Anda di halaman 1dari 10

Follow-Up Jangka Panjang setelah Repair Hernia Insisional : apakah hanya Bermanfaat untuk Pasien Simtomatik? J.C.Lauscher J.C.

.Loh S.Rieck H.J. Buhr J.P.Ritz

Abstraksi Pendahuluan Hernia insisional merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pembedahan viseral dan saat ini dianggap sebagai indikasi pembedahan pada semua kasus, apapun gejala yang dialami pasien. Akan tetapi, hal tersebut masih belum jelas perbaikan yang sebenarnya yang bisa didapatkan berdasarkan kriteria objektif (misalnya nyeri atau disestesia) atau kriteria subjektif (misalnya berkurangnya ketidaknyamanan atau hasil kosmetik yang lebih baik). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami penurunan keuntungan objektif dan subjektif dari hernia insisional repair. Metode Penelitian Penelitian prospektif ini melibatkan pasien yang mengalami open repair hernia insisional dengan implan mesh dari bulan Desember 2006 s.d. April 2009. Data dikumpulkan sebelum dan 18 bulan setelah pembedahan. Intensitas nyeri diukur menggunakan Numerical Analog Scale (NAS) pada pre dan postoperatif. Pasien terbagi atas kelompok oligosimptomatik (NAS 0-3) dan simtomatik (NAS 4-10) berdasarkan level nyeri preoperatif dan postoperatif dari 2 kelompok yang dibandingkan melalui kuesioner standar. Hasil 90 pasien berturut-turut yang terdaftar, sebanyak 45 (50%) pada masing-masing jenis kelamin. Jumlah yang prioritas untuk dilakukan pembedahan sebanyak 43 pasien (47,8%) termasuk kelompok oligosimptomatik, dan 47 (52,2%) dilaporkan secara klinis memiliki nyeri yang relevan. 18 bulan setelah pembedahan, 7,5% dari pasien oligosimptomatik mengeluh nyeri yang relevan secara klinis, angkanya tidak berubah. Grup yang simtomatis menunjukkan penurunan nyeri secara klinis dari 100% ke 14% (p <0,001). Presentase pasien dengan disestesia yang relevan secara klinis sebesar 12,5% pada kelompok oligosimtomatik dan 20,9% pada kelompok simtomatik selama 18 bulan post operatif. Angka rekurensi seluruhnya sebesar 13,3% setelah 18 bulan tanpa perbedaan antara 2 kelompok. Penurunan ketidaknyamanan pada tempat pembedahan dilaporkan sebesar 77,5% pada kelompok oligosimptomatik dan 79,1% dari pasien simtomatik.

Kesimpulan Pasien simtomatik secara jelas mendapat manfaat dari hernia insisional repair pada jangka panjang. Akan tetapi, angka nyeri postoperatif yang perlu diperhatikan dan disestesia pada pasien oligosimtomatik dan angka kejadian rekurensi yang tinggi membuat tindakan tersebut diragukan apakah pembedahan hernia insisional benar-benar bermanfaat. Derajat perbaikan berdasarkan kepuasan subjektif pada pasien oligosimptomatik seharusnya tidak diacuhkan.

Pendahuluan
Hernia insisional merupakan salah satu dari komplikasi setelah pembedahan abdomen. Insiden terbaru di USA lebih dari 400.000. Meskipun telah berkembang teknik variasi bebas tekanan, perbaikan hernia insisional masih berhubungan dengan jumlah rekurensi yang tinggi yaitu sebesar 10-50%. Terapi hernia insisional dilakukan sebagai sebuah pembedahan yang diperlukan dan juga faktor sosioekonomi. Hingga saat ini, operasi perbaikan merupakan terapi rasional satu-satunya terhadap hernia insisional, apapun gejalanya. Alasan yang paling penting yang diberikan adalah resiko pembedahan yang rendah dibandingkan dengan resiko inkarserata potensial dengan komplikasi serius. Lebih jauh, hernia insisional cenderung untuk membesar, dimana membuat perbaikannya semakin sulit. Faktanya, resiko sebenarnya dari inkarserata pada populasi yang rentan tidak diketahui karena terbatasnya percobaan sistematis terhadap pasien hernia insisional. Beberapa penelitian yang lebih kecil melaporkan inkarserata akut sebagai indikasi untuk pembedahan pada 6-14% dari perbaikan hernia insisional. Pada penelitian kami sebelumnya, hanya 3,2 % dari pasien yang berkembang sebagai inserkata akut mendapat perbaikan darurat. Banyak data yang memungkinkan untuk meminimalisir gejala hernia inguinal pada lakilaki. Fitzgibbons et al. menemukan resiko inkarserata yang rendah dari 1,8/1000 pasien tiap tahun pada pasien hernia inguinal yang diobservasi selama paling tidak 2 tahun. Nyeri selama aktivitas normal tidak berbeda diantara repair surgery dan observasi tanpa tindakan (wathcful waiting) setelah 2 tahun follow-up. Berdasarkan guideline European Hernia Society, pembedahan perbaikan tidak lagi menjadi pilihan utama untuk meminimalisir gejala hernia inguinal, dan wathcful waiting dapat dipertimbangkan.

Resiko inkarserata yang rendah, resiko rekurensi yang tinggi, dan nyeri postoperatif yang bermakna secara klinis dan juga ketidaknyamanan, meningkatkan pertanyaan apakah indikasi general terhadap terapi pembedahan untuk hernia insisional memuaskan. Dalam tujuannya untuk mengidentifiaksi pasien yang mendapatkan keuntungan dari pembedahan perbaikan, kami membagi keseluruhan populasi ke dalam kelompok oligosimtomatik dan simtomatik berdasarkan intensitas nyeri preoperatifnya. Setelah 6 bulan follow-up, kami menemukan bahwa hanya pasien simtomatik yang mendapat keuntungan dari pembedahan perbaikan dalam hal ini untuk mereduksi nyeri, sedangkan pasien oligosimtomatik bahkan memiliki pengalaman dalam peningkaran tingkat nyeri mereka. Bagaimanapun, peningkatan ini mungkin mengacu pada nyeri postoperativ normal, dimana dapat terjadi paling tidak selama 6 bulan. Untuk menemukan apakah efek tersebut menetap, kami saat ini melaporkan hasil jangka panjang pada populasi yang sama (oligosimtomatik dan pasien simtomatik) 18 bulan setelah pembedahan.

Metode dan subjek penelitian


Subjek penelitian Semua subjek penelitian yang mendapat operasi perbaikan hernia insisional elektif dengan mesh pada departemen kami secara prospektif terinklusi pada peneltian ini. Mereka direkrut sejak Desember 2006 s.d. April 2009. Kriteria eksklusi termasuk hal-hal berikut : hernia trocar, hernia yang berukuran < 3 cm (dinilai intraoperatif), penjahitan terhadap hernia insisional, di bawah usia 18 tahun, menolak dalam inform consent, dan keterbatasan kemampuan dalam merespon kuesioner. Sebagai tujuan untuk menentukan pasien yang mana yang mendapat keuntungan dari terapi pembedahan, populasi dibagi ke dalam kelompok oligosimtomatik dan simtomatik berdasarkan intensitas nyeri preoperatifnya. Semua hernia insisional diterapi dengan mesh ringan, yang sebagian absorbable polypropylene-polyglactin. Mesh melewati garis fascial sebesar 5 cm pada semua sisi dan di fiksasi dengan menggunakan jarum 2.0 polypropylene. Peritoneum dan lapisan fasial anterior ditutup kapanpun memungknkan tanpa tekanan. Mesh ditempatkan pada ruang retromuskular. Intervensi dilakukan melalui 9 ahli bedah berbeda (residen di bawah supervisi seorang konsultan, rekan sejawat, konsultan, dan kepala departemen). Semua pasien menerima antibiotik profilaksis dengan 1,5 gr cefotiam intravena 30 menit sebelum insisi kulit.

Metode Data prospektif dikumpulkan dan wawancara pasien digunakan untuk mengumpulkan karakteristik pasien seperti jenis kelamin, usia, BMI, skor ASA, faktor resiko hernia, waktu dari manifestasi hernia, waktu dirawat rawat inap, waktu operasi, pembedahan, teknik pembedahan, dan ukuran hernia intraoperatif. Hernia didagnosis secara klinis pada sebagian besar kasus, ultrasonografi digunakan untuk megklarifikasi penemuan yang belum pasti. Pasien telah diwawancara saat preoperatif pada saat pendaftaran, komplikasi postoperatif awal dideteksi dengan pemeriksaan pasien selama rawat inap. Intensitas nyeri ditentukan dengan kuesioner 6 bulan sebelum dan 18 bulan setelah pembedahan. Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau dideskripsikan pada kata-kata seperti rusak (damage). Nyeri pada daerah pembedahan dibagi tingkatannya menggunakan numerical analog scale (NAS) yang berjarak dari 0 (no pain) s.d. 10 (nyeri yang paling hebat yang dapat dirasakan). Sistem klasifikasi yang ada mendefinisikan skor NAS dari 13 sebagai nyeri yang menyebabkan kerusakan minor dan skor >3 sebagai nyeri yang menyebabkan kerusakan yang bermakna secara klinis. Berdasarkan intensitas nyeri preoperasi, pasien diklasifikasikan ke dalam kelompok yang tidak atau memiliki sedikit nyeri (NAS 0-3), kemudian digolongkan sebagai oligosimtomatik dan kelompok yang secara klinis merasakan nyeri yang relevan secara klinis (NAS 4-10) yang kemudian disebut sebagai kelompuk simtomatik. Dua kelompok ini kemudian dievaluasi, dibandingkan dan dinilai sebagai gejala post-operatif. Disestesia juga dinilai menggunakan NAS dari 0 (tidak ada disestesia) s.d. 10 (disestesia paling besar yang paling dapat dibayangkan). Subjek penelitian ditanya untuk mengevaluasi ketidaknyamanan pada daerah operasi pada pos-toperasi sebagai menurun, tidak berubah, atau meningkat. Hernia insisional yang rekuren dan pengambilan mesh ditentukan. Kepuasan dengan hasil kosmetik menghasilkan perbandingan pada NAS dari 0 (tidak memuaskan) s.d. 10 (sangat memuaskan).

Statistik
Variabel berkelanjutan diekspresikan dengan standar deviasi. Chi-square dan Wilcoxon tes digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang mungkin diantara kedua kelompok. Nilai p <0,05 dianggap signifikan. Analisis statistik menggunakan SPSS 18.0 untuk Windows (SPSS, Chicago, Illinois, USA).

Hasil

Karakteristik pasien Sebanyak 90 pasien, terdiri atas 45 laki-laki dan 45 perempuan, secara prospektif dimasukkan dalam penelitian yang dilakukan antara Desember 2006 dan April 2009. Usia ratarata mereka 59 tahun (jarak 29-81), SD 12.0). Tabel 1 menunjukkan karakteristik daris semua pasien yang dibagi ke dalam kelompok oligosimtomatik (n=43) dan simtomatik (n=47). Total dari 49 hernia insisional yang terjadi setelah laparotomi sedang (55,4%), 15 setelah transverse laparotomi (16,7%), 13 setelah insisi pararektal (14,4%), dan 13 setelah insisi garis costa (14,4%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. 23,3% dari oligosimtomatik dan 25,5% dari pasien simtomatik memiliki ukuran hernia yang lebih kecil dari 4 cm. Ukuran rata-rata hernia sebesar 8 cm pada kelompok oligosimtomatiok dan 7,3 cm pada kelompok simtomatik. Status gejala preoperatif Populasi penelitian membandingkan 43 oligosimptomatik (47,8%, NAS 0-3) dan 47 pasien simtomatik (52,2%, NAS 4-10). Berturut-turut nyeri dilaporkan sebesar 25,6% pada oligosimtomatis dan 36,2% (p> 0,05) pada kelompok simtomatik. 6 (14%) pasien oligosimtomatik dan 17 (36,2%) pasien simtomatik mengalami pengalaman disestesia (p=0,016). Hasil pembedahan dan awal postoperatif Rata-rata waktu operasi selama 120 50 menit, dan pasien di rawat inap rata-rata selama 9 4,3 hari. Komplikasi awal post-operatif tidak berbeda secara signifikan diantara 2 kelompok. Perbandingan respon pasien Respon terhadap kuesioner post-operatif diperoleh dari 87 dari 90 pasien setelah 6 bulan dan dari 83 pasien (92,2%) setelah 18 bulan. 3 pasien meninggal selama follow-up, dan 4 hilang dari follow-up. Nyeri postoperatif dan disestesia Nyeri yang relevan secara klinis (NAS >3) dilaporkan sebesar 33,3% dari oligosimtomatik dan 35,4% dari simtomatik pasien 6 bulan setelah operasi, dan 6 dari 43 (14,0%) pasien simtomatik menderita nyeri 18 bulan setelah pembedahan. Presentase pasien dengan nyeri tidak berbeda secara signifikan di antara dua kelompok (p>0,05) (gambar 1). Kami menemukan tidak adanya hubungan di antara intensitas nyeri dan ukuran hernia.

Angka nyeri tetap pada kelompok oligosimtomatik setelah 18 bulan (0% sebelum dan 7,5% setelah operasi) (p> 0,05), dimana kelompok simtomatik menunjukkan penurunan signifikan dari 100 ke 14,0% (p <0,001). Pada tindak lanjut jangka panjang, angka nyeri yang relevan secara klinis secara signifikan berkurang pada kedua kelompok, dari 33,3 ke 7,5% pada oligosimtomatik pasien (p= 0,01) dan dari 35,4 ke 14,0% oada kelompok simtomatik (p= 0,013). Secara klinis disestesia relevan dilaporkan sebanyak 21,4% dari kelompok oligosimtomatik dan 26,7% dari pasien simtomatik setelah 6 bulan. 5 dari 40 (12,5%) dari kelompok oligosimtomatik dan 9 dari 43 (20,9%) dari pasien simtomatik memiliki disestesia setelah 18 bulan (p > 0,05). Angka disestesia tidak berubah secara signifikan pada kedua kelompok (oligosimtomatik, 14% preoperatif dan 12,5% postoperatif; simtomatik, 36,2% preoperatif dan 20,9% postoperatif). (gambar 2). Parameter Subjektif Ketidaknyamanan menurun dari 77,5% dan 79,1%, tidak berubah pada 7,5% dan 2,3%, dan meningkat pada 15,0% dan 18,6% berturut-turut dari kelompok pasien oligosimtomatik dan simtomatik. Angka rekurensi sebanyak 7 dari 60 (11,7%) dengan penambahan mesh (mendekati bagian anterior fascia) dan 4 dari 23 (17,4%) dengan menyambung (tidak dekat dengan bagian anterior fascia) (p > 0,05). Terdapat korelasi di antara rekurensi hernia dan nyeri jangka panjang dimana 4 dari 11 pasien (36,4%) dengan hernia rekuren menderita nyeri jangka lama dan 5 dari 72 pasien (6,9%) tanpa rekurensi hernia menderita nyeri jangka panjang (p < 0,05). Satu mesh telah ditanam pada masing-masing kelompok, alasan terjadinya dislokasi pada kelompok oligosimtomatik dan infeksi mesh pada kelompok simtomatik.

Pembahasan
Hernia insisional merupakan komplikasi post-operatif paling sering pada pembedahan abdomen dan memberikan tantangan pembedahan yang signifikan dan juga karena faktor sosioekonomi. Berdasarkan literatur yang ada, terapi pembedahan diindikasikan untuk semua hernia insisional tanpa melihat gejala pasien. Rekomendasi ini berdasarkan dari resiko inkarserasi. Akan tetapi, resiko inkarserata dari hernia insisional juga terbatas. Tidak terdapat percobaan yang cukup memuaskan merupakan observasi pada sebuah populasi dengan hernia insisional dan dinilai berdasar resiko terjadinya inkarserata. Penelitian kami menemukan bahwa 3,2% pada inkarserata akut hernia insisional memerlukan pembedahan perbaikan darurat.

Analisis
Sebuah analisis Cochrane yang telah dilakukan menunjukkan angka rekurensi yang tinggi bahkan setelah implantasi mesh dan menunjukkan nyeri postoperatif yang sedikit terjadi. Resiko inkarserasi yang rendah, resiko tinggi terhadap rekurensi, dan angka nyeri post-operatif

dan ketidaknyamanan menyimpulkan bahwa indikasi general untuk terapi pembedahan dari hernia insisional seharusnya ditanggapi secara kritis. Evaluasi kami dari populasi pasien ini 6 bulan setelah pembedahan menunjukkan bahwa pasien simtomatik dengan pasti mendapatkan keuntungan dari surgical repair. Pasien oligosimtomatik, walaupun demikian, dilaporkan bahkan mengalami nyeri yang lebih berat 6 bulan setelah pembedahan perbaikan, dan keuntungan dari pembedahan perbaikan diragukan. Sejak penyembuhan luka dan proses remodelling tidak selesai setelah 6 bulan, dan nyeri postoperatif cenderung menurun pada follow-up jangka panjang, kami melakukan follow-up untuk evaluasi perkembangan parameter objektif dan subjektif setelah 18 bulan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian prospektif ini adalah untuk menilai apakah pembedahan perbaikan benar-benar menguntungkan pada pasien oligosimtomatik dan simtomatik. Nyeri Post-operatif dan Disestesia Setelah 6 bulan, 1 dari 3 pasien oligosimtomatik dan simtomatik melaporkan nyeri yang relevan secara klinis. Setelah 18 bulan, proporsi pasien dengan nyeri relevan terhadap klinis menurun secara signifikan sampai kurang dari 10% pada kelompok oligosimtomatik dan 14% pada kelompok simtomatik. Penurunan nyeri secara signifikan pada kedua kelompok mungkin mengacu pada proses remodelling dan penyembuhan dan bagian dari perkembangan normal jangka panjang post-operasi. Kami menemukan hasil yang mirip pada pembedahan hernia inguinal. Pada pasien yang menjalani pembedahan perbaikan invasif minimal hernia inguinal (TEP), kami mendeteksi sebuah penurunan signifikan pada angka nyeri (NAS 4-10) dari 10,3% setelah 12-36 bulan menjadi kurang dari 3% setelah lebih dari 36 bulan. Van Veen juga menemukan bahwa nyeri yang diintervensi dengan aktifitas sehari-hari secara signifikan menurun dengan atau tanpa mesh. Nyeri dilaporkan lebih pada lebih dari 10% pasien setelah 6 bulan dan 6% setelah 24 bulan, dan tidak ada pasien yang memiliki nyeri yang diintervensi dengan aktifitas sehari-hari setelah lebih dari 10 tahun. Penemuan ini mendukung hipotesis bahwa perbaikan dan penyembuhan masih terus berlangsung dan bahwa observasi selama lebih dari 1 tahun dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang reliabel dan menyingkirkan kemungkinan nyeri postoperatif normal. Penelitian ini tidak berusaha untuk menjelaskan faktor yang memicu perubahan tingkat nyeri. Nyeri kronis post-operatif merupakan proses kompleks dan multifaktorial. Sebuah review sistematik mengidentifikasi depresi, kerapuhan psikologi, stres, dan terlambat kembali bekerja sebagai faktor yang secara negatif mempengaruhi terjadinya nyeri post-operatif.

Yang menarik, perkemabangan nyeri berbeda pada kedua kelompok. Pasien oligosimtomatik menunjukkan tingkat nyeri yang mencapai puncak pada post-operatif awal dan penurunan signifikan pada latihan jangka panjang. Tetap, 1 dari 13 pasien menderita nyeri relevan setelah 18 bulan, dan tidak ada dari mereka yang memiliki nyeri yang relevan sebelum pembedahan. Keuntungan dari pembedahan perbaikan mungkin diragukan pada kelompok oligosimtomatik mengenai gejala nyeri. Pasien simtomatik menunjukkan penurunan signifikan pada nyeri yang relevan. Tidak terdapat perbedaan pada tingkat nyeri antara kedua kelompok post-operatif. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa pasien simtomatik diuntungkan pada pembedahan perbaikan. Disestesia menetap pada pasien oligosimtomatik setelah 6 dan 18 bulan. Bahkan, angka disestesia tidak menurun dalam follow-up jangka panjang. Sebuah persentase yang perlu diperhatikan dari pasien (oligosimtomatik 12,5%; simtomatik 20,9%) menderita disestesia secara klinis setelah 18 bulan. Penemuan ini mirip dengan apa yang dapatkan setelah endoskopi repair hernia ingunal pada perawatan jangka panjang. Disestesia dilaporkan sebanyak 19,6% setelah 12-36 bulan dan sebanyak 19,2% setelah 61-96 bulan. Hellen et al juga menemukan bahwa angka disestesia pada pasien yang menjalani hernia inguinal repair dengan mesh tidak lebih rendah setelah 7 tahun daripada setelah 1 tahun. Data terbatas pada disestesia setelah hernia insisional repair. Hasil didapatkan pada percobaan pendukung yang mengasumsikan bahwa disestesia dan nyeri seharusnya dianggap sebagai fenomena yang terpisah. Berkebalikan dari nyeri, disestesia terlihat lebih stabil pada follow-up jangka panjang. Ketidaknyamanan dan Hasil Kosmetik Kebanyakan dari pasien pada kedua kelompok melaporkan penurunan ketidaknyamanan mereka setelah 18 bulan (oligosimtomatik, 77,5%; simtomatik, 79,1%). Kepuasan dengan hasil kosmetik juga diukur, secara beruntung, dengan median 8 pada kedua kelompok. Secara mengejutkan, kedua kelompok memiliki kesan subjektif yang sama terhadap keuntungan yang didapatkan dari pembedahan perbaikan. Satu yang dapat disumsikan bahwa evaluasi pasien lebih sederhana pada follow-up jangka panjang postoperatif. Pada populasi pasien yang lebih tua dengan komorbid yang tinggi dan open repair, tingkat kepuasan tinggi dengan hasil kosmetik mungkin mengacu pada fakta bahwa penampilan tidak dianggap hal paling penting. Tetap, kepuasaan subjektif pasien terhadap hasil operatif lebih disukai pembedahan perbaikan.

Rekurensi dan pengangkatan mesh Sebagaimana ditunjukkan hasil selama 6 bulan follow up, angka komplikasi post-operatif awal rendah pada kedua kelompok. Akan tetapi, angka rekurensi yang relevan secara klinis setelah 18 bulan sebesar 13,3% dan tidak berbeda antara pasien oligosimtomatik dan simtomatik. Lebih jauh, satu mesh harus ditanamkan pada tiap-tiap kelompok. Hal ini dapat mengacu pada komorbid yang tinggi dari pasien. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1, persentase pasien yang memiliki faktor resiko rekurensi hernia. 3 dari 4 pasien dieksklusi karena memiliki ketergantungan nikotin selama labih dari 5 tahun. 1 dari 3 pasien menderita PPOK, sekitar 30% obesitas, lebih dari 20% menderita diabetes, kurang dari 20% mengkonsumsi kortikoid, dan 10% kecanduan alkohol. Review Cochrane sebelumnya melaporkan angka rekurensi hanya 4,2% setelah open repair (15/326 kasus). Akan tetapi, review ini mencakup baik hernia ventral dan insisional, yang secara terpisah wujudnya dan memiliki angka rekurensi yang berbeda. Periode follow-up juga lebih pendek (<2 tahun dalam 4 dari 9 percobaan). Penelitian Spanish menemukan angka rekurensi yang bisa dibandingkan yaitu 9,7% setelah 1 tahun follow-up pada pasien yang menjalani open insisional hernia repair. Luijendijk et al melaporkan 23% angka rekurensi diikuti perbaikan mesh setelah follow-up selama 3 tahun. Semua hasil ini menunjukkan bahwa, bahkan dengan mesh, masalah rekurensi setelah hernia insisional repair belum terpecahkan.

Kesimpulan
Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk membandingkan proporsi pre dan postoperatif dari pasien hernia insisional dengan nyeri relevan secara klinis dengan tujuan untuk mengidentfikasi mereka yang mendapatkan keuntungan dari repair surgery. Kami menyingkirkan nyeri normal posoperatif dengan melakukan sebuah wawancara 18 bulan setelah pembedahan. Tidak mengejutkan, pasien simtomatik diuntungkan dari pembedahan perbaikan. Mereka memiliki angka yang lebih rendah secara signifikan terhadap nyeri relevan dan pengurangan ketidaknyamanan pada daerah pembedahan, dan mereka lebih puas dengan hasil kosmetiknya. Percobaan ini memfokuskan secara khusus pada pasien oligosimtomatik. Di sini, penemuan objektif kurang memuaskan. Meskipun nyeri dirasakan oleh pasien yang lebih sedikit pada jangka pangjang, nyeri tersebut sepenuhnya tidak dirasakan pada pasien ini sebelum pembedahan namun menetap pada 7,5% dari mereka setelah 18 bulan. Kelompok ini memiliki

angka 12,5% dari disestesia persisten, angka rekurensi sebesar 12,5%, dan 1 pengambilan mesh. Hasil yang menjajikan didapatkan menggunakan kriteria subjektif : lebih dari 3 dari 4 pasien yang melaporkan ketidaknyamanan yang berkurang pada daerah pembedahan, dan mayoritas juga puas terhadap hasil kosmetik. Penemuan yang didapatkan pada penelitian ini dianggap bahwa indikasi general untuk pembedahan seharusnya secara kritis dipikirkan pada pasien dengan hernia insisional oligosimtomatik, akan tetapi, populasi pasien sangat kecil untuk menggambarkan kesimpulan definitif untuk menilai keuntungan dari pembedahan perbaikan. Lebih jauh, hasil dari pilihan alternatif dibandingkan pembedahan repairyaitu watchful waitingbelum diteliti pada setting prospektif. Untuk membandingkan wathcful waiting dengan pembedahan perbaikan untuk terapi hernia insisional oligosimtomatik, kami harus memulai sebuah percobaan randomized control trial yang luas tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai