawasan ini adalah Rp. 5.000.000,00 per m2. Biaya pembuatan bangunan unian adalah Rp. 4.000.000,00 per m2, sedangkan bangunan bersama adalah Rp. 3.000.000,00 per m2. Jika NJOPTKP di daerah terseut adalah Rp. 10.000.000,00 hitunglah PBB terutang untuk masing-masing tipe apartemen!

Luas lantai bangunan hunian: 100 unit x 70 m2 = 7.000 m2 75 unit x 90 m2 = 6.750 m2 50 unit x 120 m2 = 6.000 m2 + Luas lantai bangunan hunian = 19.750 m2

Perhitungan NJOP apartemen tipe 70


NJOP bumi Bangunan 70m2 x 4.200.000 = 294.000.000 Bumi* (70/19.750) x 5.000m2 x 5.095.000 = 90.291.000 Bangunan * (70/19.750) x 500m2 x 3.100.000 = 5.494.000+ NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 389.785.000 NJOPTKP = (10.000.000) NJOPKP = 379.785.000 PBB terhutang 20% x 0,5% = 379.785 *) bumi dan bangunan bersama

Perhitungan NJOP apartemen tipe 90


NJOP bumi Bangunan 90m2 x 4.200.000 = 378.000.000 Bumi* (90/19.750) x 5.000m2 x 5.095.000 = 116.089.000 Bangunan * (90/19.750) x 500m2 x 3.100.000 = 7.063.000+ NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 501.152.000 NJOPTKP = (10.000.000) NJOPKP = 491.152.000 PBB terhutang 20% x 0,5% = 491.152 *) bumi dan bangunan bersama

Perhitungan NJOP apartemen tipe 120


NJOP bumi Bangunan 120m2 x 4.200.000 = 504.000.000 Bumi* (120/19.750) x 5.000m2 x 5.095.000 =154.785.000 Bangunan *(120/19.750) x 500m2 x 3.100.000 = 9.418.000 + NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 668.203.000 NJOPTKP = (10.000.000) NJOPKP = 658.203.000 PBB terhutang 20% x 0,5% = 658.203 *) bumi dan bangunan bersama

C. OBJEK PAJAK SEKTOR KEHUTANAN


Sektor kehutanan adalah objek PBB yang meliputi areal pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Besarnya NJOP atas objek pajak sektor kehutanan dibagi 2: a) Objek pajak sektor kehutanan atas HPH, HPHH, IPK dan izin sah lainnya selain HPHTI b) Objek pajak sektor kehutanan atas HPHTI

Objek pajak sektor kehutanan atas HPH, HPHH, IPK dan izin sah lainnya selain HPHTI
Areal produktif: NJOP= 8,5 x hasil bersih setahun sebelum tahun pajak berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya

NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya Objek pajak berupa bangunan NJOP = nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan penyusutan fisik

NJOP=

Objek pajak sektor kehutanan atas HPHTI


Areal hutan:

NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan hutan tanaman industri menurut umur tanaman
Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman industri

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya


Objek pajak berupa bangunan

NJOP = nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan penyusutan fisik

Contoh soal PBB sektor Kehutanan HPH


PT Warna Lestari usaha perhutanan di Kalimantan Timur tahun 2012 telah menyampaikan SPOP sebagai berikut :

Tanah
1) Areal produktif tanah hutan blok tebangan berupa kayu meranti Luas 200 Ha, kelas 198 2) Areal belum produktif tanah hutan non blok tebangan Luas 4.000 Ha, kelas 198 3) Areal : a. Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per m2, luas 10 Ha, kelas 523 b. Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198 4) Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200 5) Areal implasemen a. Pabrik 20.000 m2, kelas 188 b. Gudang 2.000 m2, kelas 188 c. Kantor 1.000 m2, kelas 188 d. Perumahan 10.000 m2, kelas 185

Bangunan 1) Pabrik 1.000 m2, kelas 088 2) Gudang 500 m2, Rp 264.000,00 per m2 3) Kantor 1.000 m2, kelas 086 4) Perumahan 5.000 m2, kelas 086 Angka kapitalisasi adalah 8,5 sedangkan hasil bersih tahun sebelumnya ialah sebesar Rp 1.000.000.000,00 Hitung PBB yang harus dibayar oleh PT Warna Lestari dengan NJOPTKP sesuai dengan Permen No. 67 tahun 2011!

Penghitungan:
Tanah

1) 2) 3)

Areal produktif = 8,5 x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 8.500.000.000,00 Areal blm produktif = 40.000.000 x Rp 200,00 = Rp 8.000.000.000,00 Areal : a. Log Ponds = 100.000 x Rp 2,7 = Rp 270.000,00 b. Log Yards = 50.000 x Rp 200,00 = Rp 10.000.000,00 4) Areal lainnya = 1000.000 x Rp 140,00 = Rp 140.000.000,00 5) Areal implasemen a. Pabrik = 20.000 x Rp 670,00 = Rp 13.400.000,00 b. Gudang = 2.000 x Rp 670,00 = Rp 1.340.000,00 c. Kantor = 1.000 x Rp 670,00 = Rp 670.000,00 d. Perumahan = 10.000 x Rp 910,00 = Rp 9.100.000,00 + NJOP tanah = Rp 16.674.780.000,00

Bangunan: 1) Pabrik = 1.000 x Rp 264.000,00 = Rp 264.000.000,00 2) Gudang = 500 x Rp 264.000,00 = Rp 132.000.000,00 3) Kantor = 200 x Rp 310.000,00 = Rp 62.000.000,00 4) Perumahan = 5.000 x Rp 310.000,00 = Rp 1.550.000.000,00 + NJOP bangunan = Rp 2.008.000.000,00 NJOP gabungan = Rp 18.682.780.000,00 NJOPTKP = Rp 24.000.000,00 NJOPKP = Rp 18.658.780.000,00 PBB terutang = 0,5% x 40% x Rp 18.658.780.000,00 = Rp 37.317.560,00

Contoh soal Hutan HPHTI


PT Wanasetra, sebuah pengelolaan hutan tanaman industri, data-data sebagai berikut : A. Tanah 1.Area Produktif a. Tanah yang ditanami dengan sonokeling yang telah menghasilkan L = 500 Ha Kelas 161 (Rp.5000,-) Standar Biaya Pembangunan (SBP) Rp. 2.930.800,-/Ha b. Tanah yang belum menghasilkan Sonokeling umur empat tahun L = 100 Ha Kelas 161 (Rp.5000,-) Standar Biaya Pembangunan (SBP) Rp. 2.427.800,-/Ha c. Sonokeling umur lima tahun L = 200 Ha Kelas 161 (Rp.5000,-) Standar Biaya Pembangunan (SBP) Rp. 2.769.800,-/Ha 2.Logponds L = 20 Ha Kelas A47 (Rp.4,8) 3.Area lainnya berupa rawa L= 50 Ha Kelas 200 (Rp.200,-) 4.Area implasement a. Pabrik L = 10.000 m2 Kelas 182 (Rp.1.200,) b. Gudang L = 5.000 m2 Kelas 182 (Rp.1.200,) c. Kantor L = 1.000 m2 Kelas 182 (Rp.1.200,) d. Perumahan L = 10.000 m2 Kelas 182 (Rp.1.200,)

B. Bangunan 1.Pabrik L = 3.000 m2 Kelas 090 (Rp.225.000,-) 2.Gudang L = 3.000 m2 Kelas 090 (Rp.225.000,-) 3.Kantor L = 1.000 m2 Kelas 086 (Rp.310.000,-) 4.Perumahan L = 10.000 m2 Kelas 086 (Rp.310.000,-) NJOPTKP Permen No.67 Tahun 2011 Hitung PBB terutang !

Penghitungan: A. NJOP Bumi Tanah yang ditanami dengan sonokeling yang telah menghasilkan 500 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 25.000.000.000, Standar Biaya Pembangunan (SBP) 500 x Rp. 2.930.800 = Rp. 1.465.400.000, Tanah yang belum menghasilkan sonokeling umur empat tahun 100 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 5.000.000.000, Standar Biaya Pembangunan (SBP) 500 x Rp. 2.427.800 = Rp. 242.780.000,- Sonokeling umur lima tahun 200 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 10.000.000.000, Standar Biaya Pembangunan (SBP) 200 x Rp. 2.749.800 = Rp. 553.960.000, Logponds 20 x 10.000 x Rp. 4,8 = Rp. 960.000, Area rawa 50 x 10.000 x Rp. 140 = Rp. 70.000.000, Pabrik 10.000 x Rp. 1.200 = Rp. 12.000.000, Gudang 5.000 x Rp. 1.200 = Rp. 6.000.000, Kantor 1.000 x Rp. 1.200 = Rp. 1.200.000, Perumahan 10.000 x Rp. 1.200 = Rp. 12.000.000,+ Total NJOP Bumi = Rp. 42.364.300.000,-

B.

NJOP Bangunan Pabrik 3.000 x Rp. 225.000 Gudang 500 x Rp. 225.000 Kantor 200 x Rp. 310.000 Perumahan 1.000 x Rp. 225.000 Total NJOP Bumi NJOP Total
NJOPTKP NJOPKP NJKP 40 % x NJOPKP PBB terutang 0,5 % x NJKP

= Rp. 675.000.000, = Rp. 112.500.000,= Rp. 62.000.000, = Rp. 225.000.000,- + = Rp. 1.074.500.000,= Rp. 43.438.800.000,= Rp. 24.000.000,= Rp. 43.414.800.000,= Rp. 17.365.920.000,= Rp. 86.829.600,-

D. OBJEK PAJAK PERKEBUNAN


Sektor perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen. Dasar pengenaan PBB sektor perkebunan adalah penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan NJOP bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi, yang mana NJOP bumi per meter persegi adalah sebesar hasil konversi nilai tanah per meter persegi ke dalam tabel klasifikasi, sementara NJOP bangunan per meter persegi adalah sebesar hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam tabel klasifikasi.

Contoh soal:
Wajib Pajak yang bergerak di bidang perkebunan karet memiliki data sebagai berikut: Areal kebun berupa Areal sudah menghasilkan seluas 35.000.000 m2, harga tanah sebesar Rp 11.000,00/m2, SIT sebesarsebesar Rp 1500/m2 Areal belum menghasilkan berumur 1 tahun seluas 300.000 m2, harga tanah sebesar Rp 11.000,00/m2, SIT Rp 500,00/m2. Areal emplasemen seluas 00.000 m2, harga tanah sebesar Rp 37.000,00/m2. Areal yang tidak dapat ditanami seluas 2.000.000 m2, harga tanah sebesar Rp 6.000,00/ m2. Bangunan berupa Pabrik seluas 3200 m2, biaya membangun sebesar Rp 1.000.000,00/ m2 Kantor seluas 700 m2, biaya membangun sebesar Rp 750.000,00/ m2 Gudang seluas 1300 m2, biaya membangun sebesar Rp 500.000,00/ m2 Perumahan 8000 m2, biaya membangun Rp 800.000,00/ m2 Kesehatan 100 m2, biaya membangun Rp 800.000,00/ m2 Sosial 515 m2, biaya membangun Rp 800.000,00/ m2 Lain-lain 2.000 m2, biaya membangun Rp 700.000,00/ m2 NJOPTKP di daerah setempat adalah Rp 10.000.000,00 Hitungan PBB terhutang atas wajib pajak tersebut!

Penghitungan: NJOP Bumi 1. Areal kebun Tanaman Karet (menghasilkan) 35.000.000 m2 SIT Rp 1.500,00 = Rp 52.500.000.000,00 35.000.000 m2 Rp 11.000,00 = Rp 385.000.000.000,00 Belum menghasilkan 300.000 m2 SIT Rp 500,00 = Rp 150.000.000,00 2. Areal emplasemen 600.000 m2 Rp 37.000,00 = Rp 22.200.000.000,00 3. Areal lainnya (tidak dapat ditanami termasuk jalan) 2.000.000 m2 Rp 6.000,00 = Rp 12.000.000.000,00 Rp 475.150.000.000,00 Luas 37.900.000 Harga tanah/ m2 Rp 12.357,00 Konversi Tabel Klasifikasi bumi A-36 Rp 14.000,00 NJOP Bumi Rp 530.600.000.000,00

NJOP Bangunan 1. Pabrik 3.200 2. Kantor 700 3. Gudang 1.300 4. Perumahan 8.000 5. Bangunan Kesehatan 100 6.Bangunan Sosial (tidak kena pajak) 7.Lain-lain 2.000

Rp 1.000.000 Rp 750.000 Rp 500.000 Rp 800.000 Rp 800.000


Rp 700.000

Rp 3.200.000.000 Rp 525.000.000 Rp 650.000.000 Rp 6.400.000.000 Rp 80.000.000


Rp 1.400.000.000 Rp 12.255.000.000 15.300 Rp 800.980,00 Rp 823.000,00 Rp 12.591.900.000

Luas Biaya membangun/ m2 Konversi Tabel Klasifikasi Bangunan A-03 NJOP Bangunan Dengan demikian, NJOP Bumi 27.900.000 m2 x A-36 14.000 530.600.000.000 NJOP Bnagnan 15.300 m2 x A-03 823.000 12.591.900.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB 543.191.900.000 NJOPTKP 10.000.000 NJOP sebagai dasar perhitungan PBB 543.181.900.000 PBB terhutang 40% x 0,5% x Rp 543.181.900.000,00 = Rp 1.086.363.800,00

D. OBJEK PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN


Sektor pertambangan adalah objek PBB yang meliputi areal usaha penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan yaitu bahan galain strategis, bahan galian vital dan bahan galian lainnya. 1. Objek pajak sektor pertambangan migas 2. Objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi 3. Objek pajak sektor pertambangan non migas selain energi panas bumi dan galian C 4. Objek pajak sektor pertambangan non migas galain C

1. OBJEK PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS


Besarnya NJOP atas OP Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ditentukan sebagai berikut: a. Areal Produktif adalah sebesar : 9,5 x hasil penjualan migas bumi dalam satu tahun pajak berjalan. b. Areal belum produktif, tidak produktif serta emplasemen, dan areal lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan, adalah sebesar: NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya. c. OP berupa bangunan adalah sebesar NJOP sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 15.

Contoh soal:
PT CERIA adalah suatu perusahaan tambang minyak dengan data sebagai berikut: A. TANAH 1. Areal Produktif = 100 Ha, Kls IA-48-Rp 270,00/ m2 2. Areal Belum Produktif : a. Areal General Survey = 500 Ha, Kls IA-50-Rp 140,00/ m2 b. Areal eksplorasi = 100 Ha, Kls IA-49-Rp 200/ m2 3. Areal Tidak Produktif = 100 Ha, Kls IA-50 4. Areal Emplasemen : a. Pabrik = 25 Ha, Kls IA-43-Rp 1.200,00/ m2 b. Gudang =2 Ha, Kls IA-43 c. Perkantoran = 1 Ha, Kls IA-39-Rp 5.000,00/ m2 d. Tangki = 10 Ha, Kls IA -43 e. Jalan diperkeras = 5 Ha, Kls IA-43 f. Perumahan = 10 Ha, Kls IA-37-Rp 10.000,00/ m2

B. Bangunan a. Pabrik = 50.000 m2, Kls IIA-9-Rp 310.000,00/ m2 b. Gudang = 5.000 m2, Kls IIA-9 c. Perkantoran= 2.000 m2, Kls IIA-8-Rp 365.000,00/ m2 d. Tangki = 5.000 m2, Kls IIA-7-Rp 429.000,00/ m2 e. Jalan diperkeras = 30.000 m2, Kls IIA f. Perumahan= 10.000 m2, Kelas IIA-Rp 310.000,00/ m2 C. Hasil Penjualan Minyak satu tahun sebelum tahun pajak berjalan = Rp 1 M D. angka Kapitalisasi 9,5 Hitung PBB PT CERIA tersebut di atas!

Penghitungan: A. NJOP TANAH: 1. Areal Produktif = 9,5 x Rp 1 M 2. Areal Belum Produktif: a. Areal General Survey = 500 x 10.000 x Rp 140,00 b. Areal Eksplorasi = 100 x 10.000 x Rp 200,00 3. Areal Tidak Produktif = 100 x 10.000 x Rp 140,00 4. Areal Emplasemen : a. Pabrik = 25 x 10.000 x Rp 1.200,00 b. Gudang = 2 x 10.000 x Rp 1.200,00 c. Kantor = 1 x 10.000 x Rp 5.000,00 d. Tangki = 10 x 10.000 x Rp 1.200,00 e. Jalan Keras = 5 x 10.000 x Rp 1.200,00 f. Perumahan = 10 x 10.000 x Rp 10.000,00 NJOP TANAH

= Rp 9.500.000.000,00 = Rp = Rp = Rp 700.000.000,00 200.000.000,00 140.000.000,00

= Rp 300.000.000,00 = Rp 24.000.000,00 = Rp 50.000.000,00 = Rp 120.000.000,00 = Rp 60.000.000,00 = Rp 1.000.000.000,00 =Rp12.094.000.000,00

B. NJOP BANGUNAN: a. Pabrik b. Gudang c. Kantor d. Tangki e. Jalan Keras f. Perumahan NJOP BANGUNAN

= 50.000 x Rp 310.000,00 = 5.000 x Rp 310.000,00 = 2.000 x Rp 365.000,00 = 5.000 x Rp 429.000,00 = 30.000 x Rp 310.000,00 = 10.000 x Rp 429.000,00

= Rp 15.500.000.000,00 = Rp 1.550.000.000,00 = Rp 730.000.000,00 = Rp 2.145.000.000,00 = Rp 9.300.000.000,00 = Rp 4.290.000.000,00 =Rp 33.515.000.000,00

NJOP Tanah + Bangunan = Rp 45.609.000.000,00 NJOPTKP = Rp 8.000.000,00 NJOP sebagai dasar perhitungan PBB = Rp 45.601.000.000,00 Pajak Bumi dan Bangunan = 0,5% x 40% x Rp 45.601.000.000,00 = Rp 91.202.000,00

2. Objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi


Besarnya NJOP ditentukan sbb: 1. Areal produktif: NJOP= 9,5 x hasil penjualan energi panas bumi/listrik dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan 2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya: NJOP= NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya 3. Objek pajak berupa bangunan: NJOP= nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan penyusutan fisik

3. OBJEK PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN NONMIGAS SELAIN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C
Besarnya NJOP ditentukan sbb: 1. Areal produktif: NJOP= 9,5 x hasil penjualan energi panas bumi/listrik dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan 2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya: NJOP= NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya 3. Objek pajak berupa bangunan: NJOP= nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan penyusutan fisik

4. OBJEK PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN NONMIGAS GALIAN C


1. Areal produktif: NJOP= angka kapitalisasi tertentu x hasil bersih galian tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan 2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya NJOP= NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya 3. Objek pajak berupa bangunan NJOP= nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan penyusutan fisik Catatan: NJOP atas objek pajak sektor pertambangan yg dikelola berdasarkan kontrak kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur dalam kontrak yang berlaku (pasal 10)

E. WAJIB PAJAK DENGAN OBJEK PAJAK LEBIH DARI SATU DI TEMPAT YG BERBEDA

CONTOH SOAL: Tuan A memiliki tanah dan bangunan di dua desa yang berbeda: NJOP bumi dan bangunan desa A = 20 jt NJOP bumi dan bangunan desa B = 17 jt NJOPTKP = 12 jt

desa A Bumi dan bangunan 20jt NJOPTKP 12jtNJOP perhitungan pjk 8jt NJKP = 20% x (8jt +17 jt) NJKP = 20% x 25jt NJKP = 5jt PBB terutang = 0,5% x 5jt PBB terutang = 25.000

desa B 17 jt 0 17 jt

Pengenaan PBB wilayah pedesaan dan perkotaan sudah sepenuhnya merupakan objek pajak daerah. Sehingga, bila ada objek pajak yang dimiliki oleh 1 WP yang terletak pada beberapa wilayah kabupaten atau kota yang berbeda, penagihan masing-masing objek pajak pasti dilaksanakan oleh masingmasing kabupaten atau kota.

Anda mungkin juga menyukai