Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

Definisi....2 Patofisiologi..2 Gejala klinis ..6 Kriteria diagnosis...10 Diagnose banding..12 Manajemen...14 Algoritma .20 Contoh penulisan resep21 Ringkasan.22 Tanya jawab.26 Referensi .29

DEFINISI Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis

diantaranya bradikinesia dan paling tidak salah satu dari ketiga keadaan klinis: tremor, rigiditas, dan instabilitas postural. Parkinsonisme merupakan terminlogi yang lebih luas dan kurang spesifik daripada Parkinsons Disease, dan digunakan sebagai terminology yang memayungi profil klinis tanpa memandang sebab secara spesifik. Semua pasien Parkinsons Disease memiliki parkinsonisme, namun tidak semua pasien dengan parkinsonisme memiliki Parkinsons Disease.
1

Yang dimaksud Parkinsons Disease adalah bentuk primer idiopatik dan mereprsentasikan 2/3 dari semua parkinsonisme. Sedangkan yang dimaksud parkinsonisme adalah semua bentuk sekunder yang mengacu pada klinis dan biokimia yang terjadi karena sebab spesifik, seperti trauma berulang, infeksi otak tengah bagian atas, pengobatan yang mempengaruhi transmisi dopamine atau penyakit CNS yang merusak jalur nigrostriatal dan area otak lainnya.
2

PATOFISIOLOGI Parkinsons Disease terjadi karena hilangnya inervasi dopamine dari ganglia basalis yang disebabkan oleh
3

kematian sel nya yang progresif dan pelan.

Penelitian

terhadap bentuk Parkinsons disease yang diwariskan telah mengidentifikasi beberapa gen, yang apabila bermutasi akan

menyebabkan matinya sel dopaminergik. Gen-gen ini terlibat dalam proses seluler, termasuk ubiquinasi protein dan degradasi protein via system proteosomal, respon terhadap stress oksidatif, fungsi mitokondria, fosforilasi protein dan protein folding. Pada Parkinsons disease, neuron

dopaminergik pada substansia nigra mengalami kematian akibat kombinasi dari beberapa factor, termasuk: kerentanan genetic (pemrosesan abnormal protein, folding -synuclein protein yang bersifat racun, dll), stress oksidatif, abnormalitas aktivitas kinase, disfungsi proteasome, dan factor lingkungan yang belum bisa diidentifikasi. Patologi
10

menunjukkan

berkurangnya

sel

yang

berpigmen di pars compacta substansia nigra; sel ini mengandung neuromelanin dan memproduksi

neurotransmitter dopamine. Selain itu, terdapat gambaran badan inklusi sitoplasmik yang eosinofilik dan dikelilingi halo (Lewy Bodies), yang mengandung agregrasi neurofilamen dan protein -synuclein. Lewy Bodies(LBs) akan terdapat pada neuron yang tersisa pada substansia nigra pars compacta, nucleus batang otak lainnya, dan beberapa region seperti medial temporal, limbic, dan korteks frontal. LBs memiliki konsentrasi -synuclein yang tinggi yang merupakan hallmark penyakit ini. Mutasi gen -synuclein disease akan menyebabkan familial
10 2

Parkinsons

dengan

marangsang terbentuknya filemen -synuclein yang kemudian mengumpul menjadi LBs.

Neuron dopaminergik substansia nigra berproyeksi ke ipsilateral striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang selanjutnya akan menyebabkan striatum mengirim impuls ke korteks motorik lewat jalur eksitasi langsung lewat nucleus thalamus. Secara bersamaan impuls inhibisi juga dikirim ke korteks motorik melalui jalur polisinaps tidak langsung lewat globus pallidus externa, subthalamic nucleus, dan thalamic nuclei. Jika kehilangan sel sudah melebihi 60%, hal ini akan menimbulkan gejala motorik, berupa bradikinesia. Tremor pada Parkinsons Disease diduga diakibatkan oleh gangguan jalur osilasi CNS di globus pallidus dan thalamus. Meskipun sebagian besar pasien
2 3 2

Parkinson

sepertinya tidak memiliki determinan genetic yang kuat, bukti epidemiologis menunjukkan interaksi yang kompleks antara kerentanan genetic dan factor lingkngan. Factor resiko termasuk riwayat keluarga, laki-laki, trauma kepala, paparan pestisida, dll. Sedangkan factor yang berperan terhadap berkurannya insidensi penyakit Parkinson antara
10

lain

konsumsi kopi, merokok, penggunaan obat NSAIDs, dan terapi sulih estrogen pada wanita post menopause.

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

GEJALA KLINIS Penyakit Parkinson mengenai kurang lebih 1 juta orang di Amerika Serikat. Usia puncak munculnya penyakit ini adalah 60 tahun ( 35-85 tahun) dengan lama perjalanan penyakit berkisar antara 10-25 tahun. Penyakit Parkinson bretanggungjawab terhadap 75 % kasus parkinsonisme. 25 % parkinsonisme berasal dari penyakit neurodegenerative

lainnya, penyakit cerebrovaskuler, dan obat-obatan. Bentuk familial autosomal dominan dan resesif menduduki 5% kasus Parkinson. Hal ini dicirikan dengan onsetnya yang lebih awal (biasanya kurang dari 45 tahun). Gejala klinis pada
10

Parkinsons Disease secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian besar: gejala motorik dan gejala nonmotorik.

A. Motor Symptom Tremor Keberadaan tremor sangat penting karena muncul pada 85% pasien . Tremor istirahat ini muncul secara unilateral, pertama-tama dibagian distal, mengenai jari dan pergelangan.
10

Tremor

dideskripsiskan

seperti

gerakan

membuat pil (pill rolling), berfrekuensi 3-6 Hz, terjadi saat istirahat, dieksaserbasi dengan
4

ansietas

atau

stress,

menghilang saat bergerak. Tremor kemudian akan menyebar ke proksimal dan terkadang ke kaki ipsilateral sebelum muncul di sisi lain satu tahun kemudian atau lebih. Tremor

dapat muncul di bibir, lidah, dan rahang, tapi tidak pernah di kepala ataupun leher. Rigiditas Rigiditas dirasakan sebagai resistensi yang menetap terhadap gerakan pasif saat sendi digerakkan full ROM. Interupsi singkat dan regular dari resistensi selama gerakan pasif, dikarenakan oleh tremor yang subklinis,
10 10

akan

menampakkan gejala rigiditas cogwheel.


4

Fenomena ini

paling sering ditemukan pada fleksi dan ekstensi berulang pergelangan tangan. Akinesia Gerakan bertambah lambat (bradikinesia) dan

terutama akan mengalami kesulitan pada gerakan motorik kompleks, seperti berpakaian, mencukur, menulis (tulisan menjadi kecil-kecil, micrografia). Kurangnya gerakan spontan dapat bermanifestasi kurangnya ekspresi wajah (wajah seperti topeng), kesulitan mengubah posisi misalnya berganti posisi di tempat tidur, percakapan sedikit dan mononton, dan pola berdiri dan berjalan yang abnormal, yang sebagian disebabkan akinesia dan sebagian lagi karena hilangnya kontrol postural normal. Postur Postur pasien akan menjadi fleksi, atau
4

membungkuk, kadang dideskripsikan sebagai postur simian, yaitu seperti kera. Pasien juga tidak mampu mempertahankan posisi berdiri normal bila diberi tekanan dari depan (akan

jatuh ke belakang retropulsi), maupun dari belakang (jatuh ke depan propulsi). Pasien akan kesulitan memulai berjalan, sehingga pasien seperti membeku, begitu pula saat gerakan berbelok. Pasien akan menggunakan gerakan trik untuk mengatasi ini dengan sengaja melangkah melebihi tongkat saat hendak mengubah posisi atau melalui pintu. Langkah menjadi kecil-kecil dan terseret, dan pola berjalan dideskripsikan sebagai pola festinant yaitu pola dimana pasien tampak seperti terburu-buru untuk menjaga titik pusat gravitasi tubuhnya. Tidak ada ayunan lengan saat berjalan. Instabilitas postural berat pada tahap lanjut menyebabkan peningkatan resiko jatuh.
4

B. Nonmotor symptom Gejala sensorik Gejala sensorik sering memanifestasikan sebagai sensasi menyakitkan dari kegelisahan batin, dianggap

sebagai bentuk akatisia. Nyeri dan ketidaknyamanan pada ekstremitas dapat merupakan gejala yang menonjol atau berkembang ketika obat antiparkinson wearing off.

Beberapa pasien kemungkinan mengalami sesak napas subjektif tanpa


10

adanya

patologi

yang

mendasari

kardiorespirasi.

Gangguan tidur Gangguan tidur dan kewaspadaan siang hari

merupakan gangguan yang umum pada Parkinsons disease.

Faktor faktor yang mengganggu tidur malam hari termasuk timbulnya kembali bradykinesia dan rigiditas, dengan

kesulitan mengubah posisi di tempat tidur, serta tremor dan gerakan involunter (misalnya, myoclonic jerk atau gerakan kaki periodik).
10

Gangguan autonom Disfungsi otonom dapat menghasilkan manifestasi yang beragam, termasuk hipotensi ortostatik, sembelit, urinary urgency dan frekuensi, keringat berlebihan, dan seborrhea. Hipotensi ortostatik muncul pada banyak pasien akibat gangguan vasomotor refleks, denervasi simpatik jantung, atau sebagai
10

efek

samping

dari

terapi

dopaminomimetic.

Gangguan neurospikiatrik Perubahan suasana hati, kognisi, dan perilaku umum menyertai Parkinsons disease, terutama pada tahap lanjut, dan mungkin akibat langsung dari PD atau patologi komorbid [misalnya, penyakit Alzheimer (AD), demensia kortikal dengan badan Lewy (DLB)] atau mungkin terjadi sebagai efek samping terapi antiparkinson. Dapat terjadi depresi,

gangguan panic, kesulitan mengerjakan tugas yang rumit, rencana jangka panjang, mengingat, maupun memperoleh informasi baru.
10

KRITERIA DIAGNOSIS I.

Manifestasi klinis sesuai dengan utilitas diagnostik

A. Grup A: Karakteristik penyakit Parkinson 1. Tremor istirhat 2. Rigiditas 3. Bradykinesia. 4. onset asimetris B. Grup B: sugestif penyakit lain 1) Fitur yang tidak biasa pada awal penyakit: a. Ketidakstabilan postural dalam 3 tahun pertama penyakit. b. Freezing phenomena dalam 3 tahun pertama. c. Halusinasi yang tidak berhubungan dengan obat dalam 3 tahun pertama d. Demensia mendahului gejala motor atau pada tahun pertama terjadi: i. ii. Supranuclear gaze palsy Dysautonomia parah, gejala tidak

berhubungan dengan obat. iii. Dokumentasi lesi atau kondisi yang

berhubungan dengan parkinsonisme II. Possible Parkinsons Disease A. Setidaknya dua dari empat kelompok gejala A, setidaknya bradykinesia dan salah satunya adalah tremor atau

10

B. tidak ada gejala grup B atau Gejala kurang dari 3 tahun lamanya, dan tidak ada gejala grup B yang hadir sampai saat ini dan C. respon substansial dan berkelanjutan untuk levodopa atau agonis dopamin telah didokumentasikan atau Pasien belum memiliki sebuah percobaan yang memadai levodopa atau agonis dopamin. III. Probable Parkinsons disease A. Setidaknya tiga kelompok A gejala yang hadir dan B. Tidak ada kelompok B gejala hadir bagi mereka dengan gejala lebih dari 3 tahun dan C. respon substansial dan berkelanjutan untuk levodopa atau agonis dopamin telah didokumentasikan. IV. Definite parkinsons disease A. Semua kriteria untuk penyakit Parkinson mungkin atau kemungkinan terpenuhi dan B. histopatologi konfirmasi diagnosis

11

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

(sumber : fundamental of neurology)

12

(Sumber : Harrison Neurology in Clinical Medicine)

13

TATALAKSANA I. MEDIKAMENTOSA
10

Terapi dopaminomimetik harus dimulai sesegera mungkin ketika gejala mulai mengganggu kulaitas hidup. Terapi lini pertama yang ideal tergantung umur,status kognitif, tipe klinis, dan financial pasien. Pilihannya antara lain agonis dopamine,sediaaan levedopa, atau MAO-B inhibitor. Tujuan terapi dopamimetik adalah untuk mengembalikan transmisi dopamine di striatum. Hal ini dapat diperoleh dengan stimulasi reseptor post sinaps (agonis dopamine),

meningkatkan ketersediaan precursor dopamine (levedopa), menghambat metabolism levedopa di perifer dan otak, dan menghambat katabolisme dopamine di sinaps. 1) Agonis dopamine Agonis dopamine secara langsung menembus blood brain barrier dan beraksi pada reseptor dopamine post sinaps (terutama D2). Dibandingkan levedopa, aksinya lebih lama, namun harganya lebih mahal. Zat ini efektif sebagai agen monoterapi, sebagai tambahan terhadap terapi

carbidopa/levedopa, maupun sebagai kombinasi dengan antikolinergik dan amantadin. Ketika digunakan sebagai monoterapi kurang efektif jika dibandingkan dengan levedopa. Jika digunakan sebagai terapi tambahan terhadap levedopa, dapat memperparah diskinesia bila dosis levedopa/carbidopa tidak disesuaikan.

14

Agen yang tersedia antara lain 3 non-ergot alkaloid (pramipexole, rapinirole, dan rotigotine) dan ergot alkaloid (bromocriptine, cabergoline, lisuride). Agonis secara khusus efektif menerapi bradikinesia, hilangnya ketangkasan motorik halus, tremor, dan gangguan postural. Efek samping obat ini antara lain: nausea, hipotensi postural, gejala psikiatrik, sedasi. Efek samping dapat diturunkan dengan menurunkan dosis, mengurangi obat yang digunakan bersamaan yang memiliki efek samping sama, atau pada kasus nausea dapat diberikan peripheral dopamine blockers seperti

dopmperidone, trimethobenzamide, atau dronabinol sampai pasien mengalami toleransi terhadap gejala ini.

2) Carbidopa/levedopa Carbidopa/ Levodopa tersedia dalam bentuk

immediate release (IR) (Sinemet, Atamet, dan lainnya; 10/100 mg, 25/100 mg, and 25/250 mg), dan controlled release (CR) (Sinemet CR 25/100 mg, 50/200 mg). Pada sebagian besar orang, sekurang-kurangnya diperlukan carbidopa 75 mg/hari untuk menghambat dekarboksilasi levedopa menjadi

dopamine di perifer, dan untuk mengurangi efek nausea dan hipotensi postural. Direkomendasikan penggunaan dosis individual dan peningkatan dosis bertahap. Inisiasi dosis saat waktu makan akan mengurangi nausea dan efek samping lain. Namun, seiring pasien mengalami toleransi terhadap

15

gejalanya, bat ini dapat diberikan saat lambung kosong, sehingga absorbsinya dapat lebih cepat dan diprediksi.

3) Inhibitor MAO-B Zat reversible ini merupakan inhibitor yang selektif dan

terhadap

katabolisme

dopamine

dengan

menghambat MAO-B di sinaps. Jika digunakan sebagai monoterapi, zat ini memiliki efek yang sedang, namun zat ini dapat memperkuat efikasi bila digunakan sebagai tambahan carbidopa/levedopa. Sediaan yang tersedia antara lain selegiline, rasagiline, zydis selegiline. Selegilin digunakan dengan dosis 5 mg saat sarapan dan makan siang dengan efek samping insomnia, mungkin karena amphetamine-like metabolite. Rasagiline kurang

memiliki efek amphetamine-like. Digunakan sekali sehari dengan dosis 0,5-1 mg/hari. Zydis selegiline adalah tablet yang diserap melalui mukosa mulut. Dosis bisanya adalah 1.252.5 mg/hari di pagi hari. Efek sampingnya antara lain nausea, dispepsia, dizziness, insomnia, diskinesia, hipotensi ortostatik, dan halusinasi.

4) COMT-inhibitor COMT inhibitor memperkuat efek levedopa dengan menghambat degradasi levedopa dan dopamine. Obat yang tersedia antara lain entacapone dan tolcapone. Bila

digunakan sebagai kombinasi terapi carbidopa/levedopa akan

16

meningkatkan kadar levedopa sebanyak >30%. Dosisnya adalah 200 mg dalam setiap dosis carbidopa/levedopa. Efek sampingnya antara lain gangguan gastrointestinal dan kondisi hiperdopaminergik yang ditandai dengan gangguan tidur dan meningkatnya diskinesia yang membutuhkan pengurangan carbidopa/levedopa.

5) Zat lain Antikolinergik dan amantadin adalah terapi tambahan yang tepat disamping terapi dopaminomimetik. Antikolinergik terutama berguna untuk mengkontrol tremor istirahat dan distonia, sedangkan amantadin dapat menurunkan drug induced-dyskinesia sebanyak >70%. Mekanisme amantadin belum diketahui, namun memiliki efek samping nausea, sakit kepala, edema, eritema. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi ginjal. II. TERAPI BEDAH
4

a. Talamotomi stereostatik Pembedahan thalamus jarang digunakan seiring berkembangnya terapi medikamentosa. Dapat membantu pada pasien yang tremor berat yang tidak member respon terhadap obat. b. Palidotomi Pembedahan globus pallidus berperan pada terapi diskinesia c. Transplantasi sel

17

Menggunakan eksperimental.

substansia

nigra

fetus

masih

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

18

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

19

ALGORITMA

(sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

20

CONTOH PENULISAN RESEP

Dr. Ellisma Swandini Nugraheni SIP : 0810713043 Permata Jingga, Anggrek no 24 Tlpn : 085649693610

Malang, 15 Juli 2012

R/carbidopa/levedopa IR tab 25/100mg No.XXX 3 dd tab 1

R/ Ropinirole tab 3 mg No.XX 2 dd tab 1

Pro : Tn X Umur : 70 tahun

21

RINGKASAN Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis

diantaranya bradikinesia dan paling tidak salah satu dari ketiga keadaan klinis: tremor, rigiditas, dan instabilitas postural dan digunakan sebagai terminology yang memayungi profil klinis tanpa memandang sebab secara spesifik. Yang dimaksud Parkinsons Disease adalah bentuk primer idiopatik dan mereprsentasikan 2/3 dari semua parkinsonisme. Parkinsons Disease terjadi karena hilangnya inervasi dopamine dari ganglia basalis yang disebabkan oleh Neuron

kematian sel nya

yang progresif dan pelan.

dopaminergik pada substansia nigra mengalami kematian akibat kombinasi dari beberapa factor, termasuk: kerentanan genetic (pemrosesan abnormal protein, folding -synuclein protein yang bersifat racun, dll), stress oksidatif, abnormalitas aktivitas kinase, disfungsi proteasome, dan factor lingkungan yang belum bisa diidentifikasi. Patologi menunjukkan berkurangnya sel yang

berpigmen di pars compacta substansia nigra; sel ini mengandung neuromelanin dan memproduksi

neurotransmitter dopamine. Selain itu, terdapat gambaran badan inklusi sitoplasmik yang eosinofilik dan dikelilingi halo (Lewy Bodies), yang mengandung agregrasi neurofilamen dan protein -synuclein. Neuron dopaminergik substansia nigra berproyeksi ke ipsilateral striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang

22

selanjutnya akan menyebabkan striatum mengirim impuls ke korteks motorik lewat jalur eksitasi langsung lewat nucleus thalamus. Secara bersamaan impuls inhibisi juga dikirim ke korteks motorik melalui jalur polisinaps tidak langsung lewat globus pallidus externa, subthalamic nucleus, dan thalamic nuclei Gejala dari Prakinsons disease secara garis besar dapat dibagi menjadi gejala motorik dan gejala nonmotorik. Yang termasuk gejala motorik antara lain TRAP (Tremor, Rigiditas, Akinesia, dan instabilitas Postural). Tremor muncul saat istirahat unilateral, pertama-tama dibagian distal,

mengenai jari dan pergelangan. Tremor dideskripsiskan seperti gerakan membuat pil (pill rolling), berfrekuensi 3-6 Hz,, dieksaserbasi dengan ansietas atau stress, menghilang saat bergerak. Rigiditas dirasakan sebagai resistensi yang menetap terhadap gerakan pasif saat sendi digerakkan full ROM. Interupsi singkat dan regular dari resistensi selama gerakan pasif, dikarenakan oleh tremor yang subklinis, akan menampakkan gejala rigiditas cogwheel. Pasien akan mengalami bradikinesia, anatara lain kesulitan pada gerakan motorik kompleks, seperti berpakaian, mencukur, menulis (tulisan menjadi kecil-kecil, micrografia). Kurangnya gerakan spontan dapat bermanifestasi kurangnya ekspresi wajah (wajah seperti topeng), kesulitan mengubah posisi percakapan sedikit dan mononton.

23

Gejala instabilitas postural antara lain postur pasien akan menjadi fleksi, atau mmbungkuk, tidak mampu

mempertahankan posisi berdiri normal bila diberi tekanan , kesulitan memulai berjalan, pola festinant yaitu pola dimana pasien tampak seperti terburu-buru untuk menjaga titik pusat gravitasi tubuhnya. Tidak ada ayunan lengan. Yang termasuk gejala nonmotor antara lain gejala sensorik, gangguan tidur, disfungsi otonom , dan gangguan neurospikiatrik. Diagnois parkinsonism, bandingnya medication antara lain arteriosclerotic induced parkinsonism,

parkinsonism of infectious origin, NPH, wison's disease, trauma tumpul kepala berulang, toxic parkinsonism,

parkinsonisme karena penyakit neurodegenertif lain, maupun sebab-sebab lainnya seperti tumor otak, subdural hematome, polycitemia vera. Terapi dopaminomimetik harus dimulai sesegera mungkin ketika gejala mulai mengganggu kulaitas hidup. Pilihannya antara lain agonis dopamine,sediaaan levedopa, atau MAO-B inhibitor. Agonis dopamine secara langsung menembus blood brain barrier dan beraksi pada reseptor dopamine post sinaps (terutama D2). Agen yang tersedia antara lain 3 non-ergot alkaloid (pramipexole, rapinirole, dan rotigotine) dan ergot alkaloid (bromocriptine, cabergoline, lisuride).

24

Carbidopa/

Levodopa

tersedia

dalam

bentuk

immediate release (IR) (Sinemet, Atamet, dan lainnya; 10/100 mg, 25/100 mg, and 25/250 mg), dan controlled release (CR) (Sinemet CR 25/100 mg, 50/200 mg). Pada sebagian besar orang, sekurang-kurangnya diperlukan carbidopa 75 mg/hari untuk menghambat dekarboksilasi levedopa menjadi

dopamine di perifer, dan untuk mengurangi efek nausea dan hipotensi postural. MAO-B reversible merupakan inhibitor yang selektif dan

terhadap

katabolisme

dopamine

dengan

menghambat MAO-B di sinaps. Jika digunakan sebagai monoterapi, zat ini memiliki efek yang sedang, namun zat ini dapat memperkuat efikasi bila digunakan sebagai tambahan carbidopa/levedopa. Sediaan yang tersedia antara lain selegiline, rasagiline, zydis selegiline. COMT inhibitor memperkuat efek levedopa dengan menghambat degradasi levedopa dan dopamine. Obat yang tersedia antara lain entacapone dan tolcapone. Bila

digunakan sebagai kombinasi terapi carbidopa/levedopa akan meningkatkan kadar levedopa sebanyak >30% Antikolinergik dan amantadin adalah terapi tambahan yang tepat disamping terapi dopaminomimetik. Antikolinergik terutama berguna untuk mengkontrol tremor istirahat dan distonia, sedangkan amantadin dapat menurunkan drug induced-dyskinesia

sebanyak >70%. terapi bedah antara lain dengan talalamo stereostatik, palidotomi, transplantasi sel.

25

TANYA JAWAB

1. Kapan terapi levedopa sebaiknya dimulai? Efektivitas levedopa terbatas karena adanya efek

fluktuasi motorik dan diskinesia. Karenanya strategi rasional untuk memulai terapi levedopa pada pasien dengan Parkinsons disease adalah ketika gejala

Parkinson sudah mulai menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari okupasional. atau


7

menganggu

fungsi

social

dan

2. Apakah efek samping perifer tersering dari terapi levedopa dan bagaimana hal tersebut diatasi? Mual dan muntah merupakah efek sampingyang paling umum pada awal penggunaan levedopa. Sebagian besar pasien menanggulangi hal ini dengan meminum obat setelah makan. Jumlah ekstra carbidopa mungkin diperlukan. Penanggulangan efek samping

gastrointestinal tidak boleh menggunakan dopamine blockers, seperti metoclopramide, karena justru akan memperburuk Parknsons disease. Hydroxyzine, atau

trimethobenzamide,

diphenidol,

cyclizine,

domeperidone dapat digunakan sebagai alternative. Efek ortostatik. cardiovascular Tatalaksana tersering komplikasi adalah ini hipotensi termasuk

menambahkan garam ke makanan, penggunaan stocking

26

yang elastic, dan penggunaan beberapa pengobatan seperti fludocortisone, indometacine, ataumidodrine. 3. Strategi apakah yng bermanfaat pada fluktuasi pada Parkinsons Disease? Konsep stimulasi dopaminergik secara teru-menerus telah digunakan sebagai prinsip pedoman dalam
8

tatalaksana

pencegahan dan tatalaksana fluktuasi motorik. Strategi dimaksudkan penggunaan untuk MAO mencapai inhibitor, tujuan seperti ini termasuk dan

selegiline

rasagiline, COMT inhibitor seperti entacapone dan tolcapone, agonis dopamine, dan subthalamic nucleus deep brain stimulaton (DBS). Parkinsons disease (PD)? Data yang tersedia saat ini tidak mendukukung adanya etiologi umum dari AD maupun PD. Namun, sekitar 20% pasien dengan PD memiliki demensia. AD
9

4. Adakah hubungan antara Alzheimers disease (AD) dan

bertanggungjawab terhadap beberapa bagian pada kasus ini. Tidak seperti AD, pola demensia pada PD dicirikan oleh kurangnya tanda kortikal, seperti ataksia dan apraksia, dan keberadaan pikun, bradyphrenia, dan depresi.pada penelitian longitudinal, manifestasi klinis yang membedakan demensia pada PD antara lain fluktuasi 5. Apakah indikasi terapi pembedahan pada Parkinsons disease?

27

Indikasi umum pembedahan pada Parkinsons disease antara lain tremor yang keras dan fluktuasi motorik yang diinduksi obat. Kandidat yang paling baik adalah pasien dengan respon terhadap levedopa yan jelas yang bebas dari demensia atau komorbid psikiatrik. Secara umum, pasien dengan parkinsonisme atipikal atau demensia memiliki manfaat yang sedikit, bahkan tidak sama sekali.
10

28

REFERENSI

1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and pharmacological management of Parkinsons

disease. A national clinical guideline. January 2010. 2. Larry E.Davis, Molly K.King, Jessica L.Schultz, 2005. Fundamental of Neurologic Disease. Department of neurology and neuroscience School of Medicine

University of Mexico. 3. Martin A. Samuels,


th

2004.

Maunual

of

neurologic

therapeutics. 7

edition.Brigham and Women Harvard


th

Medical School. 4. Lionel Ginsberg, 2008. Lecture notes Neurology. 8 edition.Blackwell publishing Ltd. 5. Roongroj Bhidayasiri,Michael F.Waters, Christoper

C.Giza, 2004. Neurological Differential Diagnosis: A Prioritized Approach. Blackwell Publishing. 6. Mark Mumenthale, heinrich Mattle, 2006. Fundamentals of Neurology: An Illustrated .Guide.Thieme. 7. Hauser RA, McDermott MP, Messing S: Parkinson Study Group: Factors associated with the development of motor fluctuations and dyskinesias in Parkinsons disease. Arch Neurol 63:1756-1760, 2006. 8. Rolen A. Rolak, 2010. Neurologic secret 5
th

edition.Mosby: Elsevier

29

9. Diamond

A,

Jankovic

J:

Treatment

of

advanced

Parkinsons disease. Expert Review of Neurotherapeutics 6:1181-1197, 2006. 10. Stephen L.Hauser, 2011. Harrison Neurology in Clinical Medicine. 2
nd

edition.Mc Graw Hill

30

Anda mungkin juga menyukai