Anda di halaman 1dari 4

Kajian Falsafah Perpustakaan Pribadi Dimas Rizky Prasetio (Tugas Filsafat Ilmu Informasi dan Perpustakaan) A.

PERSPEKTIF: Perpustakaan Pribadi merupakan perpustakaan khusus yang dimiliki oleh seseorang, seluruh pengadaan atau kepemilikan adalah milik seseorang. Pengelolaan perpustakaan bisa disesuaikan oleh pemilik. Biasanya Perpustakaan Pribadi ini bertempat disalah satu ruang rumah pribadi sang pemilik. Perpustakaan Pribadi ini lebih sederhana pengelolaannya, karena jarang ada pemilik yang menginginkan kegiatan evaluasi dalam memeriksa koleksi yang dimilikinya itu semata-mata hanya sang pemilik lah yang sering menggunakan perpustakaan, hanya orang tertentu dan mendapatkan ijin dari sang pemilik lah yang bisa menggunakan dan meminjam koleksi yang dimiliki pemilik perpustakaan pribadi. Bagi pemilik Perpustakaan Pribadi lain, biasanya ia dapat menyusun atau menyimpan koleksi bahan pustakanya sejajar dengan subjek atau tema koleksi bahan pustaka yang sama. Ini bisa sedikit mendekati kajian ilmu informasi dan perpustakaan yang kami pelajari, namun tetap saja perlu ada tangan seorang pustakawan untuk dapat mengelolanya dengan baik. Sesuai pengalaman saya pun, pemilik yang tidak mempunyai cukup waktu untuk mengelola koleksi bahan pustaka di rumah, mempekerjakan saya untuk bisa mengelola koleksi yang ada dirumahnya menjadi konsep Perpustakaan Pribadi yang nyaman dan mudah digunakan. B. ONTOLOGI : Konsep Perpustakaan Pribadi ini secara keberadaan metaphisis dapat dilihat dengan banyaknya terbitan seperti majalah interior yang memperkenalkan dan memberitahu kita mengenai keberadaan Perpustakaan Pribadi di rumah seseorang dan desain yang menarik untuk bisa menciptakan perpustakaan pribadi. Telah banyak contoh Perpustakaan Pribadi yang dimiliki oleh seseorang diantaranya perpustakaan dewi dee, seorang penulis novel asal Bandung, yang banyak dipublikasikan lewat majalah dan internet, Cak Nur dan SBY. Ini juga menunjukkan secara faktual Perpustakaan Pribadi telah banyak diterapkan. Secara nyata kita dapat mengakui bahwa keberadaan Perpustakaan Pribadi itu ada, apalagi jika kita dapat mengkajinya secara non fisik. Setelah bukti fisik tersebut, kita dapat mengkaji secara non fisik dalam bayangan atau imajinasi ide kita untuk bisa membangun dan mengelola Perpustakaan Pribadi yang ideal. Pemaknaan ideal bisa bergantung pada pemaknaan diri masing-masing, dengan melihat majalah atau Perpustakaan Pribadi secara langsung dapat menginspirasikan kita untuk membangun dan mengelola Perpustakaan Pribadi sesuai keinginan kita. Kajian akan keberadaan perpustakaan ini bisa dipahami secara lebih konkrit. C. EPISTEMOLOGI : Secara struktur keilmuan yang mengikat sebuah Perpustakaan Pribadi sebenarnya ada dalam fungsi dan tujuan perpustakaan itu dibuat. Kebenaran dari bagaimana

strukturnya bergantung pada dua ketentuan yang dianut oleh pemilik perpustakaan pribadi. Perpustakaan Pribadi ini hanya digunakan atas keperluan pemilik dan anggota keluarga atau kerabat lainnya dan itu pun terbatas. Hak akses penuh digunakan oleh pemilik perpustakaan pribadi. Dalam jenis perpustakaan ini, bisa diterapkan sistem sewa yaitu pemilik mengijinkan koleksi bahan pustakanya dipinjamkan juga sistem fotokopi yaitu pemilik yang tidak mengijinkan koleksi bahan pustakanya di pinjam akan tetapi mengijikan koleksi bahan pustakanya dikopi dengan ketentuan harga dan jumlah halaman fotokopi yang ia inginkan. Kedua sistem ini bergantung pada kebijakan pemilik. D. ETIMOLOGI : Perkembangan jenis perpustakaan terpengaruh dari berbagai tanggapan mengenai faktor yang berada dalam sebuah perpustakaan. Maka berkembanglah pula jenis perpustakaan yang berbeda-beda. Pembagian jenis perpustakaan ini tidak mutlak karena ada sumber lain yang mungkin meniadakan jenis perpustakaan tertentu. E. METODOLOGI : Keberadaan Perpustakaan Pribadi ditentukan oleh 4 aspek, diantaranya : a. Pengadaan, dengan cara pembelian sesuai keinginan pemilik perpustakaan pribadi, begitupun dengan penerimaan hadiah buku tidak bisa ditentukan kualitas dan kuantitas secara berkala. Semua usaha pengadaan ini juga ditentukan dengan ongkos atau biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perpustakaan pribadi. b. Pengelolaan, Perpustakaan Pribadi bisa dikelola oleh pemiliknya sendiri namun biasanya tidak sepenuhnya sesuai keilmuan yang kita dapatkan seperti pengklasiran dengan DDC maupun penentuan call number yang sesuai. Ada pula pemilik Perpustakaan Pribadi yang mempekerjakan orang lain yang sesuai dengan ilmunya untuk mengelola perpustakaan pribadinya dengan sistem yang baik. Telah disebutkan sebelumnya bahwa pengelolaan Perpustakaan Pribadi bergantung pada fungsi dan tujuan perpustakaan tersebut. Apakah fungsinya hanya rekreatif misalnya koleksi mayoritas adalah komik dan novel atau fungsinya edukatif misalnya mayoritas koleksi adalah teksbook dan diktat atau bahkan bisa keduanya atau fungsi yang lain yaitu untuk penelitian. Lalu tujuan lain seperti penggunaan perpustakaan yang sangat terbatas yaitu hanya pada pemilik dan keluarga dalam rumahnya atau dengan kerabat lain yang ia percaya. Hal ini bisa menentukan ketentuan pengelolaan perpustakaan yang sesuai kebutuhan pemilik. Dengan

menggunakan kedua ketentuan tersebut, kita dapat mengelola Perpustakaan Pribadi dengan struktur yang baik. Biasanya Perpustakaan Pribadi menganut sistem kelola yang umum digunakan oleh jenis perpustakaan lainnya yaitu, pengklasiran, penempelan label dan barcode, cap, penyampulan, pengentrian data koleksi pada sistem induk atau katalog.

c. Penyebarluasan juga bergantung pada kebijakan pemilik perpustakaan pribadi, ada pemilik yang menginginkan koleksinya disebarkan oleh sebuah program otomasi perpustakaan yang bisa dia publikasikan dengan cara online pada orang lain. Bisa pula hanya offline yaitu akses yang hanya bisa dilakukan di rumahnya sendiri. Ada pula yang hanya menyimpannya pada sistem induk yang hanya ia ketahui sendiri dan ia sebarluaskan pada orang lain melalui mulut ke mulut. Ada pula, sebuah komunitas seperti common room yang bekerja mengakomodasi dengan mengadakan union catalog pada Perpustakaan Pribadi yang dimiliki di kota Bandung. Atau bahkan pemilik tidak menginginkan koleksi bahan pustakanya disebarluaskan karena ia mempunyai kebijakan perpustakaan pribadinya hanya digunakan oleh dirinya sendiri dan keluarga dalam rumahnya. d. Pemeliharaan biasanya pemilik secara awam mengetahui bahwa koleksi bahan pustaka miliknya perlu dibersihkan dari debu dan dilindungi dari rayap dan lembab dengan menyimpan silica gel atau bahan aktif lainnya. Secara pemeliharaan dengan tingkat yang lebih intens biasanya pemilik tidak mempunyai waktu dan keahlian yang setara dengan ilmu yang mempelajarinya walaupun ia bisa sekedar mengetahui dan belajar.

Perpustakaan Pribadi dengan mengadopsi pemikiran seorang filsuf yang bernama imre lakatos, beliau lah yang mencetuskan lahirnya kebenaran pengetahuan melalui logika dialektis Dalam logika dialektis tersebut sebuah ide mengalami perkembangan melalui proses tanya jawab atau dialog yang memperkaya mereka yang terlibat di dalamnya. Logika dan usaha untuk menemukan kebenaran universal dalam ilmu merupakan posisi dasar Lakatos. Seluruh diskusi ini telah coba ia kembangkan dalam tesis program riset ilmiah. Dalam membahas seluruh polemik tersebut, Lakatos membagi dua persoalan yang harus dijelaskan dengan baik. Pertama, tentang konsep program riset ilmu pengetahuan itu: apa itu program riset ilmu pengetahuan dan bagaimana Lakatos mengembangkan teori ini dalam tulisantulisannya. Kedua, hubungan relevansi dinamika metodologi ilmu pengetahuan bagi pemahaman kita tentang ilmu pengetahuan dan perkembangannya. Konsep program riset ilmiah yang dibangun Lakatos ini memiliki maksud tersembunyi, yaitu untuk memahami dinamisme teori-teori ilmiah. Melalui jalan pencarian kebenaran menurut pandangan Lakatos, saya akan menambahkan penjelasan mengenai Perpustakaan Pribadi melalui pencarian teori yang tidak banyak dan mendiskusikannya baik dengan teman sejurusan saya dan dengan dosen, Ibu Herika Rainathami (maaf apabila terdapat salah penulisan nama). Banyak teman yang mengindikasikan bahwa Perpustakaan Pribadi itu dibangun atau dikembangkan atas keinginan pemiliknya yang ingin mendapatkan kemudahan dalam akses pencarian koleksi bahan pustaka yang ia miliki, semata-mata untuk mendapatkan fasilitas

yang memadai untuk mendapatkan koleksi yang ia butuhkan ketika ia mencarinya. Sedangkan, melalui diskusi yang saya lakukan bersama ibu Herika, beliau memberikan pemaparan kepada saya bahwa tindak lanjut terhadap keberadaan sebuah Perpustakaan Pribadi tergantung pada tujuan perpustakaan itu dibuat, dan keseluruhan tujuan tersebut berdasarkan keinginan-keinginan dari permiliknya. Seluruh proses perkembangan Perpustakaan Pribadi berdasarkan kebijakan yang dibuat pemilik dan semua perkembangan ini tidak lepas dari proses pengadaan, pengolahan, penyebarluasan dan pemeliharaan yang pemilik lakukan. Selain itu pula, saya telah menyelesaikan proyek pengelolaan Perpustakaan Pribadi salah satu kurator galeri di Bandung. Saya pikir, inilah program riset ilmiah yang Lakatos maksudkan. Dalam proyek tersebut saya menemukan bahwa dalam proses pengelolaan memang bisa berbeda karena koleksi mayoritas yang saya kelola adalah koleksi katalog pameran seni rupa, juga penyebaran koleksi yang beliau inginkan dengan menggunakan otomasi perpustakaan secara online. Hal tersebut tergantung dari tujuan perpustakaan yang pemilik inginkan dan ini menunjukkan bahwa secara penemuan hipotesis, Perpustakaan Pribadi masih bersifat heuristik positif, bahwa masih ada pandangan yang bisa mengkritisi hakikat pelindung dari sebuah perpustakaan pribadi. Karena sesungguhnya tugas metodologis utama dari program riset ilmu adalah heuristik negatif. Dikatakan heuristik, karena tugas ilmu adalah menemukan hipotesis, dan dikatakan negatif jika temuan hipotesis dasar itu kebal terhadap kritik. Namun tetap saja, Perpustakaan Pribadi ini terdapat pandangan-pandangan yang mengkritisi teori-teori yang ada di dalamnya dan itu pun tidak banyak. Bapak Sulistyo Basuki saja dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan menyebutkan bahwa Perpustakaan Pribadi hanya sebatas penggunaan koleksinya yang hanya dilakukan oleh pemilik maupun kerabat dekatnya (terbatas). Ini membuktikan bahwa dalam program riset ilmiahnya, ketika dilakukan di lapangan tergantung pada kebijakan pemilik, bagaimana ia menginginkan koleksinya disebarkan atau tidak, bagaimana cara pengadaan dan pengelolaannya serta pemeliharan yang ia ketahui.

Anda mungkin juga menyukai