Anda di halaman 1dari 4

Ide

Edisi II Agustus 2012

Mengenal Islam Jawa Lewat Kaca Mata Geertz


Oleh: Subhan Porno Aji, S.IP
Geertz gagal untuk menangkap situasi aslinya sejak awal, salah memahami saat melangkah dan salah menafsirkan pada akhirnya) [Muhaimin, A.G., 2004. The Islamic Tradition of Cirebon: Ibadat and Adat Among Javanese Seperti apa yang dikatakan Pak Pujo Semedi (2002), antropolog UGM, bahwa kerja ilmu-ilmu sosial dan humaniora adalah memberi konteks pada pengalaman manusia. Tujuannya agar pengalaman manusia yang sifatnya subjektif itu menjadi objektif dan dapat dipahami orang. Lihat saja sering satu tema diulas berkali-kali oleh banyak peneliti, tetapi hasilnya bisa berbedabeda dan dengan keunikan masing-masing. Sebab, setiap peneliti memiliki cara pandang, perspektif dan pendekatan yang berbeda-beda. Hasilnya ilmu sosial dan humanora berkembang terus tanpa kehabisan objek kajian. Clifford Geertz pada awal tahun 1950an melakukan studi etnografis di Pare, sebuah kota kecil di Kediri yang disamarkan menjadi Modjokuto. Geertz dalam Religion of Java membagi kepercayaan orang Jawa menjadi tiga varian. Hasil penelitian Geertz inilah yang melahirkan persepsi tentang trikotomi dan dikotomi tipe kebudayaan masyarakat Jawa: varian agama abangan, santri dan priyayi. Di samping itu, Geertz juga

mendedahkan inti struktur sosial di Jawa yaitu desa, pasar dan birokrasi-pemerintah, yang ketiganya dimaknai lebih luas daripada makna sehari-hari. Ketiga inti struktur sosial di Jawa tersebut berperan sebagai medan sosial dari ketiga varian agama dan ideologi masyarakat yang mengisi ceruk inti sosial itu di atas.

Berita Bale
Ba le Adarma Kedatangan Tamu dari Kopindo dan Kopma Se-Jawa Tengah
"Abangan, yang mewakili suatu titik berat pada aspek animistis dari sinkretisme Jawa yang melingkupi semuanya, dan secara halus dihubungkan dengan elemen petani; santri, yang mewakili suatu titik berat pada aspek Islam dari sinkretisme itu dan umumnya dihubungkan dengan elemen dagang (dan kepada elemen tertentu dikalangan tani juga); dan priyayi, yang menekankan pada aspek-aspek Hindu dan dihubungkan dengan elemen birokratik..."(Geertz, 1989:8). Purwokerto Sabtu (4/8/2012) malam Bale A d a r m a kedatangan rombongan dari pengurus Kopindo dan Kopma SeJ a w a Te n g a h . R o m b o n g a n Kopma berasal dari UNS, UMS, UMM, IAIN Surakarta, Undip, UMP, STAIN Purwokerto dan tentunya Kopkun. Kedatangan rombongan berbarengan dengan agenda buka bersama yang sebelumnya diselenggarakan di Rumah Makan Asiatic Purwokerto. Bale Adarma diagendakan sebagai salah satu tempat kunjungan oleh rombongan Kopindo dan Kopma Se-Jawa Tengah untuk mengenalkan organisasi yang selain koperasi namun juga masih relevan dengan gerakan koperasi. Selain Bale Adarma, rombongan juga melakukan kunjungan ke Kopkun, Boersa Kampus, KPRI Neu Banyumas, KPRSI SiSehat Margono. Karena memang orang-orang di Bale Adarma juga ada beberapa yang aktif dalam gerakan koperasi, jadi Bale Adarma juga menjadikan koperasi sebagai salah satu tools program pemberdayaannya, jelas Dodi, direktur Bale Adarma saat mengenalkan lembaga kepada rombongan. Dalam kunjungan tersebut Kopindo mensosialisasikan beberapa program kerja terdekat kepada para pengurus Kopma Se-Jawa Tengah, di a ntaranya targetan dalam proses kaderisasi di Kopindo yang kemudian dilanjutkan diskusi ringan tentang perkoperasian dan gerakan sosial. Kita tentu senang dilibatkan dalam gerakan koperasi secara langsung seperti ini, karena memang secara tidak langsung gerakan yang dilakukan Kopindo dan kawankawan juga sejalan dengan cita-cita Bale Adarma, ujar Wildan, manager kajian dan SDM. Acara diakhiri dengan melakukan foto bersama antara Bale Adarma dengan para pengurus Kopindo, dan Kopma Se-Jawa Tengah. Bravo Koperasi! [Aris]

Dari pandangan Geertz di atas, yang disebut Islam yang otentik adalah "Islam santri". Sedangkan "Islam priyayi" dan "Islam abangan" mengandung unsurunsur sinkretisme dan ajaran heterodoks yang mengarah kepada syirik yang paling dilarang dalam Islam. Inilah agaknya yang melatar-belakangi timbulnya gerakan untuk menegakkan syari'ah Islam dalam arena politik. Di bagian lain Geertz menguatkan pendapat bahwa Islam yang ada di Jawa adalah "Islam sinkretis". Geertz (1989:169), menggambarkan kondisi Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, dengan mengutip sedikit dari pernyataan Hurgronje, sebagai berikut : orang Indonesia, menyerah dalam sikap murni formal dalam penghormatan terhadap lembagalembaga yang diperintahkan Allah, yang dimana-mana diterima dengan tulus dalam teori tetapi dilaksanakan secara menyimpang dalam praktek.Praktik Budis memperoleh nama-nama Arab, Raja-raja Hindu mengalami perubahan gelar untuk menjadi sultan-sultan Islam, dan orang awam menyebut beberapa roh hutan mereka dengan jin; tetapi sedikit sekali perubahan lainnya.

Menurutnya, hal tersebut karena Islam yang dianut oleh masyarakat Jawa setidak-tidaknya sampai belum lama berselang, mudah menyesuaikan diri, bersifat tentatif, sinkretik dan, yang paling penting, beraneka ragam (Geertz, 1982:17). Hal ini karena Islam di Jawa, terpaksa harus berkompromi dengan tradisi Hindu-Buddha yang sangat mapan di Jawa, sehingga, ia hanya menimbulkan kontras minimal pada campuran animisme-dinamisme, Hinduisme dan Budisme yang telah memesona orang Jawa pada umumnya (Benda, 1985). Beberapa sarjana juga m e m p u n y a i pandangan yang sama mengenai karakter Islam di Jawa yang sinkretik, seperti yang dikemukakan oleh Andrew Beatty (1999) dan Niels Mulder (1999) untuk menyebut beberapa nama saja. Oleh karena itu, para sarjana yang mengatakan corak I s l a m d i Indonesia lebih bercorak sinkretik digolongkan dalam penganut paradigma Islam sinkretik Studi Geertz banyak mendapat kritik dari para sarjana, baik sarjana asal Indonesia sendiri maupun sarjana dari luar Indonesia, diantaranya adalah Parsudi Suparlan, Harsya Bachtiar dan Mark R. Woodward. Tetapi Woodwardlah yang paling keras menentang pendapat Geertz. Woorward dengan metode "struktural-aksiomatik"nya mempunyai pandangan lain. Ia mengintrodusir istilah "Islam Jawa". Menurut pendapatnya, Islam Jawa mempunyai keunikan tersendiri dan merupakan tradisi intelektual dan spiritual yang paling dinamis dan kreatif yang memberikan sumbangan yang besar terhadap pemikiran Islam. Tapi Islam Jawa ini

adalah salah satu varian dari tradisi mistik Islam, yaitu sufisme atau tasawuf. Walaupun demikian, Islam Jawa juga telah mengakomodasi aliran Islam fiqih. Islam Jawa adalah hasil penaklukan Islam terhadap agama dan budaya sebelumnya, termasuk Budha, Hindu dan kepercayaan tradisional yang pada pokoknya adalah animisme dan dinamisme. Lebih lanjut Woodward (1999 Pandangan Woodward mewakili apa yang disebut Islam akulturatif. Setidaknya studi-studi yang dilakukan oleh A.G. Muhaimin, Abdul Munir Mulkhan (1989) dan Nur Syam (2005), untuk menyebut beberapa nama saja, menyangkal bahwa Islam yang ada di Indonesia bercorak sinkretis. Dua paradigma keilmuan di atas sebetulnya berpangkal dari pertanyaan apakah proses yang terjadi di Jawa adalah Jawanisasi Islam ataukah Islamisasi Jawa?. Tanpa bermaksud menyederhanakan persoalan setidaknya penulis sependapat dengan pandangan para sarjana aliran Islam akulturatif bahwa sulit dibantah, sebagaimana pendapat Woodward dalam menjawab pertanyaan Hodgson, Islam begitu sempurna merasuk dalam struktur kebudayaan Jawa, sampaisampai Islam : merupakan kekuatan dominan di dalam ritus-ritus dan kepercayaan-kepercayaan orangorang Jawa Tengah, dan bahwa ia turut membentuk karakter interaksi sosial dan kehidupan sehari-hari seluruh lapisan masyarakat Jawa(Woodward, 1999:4).

Sudut Bale

Ngabuburit Ala Bale Adarma Ngabuburit Ala Bale Adarma


Mengisi Bulan Ramadhan Bale Adarma membuat beberapa kajian rutin mingguan. Berbeda dengan waktu sebelumnya yang selalu diadakan malam hari, kajian di bulan puasa ini sengaja diadakan sore hari. Sekalian biar ngabuburit juga, ujar Wildan sebagai manager kajian dan SDM. Dalam beberapa minggu ini, Bale Adarma sudah menyelenggarakan tiga kajian yang berbeda. Pertama, tanggal 23 Juli 2012 mengkaji Gerakan Interlektual Kiri 1920-1998 yang difasilitasi oleh Ferry Hidayat, mahasiswa Ilmu Politik yang juga sedang melakukan penelitian perkembangan gerakan kiri pasca Orde Baru. Sebenarnya tidak ada distingsi antara gerakan dan intelektual dalam Marxis ujar Ferry membuka diskusi. Diskusi menjadi menarik saat Ferry mulai mempreteli tokoh-tokoh yang dicap kiri pada jaman sebelum 65. Dia menjelaskan tokohtokoh dulu tidak begitu ketat dalam filsafat Marxisnya. Banyak peserta yang 'protes' dengan statement dari Ferry dan memberikan argument-argumen penolakannya. Kajian selanjutnya, yang dilaksanakan tanggal 30 Juli 2012, membedah pemikiran Max Weber. Pembicara Firdaus Putera, alumnis sosiologi Unsoed. Firdaus menjelaskan, Weber melakukan riset di sekte Calvin. Di sana ada ajaran tentang manusia terpilih atau yang terberkati Tuhan. Salah satu tanda yang terpilih bila ia sejahtera dalam hidupnya. Agar sejahtera dan jadi yang terpilih, orang kemudian harus bekerja keras, gemar menabung, hemat dan hidup sederhana. Dengan sikap hidup seperti itu, orang akhirnya bias memupuk modal. Modal itu kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha. Alhasil usaha mereka jadinya besar dan terus berkembang. Itulah yang kemudian Weber bilang hubungan etika Protestan dan semangat kapitalisme, ujar Firdaus. Kajian kedua ini juga tetap menarik dan s e g a r, k a r e n a s e s e k a l i p e m b i c a r a mengkontekskan pemikiran Weber dengan kondisi hari ini. Diskusi terakhir yaitu bedah Cliffordz Geertz tentang the religion of java. Pembicaranya kali ini Subhan Pormo Aji, alumni Ilmu Politik Unsoed. Walaupun peserta yang hadir tidak begitu banyak seperti dua kajian sebelumnya, diskusi tetap berjalan asyik. Daripada ga produktif, kita bikin waktu ngabuburit dengan berbagi pengetahuan aja. Insyaalloh setelah Ramadhan pun kajian seperti ini akan tetap dilaksanakan, mungkin dengan beberapa isu yang lebih variatif, tutup Aris, staf Bale Adarma saat ditanya komentar tentang kegiatan tersebut.

Redaktur Pelaksana: Syahid Muttahari |Kontributor: Subhan Layouter: Sucipto | Reporter: Agnes, Ana Diana Distributor: Ryan Rickianto, Firman, Aris Alamat Redaksi: Jalan Jatisari No. 5 Purwokerto Utara Banyumas, Indonesia www.adarma.org

Anda mungkin juga menyukai