Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Grafik 1.22 Perkembangan Bongkar Barang

1.2

SISI PENAWARAN

Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan II-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh beberapa sektor yaitu pertanian, pengangkutan & komunikasi dan jasa-jasa. Sementara kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan dan perdagangan-hotel-restoran tumbuh lebih baik. . Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2010 I 202,910.92 7,961.24 55,015.76 3,955.07 61,704.57 97,125.44 74,180.78 60,803.88 137,724.96 701,382.61 II 211,788.25 8,142.31 55,404.57 4,057.15 62,974.76 100,459.16 76,493.14 62,593.54 142,740.17 724,653.05 III 222,714.91 8,682.90 58,447.51 4,179.22 67,440.50 106,849.22 79,482.14 65,824.82 146,291.19 759,912.40 IV 196,262.44 8,359.94 58,625.45 4,325.13 67,803.09 107,653.33 80,207.80 66,410.89 141,895.20 731,543.26 I 223,179.82 8,257.09 57,776.66 4,384.61 66,678.94 109,420.78 81,140.56 66,363.76 143,204.96 760,407.19 2011 II 224,787.49 8,584.55 59,257.96 4,478.28 69,915.64 113,410.97 83,224.36 68,321.45 148,143.80 780,124.51

SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN

2010 I 1.52 20.65 11.05 7.72 19.25 9.02 11.81 8.36 10.92 8.38 II 1.35 13.07 10.33 9.15 12.84 9.79 9.17 9.50 9.34 7.33 III 1.22 7.52 6.96 5.63 8.86 10.59 9.10 9.08 4.18 5.71 IV 14.10 3.20 7.23 8.79 7.26 11.35 9.52 8.88 3.84 9.26 I

2011 II 9.99 3.72 5.02 10.86 8.06 12.66 9.38 9.14 3.98 8.42 6.14 5.43 6.96 10.38 11.02 12.89 8.80 9.15 3.79 7.65

*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman. Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan yang menurun. Selain karena telah lewatnya musim panen, dampak banjir bandang yang terjadi di tiga kabupaten (Bone Bolango, Boalemo dan Kab. Gorontalo) menjadi salah satu faktor penyebab penurunan produksi panen di Gorontalo. Dilihat dari pertumbuhannya, kinerja pertanian jagung tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan II-2011 terkontraksi 13,75% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 58,62% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 26,10% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 53,33% (y.o.y). Selain karena puncak panen telah dilaksanakan di triwulan I-2011 faktor cuaca turut mempengaruhi merosotnya produksi tabama di Gorontalo : Sebanyak 3.500 ha sawah di kab. Gorontalo tidak mendapatkan pengairan karena bendungan Alopohu rusak. Produktivitas pertanian menjadi menurun hingga 75%. Hasil perhitungan sementara Distan Kab. Gorontalo produksi padi hanya mencapai 18.000 ton dari target 75.000 ton. Lahan pertanian di tiga kecamatan di Pohuwato gagal panen karena meluapnya sungai Randangan. Pemkab Pohuwato mulai membangun waduk darurat untuk mengantisipasi hal tersebut. Banjir Bandang melanda tiga kecamatan di wilayah Bone Bolango

mengakibatkan lahan pertanian rusak.

Grafik 1.23 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian

Grafik 1.24 Realisasi Panen Pertanian Tabama

10

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung

Grafik 1.26 Perkembangan Luas Panen Padi

Sampai dengan akhir tahun 2011, secara tahunan perkembangan pertanian padi diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM II2011 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 tumbuh 13,31 % (y.oy) lebih rendah dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 33,74 % (y.o.y) sementara produksi jagung tahun 2011 hanya tumbuh 0,99% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan produksi jagung tahun 2010 yang tumbuh 6,69% (y.o.y). Semakin terbatasnya luas lahan menjadi kendala yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
Tabel 1.3 ARAM II Pertanian Padi

Tabel 1.4 ARAM IO Pertanian Jagung

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011

11

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan II-2011 menunjukkan kondisi yang melambat. Pada triwulan II-2011 sektor ini tumbuh 8,80% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 9,38% (y.o.y). Perlambatan hampir terjadi pada seluruh sub sektor yaitu angkutan darat, laut dan ferry sementara kinerja angkutan udara diperkirakan mampu meredam perlambatan yang terjadi. Krisis BBM yang terjadi pada bulan Mei-Juni 2011 di Gorontalo menjadi salah satu pemicu menurunnya kinerja sub sektor angkutan darat. Antrian yang terjadi hampir di seluruh SPBU dan langkanya bahan bakar menjadikan proses operasional angkutan darat terganggu. Pemerintah Daerah dan Pertamina telah menerbitkan aturan pelarangan pengisian BBM untuk jerigen dan galon (pengisian ilegal). Pemprov Gorontalo juga menerbitkan peraturan penggunaan Pertamax bagi kendaraan dinas operasional dan peraturan penertiban bagi Pom Bensin yang menjual premium secara ilegal. Disamping itu menurunnya kegiatan sub sektor angkutan darat juga disebabkan oleh tingkat penjualan kendaraan di Gorontalo yang menurun. Hal tersebut dikonfirmasi oleh tingkat penghimpunan pajak kendaraan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hasil liason dengan beberapa perusahaan pembiayaan menyatakan bahwa peningkatan angka penjualan kendaraan bermotor baru akan terjadi pada bulan Agustus 2011 menjelang lebaran.

Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan

Grafik 1.28 Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan II-2011 juga menunjukkan penurunan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat sebesar 16.708 penumpang atau menurun drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 21.674 penumpang. Sementara arus penumpang kapal laut juga menunjukkan kondisi yang serupa. Pada musim liburan sekolah ini, diperkirakan warga masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi udara dibandingkan tarnsportasi laut dan ferry.

12

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Grafik 1.29 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut

Grafik 1.30 Perkembangan Kargo Laut

Disisi lain sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Peningkatan arus penumpang udara selama triwulan laporan didorong oleh liburan sekolah, pelaksanaan Jumbara Nasional ke VII serta persiapan kegiatan Pilkada 2011. Tercatat selama triwulan II-2011 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 82.143 penumpang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 77.809 penumpang. Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat dari Gorontalo juga meningkat dari 755 penerbangan menjadi 796 penerbangan. Tren peningkatan kinerja sub sektor penerbangan di Gorontalo direspon positif oleh maskapai penerbangan, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa Maskapai Lion Air merencanakan untuk menambah jadwal penerbangan di Gorontalo diluar jadwal penerbangan yang telah ada saat ini. Upaya peningkatan kualitas layanan udara juga direspon positif oleh Pemerintah Daerah dengan pembangunan Instrument Light System (ILS) di Bandara Jalaluddin sehingga operasional malam nantinya dapat dilaksanakan.

Grafik 1.31 Perkembangan Penumpang Pesawat

Grafik 1.32 Perkembangan Bagasi Pesawat

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011

13

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada triwulan II-2011 tumbuh 12,89% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011 sebesar 12,66% (y.o.y). Membaiknya kinerja PHR didukung oleh beberapa hal yaitu : musim liburan sekolah, penyelenggaraan beberapa ekspo perdagangan di Bone Bolango dan Pohuwato, serta pasar lelang komoditas. Meningkatnya kegiatan PHR juga didorong oleh realisasi rapel Gaji PNS pada bulan April 2011.

Membaiknya kinerja sektor PHR terutama didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor perdagangan, sektor ini tumbuh sebesar 14,02% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,90% (y.o.y). Indikator meningkatnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan kredit, volume bongkar muat barang di pelabuhan laut serta volume bongkar barang di pelabuhan udara.

Grafik 1.33 Kredit Perdagangan

Grafik 1.34 Volume Muat Pelabuhan

Peningkatan penyerapan belanja barang dan jasa pemerintah menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kegiatan perdagangan di Gorontalo. Hal ini disebabkan pemerintah daerah masih mendominasi kegiatan ekonomi di Gorontalo. Tercatat penyerapan belanja barang dan jasa triwulan II-2011 telah mencapai 48%.

Grafik 1.35 Kargo Pesawat

Grafik 1.36 Tingkat Penghunian Hotel

14

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Sementara itu sub sektor perhotelan dan restoran turut mengalami peningkatan. Kegiatan Jumbara Nasional ke VII di Gorontalo yang diikuti oleh 15 negara dan 1.024 peserta serta kampanye persiapan pelaksanaan Pilkada di Gorontalo menjadi faktor pendorong utama. Peningkatan kinerja tersebut dikonfimasi oleh data tingkat penghunian hotel (TPK) yang menunjukkan kondisi yang meningkat selama triwulan II-2011. TPK bulan Juni mencapai 42,19% lebih tinggi dibandingkan kondisi Maret 2011 sebesar 35,63%. 1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, pada triwulan II-2011 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 11,02% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,06 % (y.o.y)

Grafik 1.37 Penjualan Semen

Grafik 1.38 Kredit Konstruksi

Meningkatnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka penjualan semen dan pertumbuhan kredit konstruksi. Angka penjualan semen selama triwulan II-2011 tercatat tumbuh 4,31% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 3,44% (y.o.y). Kegiatan konstruksi swasta yang saat ini masih terus berlangsung antara lain pembangunan Gorontalo Business Park (Kawasan Mall, pertokoan dan hotel) dan Pengembangan Gorontalo Business Centre di Kota Gorontalo. Sementara pengembang PT Mawar Sharon Property saat ini juga tengah mengembangkan pembangunan kawasan perbelanjaan di wilayah Marisa-Pohuwato. Sementara itu beberapa proyek infrastruktur Pemerintah Daerah juga terus dilaksanakan antara lain : - Pembangunan tanggul banjir sungai Mebongo senilai Rp 1,5 M - Pembangunan pengaman pantai Atingola senilai Rp 2,375 M - Rehabilitasi bangunan pengaman pantai Monano senilai Rp1 M - Pemeliharaan rutin jalan Molingkapato - Isimu 19 km senilai Rp 938,72 jt - Penggantian Jembatan Atingola - Kwandang senilai Rp 6,393 M - Penggantian Jembatan Tolango-Paguyaman senilai Rp 5,193 M - Pelebaran Jalan Atingola-Kwandang senilai Rp 18,99 M
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 15

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

- Pelebaran Jalan Molingkapato - Tolango senilai Rp11,39 M - Pelebaran Jalan Tolango-Bolontio senilai Rp14,39 M - Pelebaran Jalan Pelabuhan Anggrek senilai Rp7,993 M Disisi pembiayaan peningkatan kinerja sektor bangunan ditunjukkan oleh meningkatnya penyaluran kredit konstruksi selama triwulan II-2011, sampai dengan Juni 2011 kredit konstruksi tumbuh 10,08% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 13,72% (y.o.y). Namun tidak demikian halnya dengan pembiayaan konstruksi yang berasal dari pemerintah daerah. Tercatat realisasi APBD Pemprov Gorontalo untuk kegiatan konstruksi tumbuh 89,55% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 206,36% (y.o.y)

1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 9,15% (y.o.y), relatif stabil

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,14% (y.o.y). Melemahnya kinerja sub sektor keuangan mampu diredam sub sektor lainnya sehingga pertumbuhannya relatif stabil. Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang melambat Sampai dengan bulan Juni 2011, NIM perbankan mencapai Rp 250 Miliar atau tumbuh 12,16% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2011 yang tumbuh 17,44% (y.o.y). Kondisi ini didorong oleh menurunnya pendapatan bunga perbankan.

Grafik 1.39 NIM Perbankan

Grafik 1.40 Perkembangan Pendapatan/Beban

16

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Perkembangan sektor industri di Gorontalo menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan II-2011 tumbuh 6,96% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,02% (y.o.y). Meningkatnya kinerja disektor ini ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi SKDU industri pengolahan, penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, dan survei industri pengolahan besar-sedang. Berdasarkan survei industri pengolahan besar-sedang, meningkatnya kinerja industri tampak pada industri makanan jadi dan kayu. Peningkatan industri makanan jadi terkait kebutuhan stok menghadapi lebaran pada bulan Agustus 2011. Sementara peningkatan industri kayu nampak pada peningkatan kinerja ekspor luar negeri komoditas kayu selama triwulan laporan. Meningkatnya kinerja industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia pada triwulan laporan. Angka penjualan listrik dan BBM turut mengkonfirmasi kenaikan kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri tumbuh 39,33 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,07% (y.o.y), sementara itu konsumsi BBM tumbuh 9,96% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,01% (y.o.y).

Grafik 1.41 Konsumsi Listrik Industri

Grafik 1.42 Perkembangan Kredit Perdagangan

Grafik 1.43 Konsumsi BBM Industri

Tabel 1.5 Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011

17

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

1.2.7 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2011 tumbuh 10,38% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya 10,86% (y.o.y). Daya tersambung sampai dengan Juni 2011 mencapai 110..970 KVA atau meningkat dibandingkan posisi Maret 2011 yang mencapai 108.340 KVA.

.
Grafik 1.44 Daya Listrik Tersambung PLN Grafik 1.45 Realisasi Kredit Jasa-jasa

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan I-2011. Sektor ini tumbuh 5,43% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,72% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perningkatan. Kinerja sektor jasajasa pada triwulan II-2011 tumbuh 3,79% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 3,98% (y.o.y).

18

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BOKS I : PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI GORONTALO


A. Perkembangan Makro Rumput Laut di Indonesia Potensi pasar rumput laut sampai saat ini masih terbuka lebar mengingat permintaan pasar dunia untuk hidrokoloid asal rumput laut sangat besar. Diantara jenis yang peluang permintaannya cukup tinggi adalah Eucheuma cottonii untuk bahan baku karaginan. Aplikasi pemanfaatan produk karaginan tidak terbatas pada industri makanan saja sebagai bahan penstabil larutan atau emulsifier tetapi juga pada industri farmasi, kosmetik atau personal care, bahkan hingga ke industri logam dan cat. Perkembangan rumput laut di Indonesia nampak dari perkembangan kinerja ekspor luar negeri. Sampai dengan tahun 2010 volume ekspor rumput laut telah mencapai 121 jutan ton dengan nilai nominal mencapai US$ 133 juta. Ekspor sebagian besar ditujukan ke negara Asia (89.10%) dengan pasokan utama untuk negara China dan ASEAN. Obsesi China untuk mendominasi produk turunan karaginan dunia menjadikan China menyerap berapapun produksi rumput laut dunia. Kondisi ini didukung pula oleh pemberlakuan perdagangan bebas China-Indonesia sehingga menjadikan ekspor rumput laut Indonesia ke China semakin meningkat. Sementara pesaing terberat rumput laut Indonesia yaitu Philipina, produksinya tidak stabil karena faktor cuaca. (WPI KKP, Sept 2010)

Grafik 1.46 Ekspor Rumput Laut Indonesia

Grafik 1.47 Komposisi Negara Tujuan Ekspor

Di dunia, industri pengolahan rumput laut China secara perlahan menggantikan posisi Amerika Serikat dan Eropa sebagai importir terbesar rumput laut kering Philipina. Pada tahun 2009, impor rumput laut kering China telah mencapai 101,3 ribu ton senilai US$ 97 juta atau jika dibandingkan dengan
Grafik 1.48 Impor Rumput Laut China

tahun sebelumnya meningkat 7,3% dalam volume

dan 16% dalam nilai. Lebih dari 50% impor rumput laut keringnya berasal dari Indonesia. Upaya China untuk meningkatkan pasokan bahan baku kian gencar dilakukan. Pencarian
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

rumput laut dilakukannya dengan mendatangi langsung ke negara-negara penghasil rumput laut segar/kering, termasuk ke negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia, dan Philipina. Dengan memberi penawaran harga beli yang tinggi, China berusaha menyerap produksi rumput laut di negara-negara tersebut. Banyak pemasok rumput laut tradisional di sejumlah daerah di Philipina menjual rumput laut keringnya langsung ke China. Demikian pula halnya yang terjadi di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan (WPI KKP, September 2010) Produksi rumput laut Indonesia telah tersebar di hampir seluruh wilayah. Wilayah Jawa dan Sulawesi merupakan pemasok 90% rumput laut ekspor. Sementara Sulawesi sendiri memasok 41,42% ekspor rumput laut Indonesia. Namun produksi rumput laut di Sulawesi masih terkonsentrasi di Provinsi Sulawesi Selatan (99%) sementara sisanya oleh Provinsi Sulut (0,03%), Sultra (0,34%) dan Sulteng (0,45%) sedangkan untuk Gorontalo dan Sulbar masih sangat kecil.

Grafik 1.49 Komposisi Ekspor R/L Sulawesi

Grafik 1.50 Perkembangan Ekspor R/L Sulawesi

B. Rencana Pengembangan Rumput Laut di Gorontalo Menyimak permintaan rumput laut dunia yang semakin meningkat terutama ditunjang oleh keinginan China menjadi basis produksi rumput laut global, menjadikan rumput laut sebagai salah satu komoditas yang layak dikembangkan di Gorontalo. Kondisi ini didukung oleh beberapa faktor mendasar yaitu: Secara geografis Provinsi Gorontalo mempunyai panjang garis pantai sebesar 654 km, yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dimana kecepatan arus dengan kisaran 25-50 m/menit sehingga memungkinkan sirkulasi unsur hara yang mempercepat pertumbuhan rumput laut di perairan Gorontalo. (DKP Prov Gorontalo) Provinsi Gorontalo telah memiliki pabrik pengolahan dasar rumput laut yang berlokasi di Isimu yang saat ini dikelola oleh PT. Azwa Utama. Provinsi Gorontalo telah memiliki pelabuhan Internasional Anggrek yang memungkinkan pengapalan produk rumput laut langsung ke luar negeri.

20

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Beberapa Provinsi lain disekitar Gorontalo telah mengembangkan komoditas dimaksud dan dinilai cukup berhasil yaitu Provinsi Sulteng, Provinsi Sulbar dan Provinsi Sultra. Namun produksi rumput laut Gorontalo sampai dengan saat ini relatif belum maksimal.

Tercatat produksi tahun 2010 hanya berkisar 18.821 ton dengan luas areal budidaya mencapai 441.908 ha yang diusahakan oleh sekitar 700 petani. Kondisi ini diyakini masih sangat minimal. Hasil analisis Bank Indonesia menyebutkan bahwa lambatnya

pengembangan rumput laut di Gorontalo terkait kendala teknis maupun non teknis. FAKTOR PERMASALAHAN Pemahaman masyarakat terkait budidaya rumput laut belum maksimal Mutu produk rumput laut kurang diperhatikan. Teknis Kemampuan petani dalam penanganan hama belum maksimal Penanganan paska panen masih sangat tradisional, teknik penjemuran petani yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut kering banyak tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain. Non Teknis Harga panen rumput laut yang tidak stabil. Harga bibit rumput laut yang masih tinggi.

Pola

pengembangan

rumput

laut

di

Gorontalo saat ini masih menggunakan metode long line yaitu metode budidaya dengan

menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh

masyarakat Gorontalo karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk didapat. Teknik budidaya rumput laut dengan
Gambar 1. Pemasangan JRL Oleh Petani R/L di metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50 Gorut 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25

meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml. Namun disisi lain metode ini mempunyai banyak kelemahan terkait resistansinya terhadap gangguan ombak serta hasil produksi yang terbatas. Untuk membantu pengembangan produksi rumput laut di Gorontalo, Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan Dinas Kelautan Pemkab. Gorontalo Utara pada 21 Juni 2011 melakukan ujicoba metode budidaya rumput laut baru yang dikenal dengan JRL (Jaring Rumput Laut). Metode jaring rumput laut menggunakan pipa paralon segi-empat yang didalamnya dibuat jaring-jaring untuk menempatkan bibit rumput laut.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 21

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Meski relatif lebih sulit dalam pembuatannya namun hasil ujicoba yang dilakukan di beberapa daerah menunjukkan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan metode longline
Tabel 1.6 Perbedaan Metode Pengembangan Rumput Laut

Metode Long Line

Metode Jaring Rumput Laut

Gambar 2. Metode Long Line

Gambar 3. Metode Jaring Rumput Laut

Membutuhkan lahan luas Pelampung tidak dapat diatur ketika musim hujan Susah untuk dipindah-pindah Ketika ada ombak tidak dapat mengimbangi Tidak tahan hama ais Ketika kotor susah dibersihkan Pertumbuhan kurang baik Bibit butuh banyak

Tidak membutuhkan lahan yg luas Pelampung dapat diatur Lebih mudah dipindah-pindah Dapat mengimbangi ombak Tahan hama ais Mudah dibersihkan Perkembangan rumput lebih cepat Bibit tidak butuh banyak

Upaya memacu produksi rumput laut di Gorontalo saat ini diupayakan oleh Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan Pemda dan Investor. Garis besar upaya pengembangan rumput laut di Gorontalo adalah sebagai berikut : KEGIATAN Ujicoba JRL Koordinasi dengan Demplot Penanaman Demplot Monitoring Ujicoba Demplot Koordinasi intensif dengan SKPD dan para petani mengenai penyusunan langkah aksi di lapangan. Kegiatan yang melibatkan banyak UMKM dan memerlukan biaya, perlu disepakati sharing dari masing-masing pihak. Pelatihan teknis JRL Pelatihan bagi kelompok tani rumput laut. Materi pelatihan tidak hanya pembuatan JRL, melainkan juga penanaman bibit, KETERANGAN

para pihak terkait

penanganan kebersihan, pemindahan/pengaturan JRL saat hujan, air menyusut.


22
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Penanganan, penjemuran dan penyimpanan rumput laut yang baik. Pengukuran kadar air, Sortasi dan penentuan level kualitas rumput laut, dan materi lainnya yang terkait. Pelatihan non teknis JRL Pemantauan perkembangan rumput laut, pengukuran bobot dan pencatatannya. Komunikasi (bisnis) yang efektif dengan pemasok bibit dan pembeli. Kewirausahaan dan motivasi usaha. Etika bisnis, misalnya menanamkan sikap untuk selalu

memegang teguh isi perjanjian atau komitmen bisnis dan disiplin memenuhinya. Monitoring kerjasama Penyiapan out phase Monitoring (business to business) antara UMKM petani rumput laut dengan pemasok dan pembeli passing Jangka waktu keberadaan dan keterlibatan Bank Indonesia dalam pemberdayaan UMKM komoditas rumput laut perlu dikomunikasikan dan dipahami dengan baik oleh semua pihak terkait. Perlu ada perencanaan yang jelas sampai kapan Bank Indonesia akan terlibat. Dengan keluarnya Bank Indonesia, diharapkan proses (bisnis) rumput laut tetap berjalan lancar dan para UMKM dapat naik tingkat kemandiriannya dalam berusaha (bisnis).

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011

23

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

Halaman ini sengaja dikosongkan

24

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai