Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono, dalam Hawari, 2007). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Setyonegoro, dalam Hawari, 2007). Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2007). Menurut Suryani (2008), kecenderungan masyarakat Bali mengalami gangguan jiwa setiap tahunnya bertambah rata-rata 100-150 orang. Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali jumlah pasien yang datang untuk dirawat inap dari bulan januari hingga april 2012 berjumlah 1682 orang dengan rata-rata 420 orang per bulan. Salah satu gangguan kejiwaan adalah skizofrenia yang merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan kekuatan dari luar. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang

mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi atau tumpul (Ibrahim, 2005). Pada pasien skizofrenia salah satu gejalanya adalah waham, Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008). Klien dengan waham, biasanya akan menunjukan suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal), namun klien meyakini itu benar (Hawari, 2001). Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang sedang terancam ataupun merasa cemas berkelanjutan memproyeksikan pikiran dan perasaannya terhadap lingkungan sehingga pikiran dan perasaan tersebut akan terlihat dari luar dirinya dan diyakini sebagai suatu hal yang nyata. Waham tersebut akan mengakibatkan klien mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistis, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu risiko perilaku kekerasan yang dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Merawat klien dengan waham merupakan tantangan perawat agar mampu meningkatkan profesionalisme untuk menghadirkan realita pada klien dengan waham. Dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang lama serta perlu dukungan dari keluarga dalam proses penyembuhan. Untuk itu perawat dituntut memiliki ketrampilan yang khusus dalam menciptakan komunikasi dan lingkungan yang terapeutik agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien Tn. WS dengan gangguan proses pikir: Waham Agama di Ruang Bratasena RSJ Propinsi Bali dengan harapan dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik.

1.2

Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini yaitu untuk memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan proses pikir: waham agama dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 1.2.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penyusunan laporan ini yaitu: 1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Agama 1.2.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang ditemukan sesuai dengan pengkajian pada klien dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Agama 1.2.2.3 Mahasiwa mampu menyusun rencana perawatan pada klien dengan Gangguan Proses Pikir:Waham Agama 1.2.2.4 Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan Proses Pikir:Waham Agama 1.2.2.5 Mahasiwa mampu mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 1.2.2.6 Mahasiswa mampu menganalisis perbandingan antara teori dengan kasus kelolaan klien di RSJ

1.3

Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif studi kasus yaitu proses keperawatan dengan lima langkah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada karya tulis ini metode penggumpulan data yang digunakan antara lain pemeriksaan fisik, dokumentasi, studi kepustakaan. wawancara, observasi,

Anda mungkin juga menyukai