Anda di halaman 1dari 3

Bebas Berekspresi, Berani?

Sebuah catatan sederhana memperingati Hari Anak Muda Internasional 12 Agustus 2012 #BBB @youthrightsfest, SeHAMA @KontraS, dan @clubSPEAK

Blur. Satu kata yang boleh jadi keluar dengan reflek ketika kita bicara soal Kebebasan Berekspresi. Di kondisi Negara kita Indonesia yang sekarang: banyak peristiwa-peristiwa bermodus pemusnahan terhadap keberagaman dan kemerdekaan, kejadian-kejadian yang mengesankan masyarakat pasrah haknya dirampas bahkan oleh Negara, sebuah struktur kedaulatan mulia yang masih dan sedang ada dalam masa perjanjiannya memenuhi Hak Asasi Manusia termasuk Hak atas Kebebasan Berekspresi. Bicara anak muda, adakah yang generasi satu ini lakukan selain mengeluh mengeluarkan tweet atau memuat status facebook bernada marah terhadap banyak hal; jalanan macet, website yang dibanned, harga buku mahal, atau korupsi yang merajalela? Adakah yang sebenar-benarnya anak muda lakukan untuk menunjukan, memperjuangkan, dan tentu saja mengekspresikan Haknya sebagai Individu merdeka, yang berhak atas Hak Asasi Manusia dan tentunya untuk mendapatkan Kebebasan Berekspresi? Jawabannya: ada. Terlepas dari blur atau tidaknya bicara kebebasan, sejumlah Anak Muda dari Youth Rights Festival, Sekolah Hak Asasi Manusia (SEHAMA) KontraS, dan Club Suara Pemuda Anti Korupsi (ClubSPEAK) berinisiatif mengadakan sebuah acara kolaborasi memperingati Hari Anak Muda Internasional yang jatuh pada 12 Agustus 2012 lalu. Bertempat di pelataran markas Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) acara tersebut diselenggarakan sederhana namun diracik dan dibalut dengan semangat kepedulian hingga menjadi suatu hal besar dan penting sekali untuk direalisasikan. Publikasi acara yang konon hanya mengandalkan aktivitas media sosial ternyata cukup ampuh dan efektif menggiring pemuda-pemudi (galau dan tidak galau) untuk bertandang dan berpartisipasi dalam acara ini. Terbukti dengan cukup banyaknya peserta dan post-it ekspresi yang tertempel berhimpitan di sebilah papan hitam, tak jauh dari pintu masuk sebagai syarat registrasi peserta sekaligus bentuk Kebebasan Berekspresi.

Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB tersebut, dibagi dalam 2 sesi dan dibawakan oleh seorang MC dadakan, Poppi dari Youth Rights Festival Sesi pertama diawali sambutan dari perwakilan YRF (Mutia) dan SeHAMA (Malik), disambung dengan pemutaran Film KitavsKorupsi Sstt,, Jangan bilang siapa2 oleh ClubSPEAK. Tak hanya itu, ada juga Music Performance gabungan dari komunitas YouthRightsFestival dan SeHAMA yang semakin menyemarakan suasana sore kala itu. Tidak kalah penting, ada juga curhatan 3 komunitas mengenai pengalaman dan pandangannya terkait KebebasanBerekspresi dan suka-duka selama memperjuangkannya. Sesi pertama sukses mengawali perkenalan Anak Muda pemerhati Kebebasan Berekspresi dalam acara #BBB ini! Memasuki sesi Kedua, diskusi santai yang dihadiri oleh pembaharu muda yang sangat berpengalaman membicarakan Kebebasan Berekspresi, diantaranya: Usman Hamid (Change.org), Savic Ali (Voice+ Magazine), dan Mirwan Andan (Ruang Rupa) pun berlangsung sangat menarik. Setelah mendengarkan pemaparan singkat pembicara, tanya-jawab pun dimulai. Komunikasi 2(dua) arah terjalin seru dan berlangsung cukup lama, banyaknya partisipan acara yang asyik bercerita ataupun mengajukan pertanyaan ke pembicara membuat waktu jadi tidak terasa telah berlalu begitu saja hingga terdengar sayup-sayup gema adzan Maghrib menandai waktu berbuka puasa telah tiba, yang mana juga termasuk salah satu rangkaian acara Bebas Berekspresi, Berani? Walau hanya dengan menu Buka Puasa yang sederhana, namun semuanya jadi terasa istimewa bila ada rasa kebersamaan terselip didalamnya dan itu bisa didapatkan dalam acara #BBB ini komentar para peserta acara ketika ditanya. Di bagian penghujung acara Bebas Berekspresi, Berani?, digelar juga musikalisasi puisi bertema Hak Asasi Manusia dan penampilan musik oleh The Candies: (digawangi beberapa anak muda yang berani mengekpresikan dirinya dengan musik). Sekilas, Bebas Berani Berekspresi, Berani? mungkin terlihat sebagai kegiatan seremonial belaka yang mengambil momentum Hari Anak Muda Internasional dan mungkin juga sudah banyak yang melakukan hal serupa, entah di pelosok daerah maupun di seberang negeri sana. Namun, kabar baiknya hal tersebut menandakan bahwa betapa banyaknya kepedulian anak muda yang secara tidak langsung terhubung dalam suatu agenda kecil bertajuk Hari Anak Muda Internasional. Ini bukti bahwa pemuda khususnya pemuda dalam negeri masih bersemangat tinggi untuk berdiri, berjuang tidak hanya untuk diri sendiri namun bagi sesama.

Duduk diam atau bangkit melawan, sebab diam adalah pengkhianatan. Kala itu di era reformasi, kalimat diatas dikutip dari sebuah syair lagu yang menjadi pengobar semangat pemuda tahun 1998 dalam menyambut era reformasi yang katanya Demokrasi. Sekarang ini, era tersebut telah kita jalani 14 tahun lamanya. Hidup (harusnya) terbebas dari belenggu Kebebasan Berekpresi, akibat kekuasaan tunggal sang raja di masa kelam. Semoga masa yang kita jelang bersama ini, Anak Muda terus, terus, dan terus menghembuskan serta menyatakan semangat reformasi. Semangat yang dibangun karena kesadaran kita akan Kebebasan Berekspresi, kesadaran bahwa kita semua terhubung untuk mendukung Hak Asasi Manusia. [Ninies & Malik]

Anda mungkin juga menyukai