Anda di halaman 1dari 3

Kelapa Sawit Primadona Ekspor Indonesia ke Tunisia

Selasa, 27 Juli 2010 21:40 WIB | 2278 Views

Tunisia (ANTARA News) - Komoditas minyak sawit masih menjadi primadona ekspor Indonesia ke Tunisia dengan nilai ekspor mencapai 8,23 juta dolar AS pada kuartal pertama 2010, yang berperan besar dalam volume perdagangan RI-Tunisia. Hal itu disampaikan Dubes LBBP RI untuk Tunisia Muhammad Ibnu Said, didampingi jajaran KBRI Tunisia terdiri fungsi ekonomi B Dharmawan, fungsi komunikasi Helmi Hawani, fungsi Konsulat Sri Mulatsi dan fungsi social budaya Sugiri Suparwan kepada koresponden Antara London, di ruang kerja KBRI Tunisia, Selasa. Dikatakannya nilai ekspor minyak kelapa sawit diharapkan akan terus meningkat sampai ahkir tahun sehingga berdampak positif terhadap nilai ekspor Indonesia ke Tunisia untuk tahun 2010. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tunisia, volume perdagangan RI-Tunisia pada kuartal pertama 2010 dari Januari hingga Maret mencapai 18,9 juta dolar AS. Sementara Ekspor Indonesia ke Tunisia berjumlah 18 juta dolar AS , dan impor senilai 900 ribu dolar AS. Angka tersebut meningkat sekitar 18 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 yang mencapai 15,97 juta dolar AS, sedangkan surplus Indonesia untuk kuartal pertama 2010 mencapai 17,1 juta dolar AS, ujar Dubes. Meningkatnya volume perdagangan RI-Tunisia pada kuartal 2010 diharapkan akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun , meskipun volume perdagangan kedua negara sempat mengalami penurunan sebesar 38 persen dari 122 juta dolar AS menjadi 76 juta dolar AS pada tahun 2009 akibat krisis keuangan global yang turut melanda Tunisia. Dikatakannya berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Tunisia, terdapat sekitar 218 komoditi yang diimpor dari Indonesia atau menurun dibanding 2009 yang mencapai sekitar 231 produk. Sampai pada kuartal pertama 2010, kelapa sawit dan produk turunannya menduduki peringkat pertama, ujarnya. Komoditi yang diekspor Indonesia meliputi kelapa sawit, tembakau, fiber, metal, karet, katun, pakaian, bahan pakaian, produk karet dan lain sebagainya. Produk utama Indonesia yang masuk ke pasar Tunisia bervariasi namun secara umum dikenakan tarif

berkisar antara nol persen hingga 40 persen. Diakuinya tarif tersebut relatif tinggi dibanding dengan negara yang telah memiliki Preferential Trade Agreement yang dikenakan rata-rata nol sampai lima persen . Sebagai perbandingan, produk utama Indonesia yang diekspor ke Tunisia pada Januari-Maret tercatat 15 Komoditas ekspor utama Indonesia. Dubes mengatakan pulihnya ekonomi Tunisia dari dampak krisis keuangan global yang juga berdampak positif terhadap kinerja ekonomi Tunisia. Hal tersebut diindikasikan oleh Central Bank of Tunisia (BCT) pada April 2010 lalu. Hal tersebut terlihat pada sektor industri yang mulai membaik dengan meningkatnya permintaan terhadap produk Tunisia. Peningkatan terjadi sektor manufaktur pada kuartal pertama 2010 yang naik sebesar 14 persen. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan GDP meningkat sebesar 4,5 persen pada tahun 2010. Membaiknya sektor manufaktur, berdampak terhadap ekspor khususnya sektor agro-food yang naik 9,7 persen pada kuartal pertama 2010, dibanding periode yang sama tahun 2009 yang menurun 16,2 persen. Impor Tunisia juga meningkat khususnya untuk produk material dan semi-finished product, dan energi.

Pasar tradisional Dubes Ibnu Said mengatakan terkait dengan pulihnya ekonomi Tunisia dari dampak krisis keuangan global diharapkan akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Tunisia yang sempat turun dari 103,3 juta dolar AS tahun 2008, menjadi 67,82 juta dolar AS tahun 2009, atau turun 33 persen. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya Indonesia untuk memberikan perhatian terhadap pasar Tunisia sebagai salah satu alternatif untuk pasar non-tradisional. Negara pesaing Indonesia, seperti China dan India, sangat gencar melakukan promosi pada pasar Tunisia dan memanfaatkan Tunisia sebagai gateway untuk memasuki pasar di kawasan Afrika Utara, Afrika dan Uni Eropa. Salah upaya yang dilakukan India adalah dengan menyediakan tiket gratis dan tarif hotel murah kepada pelaku usaha Tunisia yang menghadiri pameran di India. Demikian halnya dengan produk China yang memiliki daya saing tinggi di pasar Tunisia. Munculnya produk phosfat dari mata dagang ekspor Tunisia ke Indonesia meningkatkan ekspor Tunisia

dan sekaligus mengurangi defisit perdagangan Tunisia terhadap Indonesia. Produk phosphat yang merupakan salah satu produk unggulan Tunisia ke Indonesia yang sampai kuartal pertama 2010 mencapai sekitar 898 ribu dolar AS. Untuk meningkatkan ekspor, Tunisia mulai melirik pasar pada negara-negara Magribi yang hanya menyerap delapan persen produk Tunisia dan pasar Afrika. Pemerintah juga melakukan perjanjian dagang secara bilateral dan multilateral termasuk melalui perjanjian preferential trade untuk mendiversifikasi ekspor.(*) (U-ZG/R009) (http://www.antaranews.com/berita/1280241650/kelapa-sawit-primadona-ekspor-indonesia-ke-tunisia )

Anda mungkin juga menyukai