Anda di halaman 1dari 40

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat

destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya. Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah. Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain dapat terjadi penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode, waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.

B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat menentukan sifat fisik tanah baik di lapangan maupun di laboratorium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sifat Fisika Tanah 1. Tekstur Tanah Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi: (1) Pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm. (2) Debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. (3) Liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut: (1) Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir. (2) Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung.

(3)

Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.

(4)

Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.

(5)

Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu.

(6)

Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.

(7)

Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.

(8)

Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.

(9)

Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.

(10) Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir.

(11) Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu. (12) Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat. Hubungan Tekstur Tanah dengan Daya Menahan Air dan Ketersediaan Hara Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.

2. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah: (1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.

(2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah. (3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering. (4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering. (5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat. (6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A. Tanah yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau granular di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan struktur gumpal di horison B atau tanah lapisan bawah (sub soil). Akan tetapi, pada tanah yang terbentuk di daerah

3. Bobot Isi Tanah

Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan berikut ini: (1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3, dan (2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 = 1 ton gram cm-3 . Contoh perhitungan dalam menentukan bobot tanah dengan menggunakan bobot isi adalah sebagai berikut: 1 hekar tanah yang diasumsikan mempunyai bobot isi (BI) = 1,0 gram cm-3 dengan kedalaman 20 cm, akan mempunyai bobot tanah sebesar: = {(volume 1 hektar tanah dengan kedalaman 20 cm) x (BI)} = {(100 m x 100 m x 0,2 m) x (1,0 gram cm-3 )} = {(2.000 m-3) x (1 ton m-3)} = 2.000 ton m-3 Apabila tanah tersebut mengandung 1% bahan organik, ini berarti terdapat 20 ton m-3 bahan organik per hektar.

4. Warna Tanah Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya. Selain warna tanah juga ditemukan adanya warna karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan, yang terjadi selama musim hujan, yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a) reduksi besi dan mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang menyebabkan terjadinya presipitasi. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi dan mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbentuk

apabila besi dan mangan tersebut mengalami presipitasi. Karatan-karatan yang terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah dilakukan perbaikan drainase. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang. Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat

menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau. Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.

Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19). Hue dibedakan menjadi 10 warna, yaitu: (1) Y (yellow = kuning), (2) YR (yellow-red), (3) R (red = merah), (4) RP (red-purple), (5) P (purple = ungu), (6) PB (purple-brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G (gray = kelabu), dan (10) GY (gray-yellow). Selanjutnya setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai berikut: (1) hue = 0 2,5; (2) hue = 2,5 5,0; (3) hue = 5,0 7,5; (4) hue = 7,5 10. Nilai hue ini dalam buku hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10. Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral). Value dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu makin tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Nilai Value pada lembar

buku Munsell Soil Color Chart terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8. Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang. Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum paling murni. Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, sebagai contoh: (1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat.\ (2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah. Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering.

5. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat. Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.

Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras. Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering. Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

6. Kadar Air Tanah Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat. Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul. Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras. Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut

maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering. Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis)

B. Pengambilan Sample Tanah

1. Tekstur Tanah Metode penentuan tekstur tanah ialah dengan cara meletakkan sedikit tanah di atas tangan atau diantara jari-jari, basahi sedikit demi sedikit sampai dicapai keadaan plastik maksimum. Keadaan ini akan menunjukan saat yang tepat dalam pendugaan tekstur tanah. Rasakan adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kemengkilatan tanah dengan ibu jari telunjuk.

2. Bobot Tanah Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah dengan ring sample atau dengan metode clod. Pada metode clod, gumpalan tanah dicelupkan ke dalam cairan plastic kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut.

3. Warna Tanah Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada buku Munsell Soil Color Chart, warna dinyatakan dalam tiga satuan/kriteria, yaitu : kilapan (hue), nilai (value) dan korma (chorme), merupakan nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut, kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain dan kroma yang kadang-kadang disebut juga dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.

4. Kadar Air Tanah Penentuan kadar air tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara: (1) Cara gravimetric water content yaitu perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering udara (lembab), atau perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering mutlak (U) (U) =
Ba x100 % Bp

Nilai U ini pada umumnya disebut persentase kandungan air berdasarkan berat tanah kering. Nilai U pada tanah mineral pada keadaan jenuh air biasanya berkisar antara 0,25- 0,60 atau 25 %- 60%, bergantung pada bobot isinya. Pada tanah- tanah organik seperti tanah gambut, kadar airnya bisa mencapai lebih dari 100 %. Yang disebut tanah kering di atas dapat diartikan sebagai tanah yang telah dipanaskan dengan jalan disimpan ke dalam oven pada suhu 1050 C pada tekanan

atmosfer sampai mencapai berat tetap. Tanah yang kandungan liatnya tinggi sekali pada keadaan tersebut masih mengandung air. (2) Cara volumetric water content, yaitu perbandingan volume air tanah terhadap volume tanah. Dirumuskan sebagai berikut: Kandungan air tanah (% isi) =
Ia x100 % It

5. Ruang Pori Total Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar kulit menahan air sehingga tanaman mudsah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total, lebih tinggi dari pada pasir.

Porositas tanah dipengaruhi oleh : Kandungan bahan organic Struktur tanah Tekstur tanah

Porositas tanah tinggi kalau bahan organic tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porisitas yang lebih tinggi dari pada tanahtanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai poripori makro sehingga sulit menahan air.

Dalam mengamati pori-pori tanah ada beberapa hal yang harus dicatat yaitu : ukuran, jumlah, kesinambungan, bentuk, orientasi, dan letak. Ukuran dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu : Sangat halus 0.1-0.5 mm Halus 0.5-2.0 mm Sedang 2.0-5.0 mm Kasar > 5.0 mm

BAB III TEMPAT, ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A. Tempat Praktikum ini dilaksanakan dilahan percobaan perkebunan karet seluas 100 hektar, Universitas Sriwijaya Fakultas Pertanian. Berlangsung pada hari selasa tanggal 18 Oktober 2011 pada pukul 08.00 sampai dengan selesai.

B. Alat dan Bahan

1. Tekstur Tanah Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan tekstur tanah dilapangan hanya menggunakan jari kita sebgaia alat perasa dari tekstur tanah itu sendiri.

2. Struktur Tanah Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan struktur tanah antara lain; 1). Saringan, 2). Timbangan, 3). Kain kasa, 4) Tabung silinder 100ml, dan 5). Kaleng pengukur kelembapan tanah.

3. Warna Tanah Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan warna tanah ialah; 1). Buku munsel soil chard, 2). Scrap, dan 3). Plastik

4. Kadar Air Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan kadar air tanah ialah; 1). Cawan petri, 2). Timbangan analitik, dan 3). Oven.

5. Bulk Density Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan bulk density ialah; 1). Cawan petri, 2). Timbangan analitik, dan 3). Oven.

6. Ruang Pori Total Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan ruang pori total ialah; 1). Cawan petri, 2). Timbangan analitik, dan 3). Oven.

C. Cara Kerja

1. Tekstur Tanah Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitudengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambildirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debudan liat, dengan cara sebagai berikut: (1) apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir

(2) apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bolatetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong

bertekstur Pasir Berlempung (3) apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapimudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (4) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bolaagak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat,maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung (5) apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dangulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu (6) apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapatdigulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut

tergolongbertekstur Debu (7) apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dandapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolongbertekstur Lempung Berliat (8) apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapatdibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, makatanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir

(9) apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh,serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (10) apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bolateguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir (11) apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh,dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu (12) apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik,dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.

2. Struktur Tanah Berikut merupakan cara kerja penentuan struktur tanah di lapangan; 1). Sebongkah tanah diambil dari lapisan horizon 2). Tanah dipecah dengan cara ditekan dengan jari atau dijatuhkan dariketinggian tertentu 3). Pecahan yang terjadi diamati bentuk strukturnya 4). Dengan menggunakan penggaris pecahan tanah diukur, untuk menentukan kelas struktur 5). Kuat lemahnya agregat tanah diamati untuk menentukan derajat struktur.

3. Warna Tanah

Cara kerja penentuan warna tanah di lapangan; 1). Tanah gumpal diambil secukupnya 2). Tanah dibasahi dengan air hingga lembab (permukaannya tidak mengkilap) 3). Tanah diletakkan dibawah lubang kertas buku Munsell, tanpa terkenacahaya matahari langsung 4). Menentukan warna tanah dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart 5). Mencatat warna yang diperoleh.

4. Kadar Air Tanah Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuhdapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana poripori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanahadalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hinggadiperoleh berat tanah kering yang tetap. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapatdinyatakan atas dasar berat dan isi. Begitupula pada tanah Alfisol pada umunya,dasar penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat dari suatu contoh tanahyang lebih lembab setelah dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Atau dapat juga dilakukan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari , tetapi dengan cara demikian dapat mengakibatkan keretakan pada sampel. Cara yanglebih efektif dan efisien adalah dengan cara dikering anginkan.

5. Bulk Density Teknik penetapan berat isi tanah dapat dilakukan di lapangan asalkantersedia peralatan yang diperlukan, seperti timbangan, oven, dan

kompor.Penetapan berat isi tanah dapat dilakukan

dengan metode pengeringan

denganmenggunakan oven dalam jangka waktu tertntu sesuai dengan kondisi tanah.Setelah tanah kering maka di timbang dan dilihat bobot awal

sebelumpengeringan dan bobot akhir setelah pengeringan.

6. Ruang Pori Total Cara kerja penentuan ruang pori total ialah; 1). Tentukan bobot isi tanah (bulk density), 2). Untuk nilai kepadatan patikel (particle density) dipakai angka 2.65 (nilaireal density) 3).Untuk perhitungan dipakai rumus di bawah ini : RPT = ( 1- BD ) x 100% PD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tekstur Tekstur di lapangan No. 1 2 3 Titik L1 L2 L3 Tekstur Lempung berpasir Lempung berpasir Lempung berpasir

Tekstur di laboratorium Fraksi % Pasir 74,4 % % Debu 11,6 % % Liat 14 %

2. Struktur Struktur di lapangan No. 1 2 3 Titik L1 L2 L3 Struktur Granular remah Prismatik Granular remah

3. Warna Warna di lapangan

No. 1 2 3

Titik L1 L2 L3

Warna 10 YR 2/1 10 YR 2/1 10 YR 2/1

4. Kadar Air Kadar air di laboratorium Kelompok Titik L1 I L2 L3 L1 II L2 L3 L1 III L2 L3 L1 IV L2 L3 L1 V L2 L3 %KA 30,449 % 29,834 % 28,663 % 66 % 60 % 57 % 51.9 % 55,7 % 53.1 % 48,54 % 42,5 % 37,5 % 40,12 % 36,45 % 51,74 %

5. Bulk Density

Bulk density di laboratorium Kelompok Titik L1 I L2 L3 L1 II L2 L3 L1 III L2 L3 L1 IV L2 L3 L1 V L2 L3 BD 1,765 gr/cm3 1,826 gr/cm3 1,90 gr/cm3 0,98 gr/cm3 0,95 gr/cm3 1,23 gr/cm3 1,11 gr/cm3 1,12 gr/cm3 1,07 gr/cm3 1,02 gr/cm3 1,1 gr/cm3 1,25 gr/cm3 1,43 gr/cm3 1,2 gr/cm3 1,04 gr/cm3

6. Ruang Pori total Ruang pori total di laboratorium Kelompok Titik L1 I L2 L3 II L1 L2 %RPT 23,3 % 31,3 % 28,4 % 64 % 65 %

L3 L1 III L2 L3 L1 IV L2 L3 L1 V L2 L3

54 % 58 % 57 % 59 % 62 % 58,5 % 53 % 47 % 55 % 4%

B. Pembahasan

1. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah keadaan tanah yang menunjukan kasar halusnya tanah. Ini dapat dideteksi dengan cara memirit tanah denngan jari tangan. Klasifikasi Tekstur Tanah Pengelompokan tanah terdiri dari : pasir, debu, liat; 1). Pasir

memiliki ciri terasa kasar jika dipegang berbutir tidak lengket tidak bias dibentuk bola atau gulungan pengalirkan air (porous/permeable)

2). Debu/Endapan 3). Liat terasa berat halus sangat lekat dapat dibentuk bola dengan baik mudah digulung juka dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih agak sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable) Pada praktikum ini tekstur ketika dilapangan yang didapat ialah; L1 lempung berpasir, L2 lempung berpasir, dan L3 lempung berpasir. Sedangkan hasil dari penentuan tekstur tanah di laboratorium ialah; untuk fraksi pasir 24,4%, fraksi debu 8,6%, dan fraksi liat 67%. terasa tidak kasar masih terasa berbutir agak melekat dapat dibentuk bola atau tegak

2. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makro. Sruktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir -butir pasir, debu dan liat terikat satu samalain oleh perekat seperti : bahan organic, oksida besi dll. Didaerah curah hujanyang tinggi umumnya ditemukan struktur tanah remah atau gramuler dipermukaan dan gumpal dihorison bawah. Struktur tanah yang didapatkan pada praktikum ini ialah untuk titik L1 granular remah, untuk titik L2 prismatik, dan untuk titik L3 granular remah.

3. Warna Tanah Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau

pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi. Warna tanah pada praktikum ini ialah; 10 YR 2/1 untuk ketiga titik pengujian (L1, L2, dan L3).

4. Kadar Air Air di dalam tanah menurut jumlahnya dan keadaannya dibagi ke dalam tiga keadaan air tanah, yaitu : Air adhesi Air higroskopis Air kapiler Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga poripori yang terdapat di antara butir-butir tanah atau dalam agregat tanah, yaitu merupakan larutan dari berbagai senyawa-senyawa dan garam yang biasa larut dalam air. Air tanah penting bagi pertumbuhan tanaman, karena sebagian terbesar dari tanaman adalah air yaitu sekitar 90 %. Dalam air tanah terlarut unsure hara yang

masuk (terhisap) bersama-sama air melalui akar ke tanaman. Kadar air tanah dapat diketahui berapa jumlah air tersedia bagi tanaman. Air dalam tanah berasal seluruhnya dari udara atau atmosfer. Terutama di daerah trofis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di permukaan bumi. Penentuan kadar air tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara: (1) Cara gravimetric water content yaitu perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering udara (lembab), atau perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering mutlak (U)
Ba x100 % Bp

(U) =

Nilai U ini pada umumnya disebut persentase kandungan air berdasarkan berat tanah kering. Nilai U pada tanah mineral pada keadaan jenuh air biasanya berkisar antara 0,25- 0,60 atau 25 %- 60%, bergantung pada bobot isinya. Pada tanah- tanah organik seperti tanah gambut, kadar airnya bisa mencapai lebih dari 100 %. Yang disebut tanah kering di atas dapat diartikan sebagai tanah yang telah dipanaskan dengan jalan disimpan ke dalam oven pada suhu 1050 C pada tekanan atmosfer sampai mencapai berat tetap. Tanah yang kandungan liatnya tinggi sekali pada keadaan tersebut masih mengandung air. (2) Cara volumetric water content, yaitu perbandingan volume air tanah terhadap volume tanah. Dirumuskan sebagai berikut:
Ia x100 % It

Kandungan air tanah (% isi) =

Kelembaban (kadar air) tanah dinyatakan dengan persen (%) dan bisa mencapai lebih dari 100 %. Untuk masing-masing cara penentuan kadar iar tanah dapat diuraikan sebagai berikut : Perbandingan berat air terhadap berat tanah basah(X) Ba X = ( Ba + Bp Nilai x ini merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat tanah keseluruhan yaitu Bp + Ba + Bu, disini berat udara dianggap hampir sama dengan 0 oleh sebab itu dapat diabaikan. Kadar air pada setiap titik di praktikum ini antara lain; L151,9 %, L2 55,7 %, dan L3 53,1 %. ) X 100 %

5. Bulk Density Bobot isi (B.I) tanah yang biasa juga disebut sebagai apparent density, adalah perbandingan antara berat suatu masa tanah dengan keadaan kering mutlak dengan volumenya. Tanah tersebut harus dalam keadaan tidak terganggu (utuh). Satuan bobot isi tanah dinyatakan dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral nilainya berkisar antara 0,7 1,5 g/cm3. Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah dengan ring sample atau dengan metode clod. Pada metode clod, gumpalan tanah

dicelupkan ke dalam cairan plastic kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut. Gunanya menentukan bulk density adalah untuk : 1. Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat perkembanganya. Makin berkembang makin tinggi bulk densitynya 2. Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi 3. 4. 5. Menunjukkan tingkat pelapukan batuan Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan pencucian dari horisan-horisan tertentu Contoh tanah yang dikirim ke laboratorium harus dalam keadaan alami dan struktur tanah tidak terganggu. Contoh tanah yang diambil dengan Core Sampler akan memudahkan perhitungan volume dan bobot isi tanah tersebut. Bila contoh tanah hanya merupakan bongkahan (clod) yang bentuknya tidak beraturan, maka penentuan volumenya dilakukan dengan cara menimbang berat bongkah tanah tersebut di dalam air, yang sebelumnya dilapisi tanah dulu dengan lilin/paraffin untuk menghindarkan penyerapan. Dari sample tanah yang di ambil ketika praktikum di lapangan, didapatkan bahwa setiap titik pengamatan tanah mendapatkan bobot tanah yang berbeda, antara lain; L1 1,11 gr/cm3, L2 1,12 gr/cm3, dan L3 1,07 gr/cm3.

6. Ruang Pori Total

Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruangpori sebagian ditentukan oleh susunan butir -butir padat, apabila letak

keduannyacenderung erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnyarendah.Sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kaliterjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahanorganiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi. Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenispartikel partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggidari pada bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur haluskebanyakan sangat kecil dan porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusiukuran pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat yang penting. Porositas tanah erat hubungannya dengan bulk density serta permeabilitas. Dari sample tanah yang di ambil dilapangan, kita juga dapat menentukan ruang pori pada setiap titik sample tanah. Ruang pori total yang didapatkan dari setiap titik sample tanah antara lain; L1 58%, L2 57%, dan L3 59%. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini ialah:

1. Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Sifat fisika tanah itu sendiri terdiri dari tekstur tanah, struktur tanah, warna tanah, kadar air tanah, bulk density, dan ruang pori tanah.
2. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat

dan dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. 3. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. 4. Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah.
5. Bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume.

6. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butirbutir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. 7. Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus.

B. Saran Saran yang dapat berikan sebagai praktikan ialah sebaiknya ketika dilapangan membawa alat yang lengkap demi cepat selesainya praktikum dan tidak memakan waktu yang lama, dan ketika di laboratorium penjelasan yang diberikan dari asisten kepada praktikan sangatlah penting apalagi mengenai perhitunganperhitungan yang sulit jika dipelajari sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/search/label/Fisika%20Tanah (Diakses 16 Oktober 2011) Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com (Diakses 16 Oktober 2011) Sihombing, Risma. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Tugas Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. http://www.scribd.com/doc/50700085/Dasar-Dasar-Ilmu-Tanah (Diakses 16 Oktober 2011)

Anda mungkin juga menyukai