Anda di halaman 1dari 3

CERPEN

jangan pernah putus asa


By. TMIM_Alumni LDF Asysyifaa

Astaghfirullahaladzim,,terlontar dari mulut habib, setelah mendengar penjelasan dokter bahwa ia menderita penyakit kanker otak. Habib ialah siswa Madrasah Aliyah/setingkat SMU kelas 2, ia dikenal sebagai anak yang baik, ramah dan peduli. Habib bukanlah siswa yang sangat pintar, ia biasa-biasa saja. Namun Akhlaknya yang membuat ia tampak luar biasa. Ia selalu melempar senyum kepada sesiapa yang ditemuinya. Tak peduli kenal atau tidak. Ia begitu ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Disekolah ia memiliki banyak saudara, baik sesama siswa, pegawai sekolah, satpam dan petugas kebersihan. Ia menganggap orang yang kenal dengannya adalah saudaranya, yang harus diberi perhatian dan diDoakan. Dirumah, ia adalah anak semata wayang, ia tinggal bersama ibunya. Ayahnya telah meninggal saat ia kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah. Ibunya adalah guru pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah. Habib sangat menyayangi ibunya. Ia juga sangat menyayangi abang, kakak dan adiknya (teman satu sekolah yang dianggap sebagai saudaranya sendiri). Suatu ketika Madrasah Aliyah itu (sekolah habib), menjadi heboh karena perubahan sikap Habib. Habib menjadi siswa yang suka bolos sekolah, mengotori lantai yang baru dipel oleh petugas kebersihan, memanjati pagar dan tidak membuat PR. Semua merasa heran dan bertanya-tanya atas perubahan sikap habib belakangan ini, namun habib tetap cuek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada dirinya. Siang setelah shalat zuhur berjamaah, saat siswa-siswa pada kekantin. Habib masuk kelas sendiri, dan mencatat catatan pelajaran yang belum terhapus dipapan tulis. Muhammad (sahabat habib) tiba-tiba masuk kelas dan habib buru-buru menutup buku catatannya. Muhammad menghampiri sambil memegang pundak habib dan

berkata Habib, kenapa kamu mencatat tulisan dipapan tulis?, bukannya kamu bolos dan bosan belajar? habib hanya diam tanpa kata. Muhammad kembali bertanya, saudaraku, kenapa sekarang kamu berubah dan kenapa dirimu tidak bercerita masalahmu kepadaku seperti halnya diriku yang dulu selalu meminta nasehat dan saranmu?. Habib berkata Bukan urusanmu dan habib langsung pergi dan melepas rangkulan Muhammad. Tanpa sepengetahuan Muhammad, Habib meneteskan air mata saat keluar kelas. Saat berjalan melintasi ruang kepala sekolah. Habib kaget melihat ibunya bertemu kepala sekolah. Ia berujar dalam hati apakah ibu dipanggil untuk menghadap kepala sekolah karena kesalahanku, Astaghfirullahaladzim Setibanya dirumah, ia berkumandang dan saat dikamar saja. Ia keluar rumah saat adzan Ketika ibunya bertanya nak,bagaimana makan.

keadaanmu? habib hanya tersenyum dan berkata tidak apa-apa bu, maafkan aku dan Doakan aku ya bu ucap habib sambil tersenyum seolah tak ada masalah.

Malam hari tepatnya pukul 3.00 wib, saat orang pada umumnya terlena dengan tidurnya. Habib bangun, keluar kamar, ke kamar mandi untuk berwudhudan kembali kekamar. Dihamparkan sajadah dan ia mulai shalat tahajud. Seusai shalat tahajud, Habib berDoa kepada ALLAH untuk almarhum ayahnya, untuk Ibu, Saudara-saudaranya yang dia kenal, untuk Saudara-saudaranya semuslim yang mengalami tekanan seperti palestina,dll. Ia berDoa dengan hati yang tulus dan merendahkan diri di keharibaanNYA. Karena ia tau ALLAH tak membatasi

Hambanya untuk berdoa sebanyak-banyaknya. Air matapun menetes dengan sendirinya dan membasahi pipinya saat ia berDoa, Ya ALLAH Ampunilah dosadosaku, ampunilah kesalahanku, aku telah membuat saudara-saudaraku kecewa dengan sikapku, aku telah membuat saudara-saudaraku berburuk sangka terhadapku, aku berhasil berpura-pura untuk menjadi orang yang salah. Ya ALLAH, sungguh bukan inginku seperti ini, namun aku sengaja berpura-pura agar saudara-saudaraku membenciku dan melupakanku. Supaya ketika nanti penyakitku bertambah parah dan aku kembali menghadapMU dan meninggalkan dunia ini, aku tak ingin melihat

saudara-saudaraku bersedih atas kematianku, karena kesedihan saudaraku adalah hal yang berat bagiku. Ampuni aku ya ALLAH.. Ampuni aku ya ALLAH, aku telah membuat surgaku pudar, aku telah membuat ibuku sedih. Aku telah membuat ibu dipanggil kepala sekolah karena sikapku. Aku telah mengecewakan ibu, aku telah ingkar terhadap janjiku sepeninggal ayah. Bahwa aku tidak akan membuat ibu

kecewa. Ya ALLAH, Ampuni dosa-dosaku dan bimbinglah aku dan izinkan aku untuk kembali kehadapMu dalam keadaan Husnul Khatimah. Amin ya Rabbal alamin Habibpun mengakhiri Doanya dan melipat sajadahnya. Ketika ia menoleh kebelakang ia pun terkejut, ia melihat ibunya dengan mengenakan mukena, dengan mata yang berkaca-kaca. Habib pun langsung memeluk ibunya dengan erat. Ibu, maafkan habib ibu, maaf kesalahan anakmu ini ibu, maafkan aku belum bisa membahagiakanmu, aku sangat menyayangimu ibu, ibu sosok yang begitu tegar ketika ayah meninggal, ketika tau aku menderita kanker otak. Ibu selalu berusaha untuk tegar, ibu selalu ada untukku, ibu selalu menguatkanku dengan kisah2 para nabi.ujar habib sambil menangis. Ibu habibpun meneteskan air mata dan berkata, Anakku, sesungguhnya setiap manusia itu pasti akan kembali menghadapNYA, dan semua telah tertera dilauhil mahfudz. Anakku, ibu tak pernah kecewa denganmu, ibu juga sangat mencintaimu karena ALLAH. Anakku, jadilah dirimu sendiri dan minta maaflah kepada semua saudara-saudaramu. Anakku, ibu pernah membaca tulisan yang mengatakan Seorang mukmin boleh salah, boleh gagal, boleh tertimpa musibah tetapi dia tidak boleh kalah, menyerah pada kelemahannya, menyerah pada tantangan dan keterbatasannya apalagi bila sampai putus asa. Dia harus tetap menembus gelap supaya dia bisa menjemput fajar. Dia harus merasakan rinai hujan supaya bisa melihat indahnya pelangi. Dia harus merasakan getirnya perjuangan supaya bisa merasakan indahnya ukhuwah. Anakku ibu selalu berDoa agar dirimu slalu menjadi hamba ALLAH Yang bertakwa dan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai