Anda di halaman 1dari 3

5.5 Riwayat Penyakit Pemeriksaan riwayat penyakit sebaiknya dilakukan secara seksama.

Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi perawatan ortodontik meliputi : Rematik. Jika pasien merupakan suspek yang dapat beresiko terkena infeksi endokarditis, dianjurkan untuk meminta konsul atau nasehat medis kepada dokter spesialis jantung. Jika resiko penyakit telah dikonfirmasi, perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan pertimbangan yaitu pasien dapat mempertahankan kesehatan gingival yang baik dan dapat menerima resiko-resiko perawatannya. Prosedur-prosedur infasif, sebagai contoh, ekstraksi dan pemasangan atau pelepasan band (bagaimanapun, beberapa penulis menyarankan ikatan harus digunakan dalam preferensi untuk band-band pada pasien yang rentan), sebaiknya diberikan antibiotic yang direkomendasikan sebagai antibiotik profilaksis. Obat kumur Clorhexidine diberikan sebelum penyesuaian alat tetap sangat berguna, meskipun penggunaan sehari-hari dalam jangka waktu yang panjang clorhexidine dapat menyebabkan resistensi bakteri. Jika kebersihan mulut pasien memburuk selama perawatan mungkin dianjurkan untuk menghentikan pengobatan alat. Epilepsi. Karena resiko kerusakan pada mulut disebabkan oleh alat yang rusak selama serangan epilepsy, lebih baik untuk menunda perawatan pada pasien seperti ini hingga kondisinya terkontrol. Recurrent aphtous ulceration (RAU). Kondisi ini banyak diperdebatkan dengan etiologi yang diketahui yang dapat menyebabkan eksaserbasi ialah trauma pada mukosa. Cribs atau springs pada alat lepasan, atau komponen dari sebuah alat tetap, mungkin cukup untuk memicu serangan pada individu yang rentan. Pada pasien dengan riwayat RAU, mungkin lebih bijaksana untuk melakukan penyelidikan menyeluruh saat awal, termasuk

rujukan untuk tes darah jika ada indikasi kearah sana, dan untuk mengetahui pengaruh peralatan sebelum langkah ireversibel, misalnya ekstraksi. Hay fever. Anak yang atopic memiliki masalah pada alat fungsional selama musim panas.

Tentu saja, ada banyak lagi kondisi yang dapat diketahui yang dapat memodifikasi perawatan pada individu yang rentan.

5.6 Pemeriksaan Ekstra Oral Posisi gigi ditentukan oleh pola skeletal pasien dan lingkungan jaringan lunak. Tujuan dari aspek pemeriksaan ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh relatif mereka dalam etiologi dari maloklusi tertentu dan juga sejauh mana mereka dapat dimodifikasi atau dikoreksi dengan pengobatan.

5.6.1 Pola Skeletal Pasien sebaiknya duduk dengan tegak. Miringkan kepala keatas meninggikan ujung dagu, dan sebaliknya miringkan kepala kebawah maka akan berefek sebaliknya. Oleh karena itu sangat penting untuk memastikan posisi pasien sehingga bidang Frankfort nya (bagian paling atas pada kanal auditori eksternus hingga bagian paling bawah margin orbital) horizontal. Gigi sebaiknya dalam kondisi kontak maksimal ini merupakan cara untuk mengecek posisi tersebut, sesering pasien akan memposisikan mandibula kedepan dengan hanya insisif yang berkontak. Pola skeletal dapat dilihat dalam tiga bidang.

Anteroposterior

Pasien sebaiknya dilkihat dari samping dan posisi relasi pada maksila dan mandibula dapat terlihat (Gambar 5.2). Sangat penting untuk melihat region pada dental dibandingkan bibir, posisinya akan berpengaruh pada proklinasi atau retroklinasi pada insisal. Klasifikasi pada pola skeletal yang diakui secara universal ialah : Kelas I mandibula 2-3 mm lebih posterior disbanding maksila. Kelas II hubungan mandibula retrusi terhadap maksila. Kelas III hubungan mandibula protrusi terhadap maksila.

Kepentingan untuk mencatat klasifikasi ini hanya untuk memberikan posisi hubungan antara maksila dan mandibula dan tidak mengindikasikan dimana letak ketidaksesuaiannya. Radiografi sefalometri lateral diperlukan untuk menilai etiologi pola skeletal. Jika ketidaksesuaian skeletal terjadi, penilaian keparahannya sebaiknya dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai