Anda di halaman 1dari 22

BAB IV PENGAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. UMUM
Kegiatan Peningkatan Jalan Akses Ke Perum Korpri, merupakan salah satu usaha Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk meningkatkan pelayanan prasarana angkutan darat, guna menunjang peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Kegiatan tersebut meliputi Peningkatan Jalan Sepanjang 1,100 Km, dimulai dari STA 0+000 sampai dengan STA 01+100 Pekerjaan ini direncanakan untuk dapat diselesaikan dalam waktu 120 hari kalender dengan ruang lingkup pekerjaan sebagai berikut : a. Pekerjaan Persiapan; b. Pekerjaan Drainase; c. Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade); d. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base); e. Pekerjaan Plat Beton ( Concerete Slab). Uraian kegiatan ini dimaksudkan untuk menguraikan berbagai aktifitas di lapangan selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada proyek Peningkatan Jalan Akses ke Perum Korpri Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, mahasiswa dihadapkan pada kegiatan proyek yang sebenarnya sedikit berbeda dengan analisa teori yang diterapkan di kampus. Selama proyek berjalan, mahasiswa memanfaatkannya untuk melihat jalannya proyek serta melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan ketika menemui hal baru yang belum dimengerti sebelumnya. Maka mahasiswa memiliki banyak kesempatan yang untuk menambah ilmu, wawasan dan pengalaman yang berharga.

50

4.2 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan bantu yang diperlukan dan untuk dilaksanakan sebelum pekerjaan pokok dilaksanakan.Pekerjaan Persiapan dengan uraian kegiatan meliputi : 4.2.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Kegiatan ini bergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, secara umum; a. b. Memobilisasi sumber daya manusia dan sumber daya fasilitas dan peralatan. Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang dan sebagainya. Mobilisasi Personil Meliputi ketentuan : a. Mobilisasi kepala penyedia jasa yang memenuhi jaminan kualifikasi menurut cakupan pekerjaan yang akan dikerjakan. b. Mobilisasi semua staf penyedia jasa dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan kontrak. Mobilisasi Fasilitas dan Peralatan Meliputi ketentuan : a. Menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar proyek. b. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar perlatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan tersebut akan digunakan. c. Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat.

Mobilisasi harus diselesaikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak tanggal dimulainya pekerjaan. Demobilisasi
51

Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh penyedia jasa pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai. 4.3 Pekerjaan Tanah

4.3.1 Pekerjaan Galian Alat yang digunakan : - Excavator - Dump Truck / Truck Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh direksi pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton dan pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana bahan terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat direksi pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan direksi pekerjaan. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi atau selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi sruktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui direksi pekerjaan dan dipadatkan. Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pemotongan batu yang baru maupun lama.

52

Gambar 4.1 Pekerjaan Galian

4.3.2 Pekerjaan Timbunan 4.3.2.1 Penyiapan tempat kerja Alat yang digunakan : - Excavator - Buldozer - Motor Grader - Dump Truck / Truck Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana tinggi timbunan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembahasan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

53

Gambar 4.2 Persiapan Tempat Kerja 4.3.2.2 Penghamparan Timbunan Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
54

pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana perlu.

Gambar 4.3 Penghamparan Timbunan

4.3.3 Pemadatan Alat yang digunakan : Vibrator Roller

Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3% di bawah air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum.kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang diisyaratkan.
55

Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju kearah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

Gambar 4.4 Pemadatan 4.4 Perkerasan Berbutir

4.4.1 Penghamparan Agregat Kelas B Alat yang digunakan - Dump Truck/Truck - Motor Grader Bahan yang digunakan : - Agregat ex.Palu kelas B Bahan lapis pondasi agregat dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Lapis pondasi agregat harus diangkut, dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui dan tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. :

56

Tebal padat minimum pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi.

Gambar 4.5 Penghamparan agregat kelas B 4.4.2 Pemadatan Alat yang digunakan : - Vibrator Roller Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direkasi Pekerjaan. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 1,5% di bawah kadar air optimum sampai 1,5 % di atas kadar air optimum. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kea rah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

57

Gambar 4.6 Pemadatan agregat kelas B

4.5

Pekerjaan Baja Tulangan Alat yang digunakan - Gunting Tulangan - Catut - Pembengkok Tulangan :

Bahan yang dibutuhkan - Tulangan baja 19 - Kawat Bendrat

4.5.1 Pembengkokan Seluruh baja tulangan dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokanbengkokan atau kerusakan. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan dengan mesin pembengkok. 4.5.2 Penempatan dan Pengikatan Tulangan dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur,oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. Tulangan ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan. Batang tulangan diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.

58

Seluruh tulangan disediakan sesuai dengan panjang toatal yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.

Gambar 4.7 Pekerjaan Baja Tulangan

4.6 Pekerjaan dan Pemasangan Papan Acuan (Bekisting) Untuk pekerjaan pengecoran diperlukan papan acuan atau bekisting. Tujuan pemasangan bekisting adalah untuk mendapatkan bentuk konstruksi yang diinginkan. Karena beton dalam keadaan basah atau segar mudah untuk dibentuk sesuai yang direncanakan. Oleh karena itu pembuatan bekisting harus kuat dan kokoh agar mampu menahan kekuatan yang diakibatkan oleh beton tersebut. Alat yang digunakan - Gergaji :

59

- Palu - Paku - Pensil - Meteran Bahan yang dibutuhkan : - Papan kayu dengan tebal 2 cm - Kayu kasau 5/7

Gambar 4.8 Pemasangan Acuan Bekisting 4.7 Pekerjaan Struktur Beton K-300 Alat yang digunakan :

- Truk pengaduk (Ready mixed concrete) - Sekop


60

- Perata halus (Pipa dan Selang besar) - Perata - Sikat halus dengan kawat keras Bahan yang dibutuhkan : - Semen Portland - Lembar kedap air - Air - Agregat - Susunan Tulang yang telah disusun memanjang dan melintang 4.7.1 Persyaratan bahan Semen Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Air Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya adalah air yang bersih dan bebas dari bahanyang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26, air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Agregat Agregat untuk pekerjaan beton terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.

4.7.2 Pelaksanaan Pengecoran Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang dimasukkan ke beton (seperti pipa atau selongsong) dan sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak

61

bergeser pada saat pengecoran, dan juga sebelumnya setelah lapis pondasi bawah atau agregat dilapisi oleh lembar kedap air sebelum tulangan dipasang.

Gambar 4.9 Pemasangan lembar kedap air

Gambar 4.10 Pemasangan tulangan yang sudah dirakit


62

Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bagian. Pencampur dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran. Pertama-tama alat pencampur diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Waktu pencampuran diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 .

m3 atau kurang lebih 1,5 menit,

untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5

Gambar 4.11 Ready Mixed Concrete Beton dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran. Beton tidak dijatuhkan bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm dan tidak dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor dalam air dan pemompaan tidak dapat

63

dilakukan dalam waktu 48 jam setela pengecoran, maka beton dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom bucket. Beton siap hampar harus tetap diaduk, ditangani dan diangkut ke lapangan sesuai dengan spesifikasi beton siap hampar (ASTM C-94). Truk pengaduk harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Untuk menyalurkan beton dari kendaraan pengangkut dan untuk menuangkannya secara seragam ke permukaan yang telah dibentuk tanpa mengalami pemisahan butir, harus disediakan peralatan yang cocok.

Gambar 4.12 Pengecoran beton

64

4.7.3 Pembentukan Tekstur Permukaan Beton Pembentukan tekstur permukaan setelah pekerjaan pengecoran beton untuk mendapatkan bentuk permukaan yang diinginkan. Ada dua metode tekstur pada permukaan beton yaitu tekstur halus dan kasar. Tekstur halus dibentuk sesaat setelah coran beton dihampar dengan menggunakan perata halus, yang ditemui dilapangan yaitu berupa pipa besi, selang besar dan juga plastik tipis. Metoda pembentukan tekstur harus dipertimbangkan terhadap lingkungan, kecepatan dan kepadatan lalu lintas, topografi serta geometrik perkerasan.

Gambar 4.13 Pembentukan tekstur permukaan

65

Tekstur kasar untuk membentuk kekesatan pada beton dapat dibentuk dengan sikat halus dengan kawat keras. Kekesatan yang sangat tinggi mungkin diperlukan untuk mendaptkan keamanan tambahan pada daerah-daerah kritis, missal sekitar gerbang tol, persimpangan padat, atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau pembelokan sering terjadi. Hal ini dapat di atasi dengan pembentuk tekstur yang lebih dalam dari pada yang biasanya. Pengaluran (grooving), atau jika diperlukan dengan meberikan alumunium oxida, silikon carbide, atau partikel-partikel lain yang tahan aus ke permukaan beton. Pengaluran harus dilakukan antara 1-3 jam sesudah pengecoran.

Gambar 4.14 Pekerjaan grooving

Gambar 4.15 Beton yang telah mengeras dan di grooving

66

4.8

Pengendalian Mutu di Lapangan

Selama proses pekerjaan di lapangan juga dilakukan pengendalian mutu atau pengecekan ulang terhadap proses kerja ataupun bahan agar sesuai denga yang sudah direncanakan. 4.8.1 Pemasangan Acuan Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian jalan yang bersangkutan, sehingga acuan pada waktu dipasang dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar. Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yag tepat, sebaiknya dilakukan dengan cara mengupas/mengeruk. Bekas galian di kiri dan di kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali tiap lapis dengan tebal setiap lapis tidak boleh lebih besar dari 1,25 cm. Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang penghmparan beton. Dan juga untuk memeriksa ulang tinggi acuan adalah sesuai dengan tebal perkerasn beton yang direncanakan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara membentangkan benang selebar jalan rencana sampai batas acuan lalu diperiksa ketinggian alinyemen dari tiap ujung-ujung acuan dan juga tengah jalan rencana, setelah didapatkan variasi ketinggian dihitung rataratanya. Pemeriksaan dilakukan oleh konsultan pengawas.

67

Gambar 4.16 Pemeriksaan alinyemen acuan 4.8.2 Pengujian Uji Slump (workability) Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan.

Gambar 4.17 Pengujian Slump

4.8.3 Pengujian Kuat Tekan Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap 60 m3 beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada
68

umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari.

Gambar 4.18 Pengujian kuat tekan

4.9 Hambatan Pelaksanaan Proyek.


Dalam setiap proyek, tentu ada hambatan-hambatan yang dihadapi. Dalam proyek ini, ada beberapa hal yang menjadi hambatan, yaitu: a. b. Hambatan cuaca Hambatan untuk mengamati pengujian-pengujian pengendalian mutu di lapangan.
69

c. 4.9.1

Hambatan keterlambatan material Hambatan Cuaca

Cuaca sangat mempengaruhi proses pengerjaan proyek tersebut. Yang paling dikhawatirkan adalah jika hujan turun saat pengecoran dilakukan. Keadaan tersebut pernah terjadi, maka kegiatan pun terpaksa ditunda. Sehingga progress pun menjadi minus. Hal ini diatasi dengan memberlakukan jam kerja lembur untuk mengejar progress. Selain itu hujan yang turun mengakibatkan akses bagi kendaraan yang membawa material menuju lokasi proyek menjadi rusak sehingga tidak mendukung kendaraan tersebut untuk sampai ke lokasi proyek, dikarenakan roda kendaraan tersebut akan mengalami amblas. Hal ini diatasi dengan cara memberhentikan kendaraan di tempat yang dapat dilalui atau tidak mengakibatkan roda kendaraan menjadi amblas, setelah itu baru dilakukan pengangkutan secara sedikit demi sedikit dengan kereta dorong oleh para pekerja. Apabila material tersebut berhenti cukup jauh dan sulit untuk dijangkau oleh para pekerja sehingga cukup menyulitkan, maka akses yang rusak dan tidak mendukung tadi dihamparkan batu padas agar dapat dilalui dengan kendaraan tersebut. 4.9.2 Hambatan untuk Mengamati Pengujian-pengujian Pengendalian Mutu di Lapangan Selain dua hambatan yang telah disebutkan di atas, hambatan lain adalah kami tidak dapat mengamati pengujian-pengujian yang dilakukan seperti slump test dan uji kubus. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan pengujian tersebut kami mempunyai pekerjaan yang memang harus dikerjakan selain urusan perkuliahan. Hasil pengujian-pengujian tersebut belum sampai pada pihak konsultan, sehingga kami tidak dapat melihat hasil pengujianpengujian tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan kami tentang pemahaman pengujianpengujian tersebut, kami harus belajar dan mencari informasi dari sumber lain, dan saat ini kami masih melakukan pembelajaran tersebut. 4.8.3 Hambatan Keterlambatan Material Hal-hal lain yang menjadi hambatan di lapangan adalah keterlambatan material yang akan digunakan dilapangan, yang menyebabkan pergeseran waktu rencana yang sudah diencanakan. Disebabkan oleh kurangnya kerjasama komunikasi antara pihak kontraktor dan dan kosultan juga penyedia material. Hal ini juga yang membuat kami tidak dapat
70

menyesuaikan waktu untuk datang ke lapangan untuk melihat rangkaian tahapan proses perkerjaan peningkatan jalan tersebut.

71

Anda mungkin juga menyukai