Anda di halaman 1dari 8

ALTERNARIF PENDIDIKAN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Latar Belakang Fakta dan realitasnya, masyarakat memiliki banyak pengalaman, tekun, ulet, kreatif, inovatif dan juga memiliki kemampuan mengelola untuk menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan komunitasnya. Namun dengan adanya campur tangan dari pihak-pihak yang cenderung untuk meraih keuntungan dengan mengatasnamakan masyarakat, dan adanya penerapan programprogram yang bersifat project oriented serta mengabaikan unsur pendidikan dalamnya, maka akan terjadi perubahan perilaku di tingkat masyarakat. Masyarakat tidak lagi menguri-uri (mempertahankan dan mengembangkan) kearifan local yang dimiliki melainkan justru menjadi sangat tergantung dengan pihak lain. Program-program yang hanya berorientasi kepada proyek pada umumnya tidak direncanakan bersama masyarakat dan bahkan mengabaikan peran serta masyarakat didalamnya. Sehingga pada tataran implementasinya banyak proyek-proyek yang tidak tepat sasaran atau dengan kata lain tidak sesuai dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Berbagai jenis program pengembangan masyarakat yang tidak direncanakan bersama masyarakat apapun alasannya adalah identik dengan penindasan dan tidak manusiawi (dehumanisasi). Program-program yang demikian sama sekali tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk menyampaikan pendapat, mengungkapkan permasalahan yang dialami, menganalisis, merencanakan kegiatan yang akan dilakukan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ikhtiar untuk pengembangan program-program yang bertujuan untuk memanusiakan kembali manusia (humanisasi) mutlak harus dilakukan. World Education Lembaga Swadaya Masyarakat (International NGO), yang berpusat di Boston-USA Alamat Kantor Jl. Tebet Dalam IVD/5A, Jakarta Selatan 12810 Tel : 62-21-8297228 Fax : 62-21 8307591 E-mail : weindo@indo.net.id Visi Pendidikan untuk semua Misi Memberi kesempatan belajar bagi masyarakat yang tidak berkesempatan untuk belajar dan bekerjasama mengembangkan komunitasnya di berbagai sektor.
Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

Kerjasama World Education bekerjasama dengan pemerintah di pusat, provinsi, dan di daerah, dengan LSM-LSM local dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mengembangkan pembangunan yang berbasis pada masyarakat. Fokus Kegiatan Dalam menentukan kegiatan World Education selalu mengacu pada hasil assessment yang dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat untuk menentukan prioritas persoalan dan dipergunakan sebagai media belajar. WE menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa (POD) untuk memberi ruang bagi semua pihak untuk mengembangkan program. Salah satu contohnya adalah pendekatan Sekolah Lapangan (SL) adalah pendekatan proses belajar dengan menggunakan metodologi non-formal education and experiental learning method secara partisipatif. Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman World Education dalam mengembangkan program bersama petani dan masyarakat pedesaan dengan pendekatan Sekolah Lapangan Petani. Sekolah Lapangan Petani Sekolah Lapangan Petani (SLP), merupakan sebuah pendekatan dalam rangka mengimplentasikan program-program bersama masyarakat. SLP memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta untuk berinteraksi dengan peserta yang lain, saling bertukar pengalaman, menyampaikan pendapat, menganalisis setiap persoalan yang dihadapi, mengambil kesimpulan dan selanjutnya berani mengambil tindakan dalam rangka menyelesaikan persoalan bersama. SLP memiliki proses belajar yang tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah formal yang mana SLP juga memiliki kurikulum sebagai acuan belajar. Hanya saja kurikulum pada sekolah formal berdasarkan acuan kurikulum tahun-tahun sebelumnya atau dengan kata lain dirumuskan dari pusat. Sedangkan kurikulum yang dipergunakan pada SLP merupakan hasil rumusan bersama antara fasilitator dengan peserta yang tentu saja berdasarkan prioritas persoalan yang sedang dihadapi oleh peserta. Berikut ini adalah contoh kegiatan pelaksanaan SLP di Desa Sungai Cabang dan Desa Teluk Pulai:

Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

Proyek Nama proyek yaitu Perlindungan Habitat Orangutan Dalam Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. World Education memulai proyek sejak tahun 2004 dan bekerjasama dengan Orangutan Foundation International (OFI) dan Balai Taman Nasional Tanjung Puting (BTNTP). Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), berada di propinsi Kalimantan Tengah, luasnya 4016 km2. TNTP selain merupakan salah satu kawasan lindung hutan tropis dan rawa gambut terbesar di Asia Tenggara, juga dikenal secara internasional karena perintisan dalam penelitian dan rehabilitasi orangutan yang dimulai di daerah ini pada tahun 1971. TNTP ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa sejak 1937 (oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda), wilayah ini dicanangkan sebagai Cagar Biosfir (Biosphere Reserve) oleh UNESCO pada tahun 1981 dan diberi status sebagai Taman Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1984, dengan total luas wilayah 315,040 hektar. Kemudian pada tahun 1996, batas-batas taman nasional diperluas sampai luasnya yang sekarang; namun masih ada ketidakpastian tentang demarkasi batas yang sesungguhnya, baik bata-batas luarnya, maupun status dan batas beberapa desa yang berada di dalam taman nasional diantaranya seperti Desa Teluk Pulai dan Desa Sungai Cabang. Tujuan proyek untuk membantu masyarakat pinggiran hutan dalam membangun ekonomi alternatif agar memiliki sumber pendapatan yang berkelanjuta.

Menentukan Prioritas Permasalahan/ Training Ned Assessment Hal yang tersulit dalam membangun proses belajar bersama masyarakat adalah pada kegiatan untuk menentukan skala prioritas permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Mengapa demikian? Apabila kegiatan penentuan skala prioritas dilakukan secara partisipatif dan mendapat pengakuan oleh masyarakat maka kurikulum dalam SLP benar-benar membantu menyelesaikan permasalahan masyarakat dan berdampak luas serta bermanfaat bagi orang banyak. Dengan demikian pada saat kegiatan SLP selesai maka alumni SLP bisa menjadi ahli dan bisa menjadi manager dalam keluarganya dan juga bisa menjadi motivator bagi petani-petani disekitarnya. Namun sebaliknya, apabila penentuan skala prioritas permasalahan dilakukan dengan cara-cara serampangan maka SLP memiliki dampak sebaliknya yaitu; peserta tidak merasa terbantu dan bahkan peserta merasa rugi dengan infestasi waktu untuk belajar. Assessment Kegiatan assessment mutlak harus dilakukan guna mendapatkan data-data dari masyarakat baik yang berupa potensi maupun permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Pada dasarnya dalam kehidupan bermasyarakat penuh dengan permasalahan. Oleh karena itu melalui kegiatan assessment dapat dirumuskan prioritas.permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Beberapa metode yang bisa digunakan untuk melakukan kegiatan assessment antara lain: Participatory Rural Appraisal (PRA) atau juga bisa menggunakan risert aksi. Namun apapun metode yang digunakan sebaiknya tidak meninggalkan tahapan-tahapan minimal sebagai berikut:
Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

a. Membentuk Tim, sebelum melakukan kegiatan assessment sebaiknya diawali dengan pembentukan tim. Dengan adanya tim maka data-data maupun informasi dari masyarakat dapat terekam dengan baik. Adapun komposisi tim selain dari staf Wolrd Education juga melibatkan tokoh masyarakat minimal 2 orang . Contoh tim: Desa Teluk Pulai dan Desa Sungai Cabang terdiri dari 4 orang (2 staf World Education, 1 orang staf Pemda dan 1 orang staf Orangutan Foundation International) b. Koordinasi dengan pemangku kebijakan wilayah setempat utamanya dengan kepala desa atau lurah. Kegiatan ini adalah untuk membangun keakraban dan sekaligus penyampaian maksud dan tujuan memasuki wilayah atau desa tersebut. Contoh kegiatan koorinasi: Desa Teluk Pulai, kegiatan koordinasi dilakukan di kantor balai desa dan bertemu langsung dengan PJS Kepala Desa dan beberapa staf desa yang lainnya. Meskipun kepala desa dijabat oleh seorang PJS namun terkait dengan tujuan World Education ingin membangun proses belajar bersama masyarakat, kepala desa beserta staf yang lainnya sangat stuju. Desa Sungai Cabang, koordinasi dilakukan di salah satu rumah warga masyarakat bersama kepala desa dan BPD setempat. Mengingat Desa Sungai Cabang merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Tanjung Putting, maka kegiatan koordinasi sedikit mengalami hambatan karena warga desa mengira bahwa tim yang datang adalah staf Balai Taman Nasional Tanjung Puting. Namun pada akhirnya setelah mendapat penjelasan lebih lanjut maka BPD dan beberap warga desa yang lain menyetujui kegiatan yang akan dibangun bersama dengan masyarakat. c. Identifikasi data dengan cara observasi pada wilayah desa dan sekitarnya, tentunya untuk memahami potensi serta kemungkinan-kemungkinan sumber-sumber permasalahan atau interview dengan beberapa warga desa yang kebetulan anda jumpai pada saat itu. Kemudian terkait dengan data permasalahan biasanya muncul sebagai keluhan-keluhan. Contoh permasalahan yang teridentifikasi: Desa Teluk Pulai Beberapa potensi yang dimiliki oleh Desa Teluk Pulai diantaranya; lahan sangat luas, memiliki wilayah pantai (sumber ikan), sebagian besar warga desa berprofesi sebagai nelayan. Beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya: tidak semua lahan yang ada bisa ditanami tanaman pangan (belum ada varietas pasi yang cocok), wilayah desa sebagian merupakan lahan gambut dalam, pendapatan dari laut menurun, apabila pada musim pancaroba (gelombang laut besar) maka kegiatan perekonomian terhenti, dll

Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

Desa Sungai Cabang Beberapa potensi yang dimiliki Desa Sungai Cabang diantaranya; lahan sangat luas, memiliki wilayah pantai, warga masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dan sebagian kecil yang menggeluti bidang pertanian, ada komodite kopi sebagai unggulan. Beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya; lahan terbuka dan ditumbui oleh ilalang, tanaman yang cocok (kopi) tidak berproduksi dengan baik, pendapatan dari laut menurun seiring dengan rusaknya habitat pantai. d. Pertemuan dengan melibatkan warga masyarakat dalam jumlah yang agak banyak yaitu antara 25-40 orang dan usahakan peserta yang diundang adalah heterogen (laki-laki, perempuan, petani, pejabat desa dan lain sebagainya). Mulailah melakukan penggalian data secara partisipatif yaitu mengutamakan peran serta dari peserta yang hadir. Agar peserta yang hadir bisa berperan semua maka bisa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan masing-masing kelompok diajak diskusi sesuai dengan topic masing-masing. Misalnya; pemetaan wilayah, analisa waktu kerja, analisis posisi dan lain sebagainya. Contoh pertemuan Desa Teluk Pulai, pertemuan dilaksanakan di Kantor Balai Desa dan dihadiri 40 orang yang terdiri dari perangkat desa, BPD, kelompok PKK dan beberapa tokoh pemuda pelajar. Untuk mengakomudir peran serta dari warga yang hadir maka pertemuan menggunakan 4 alat penggalian data yaitu; analisis musim, keterlibatan perempuan, analisa waktu kerja, dan analisis posisi. Desa Sungai Cabang, kehadiran peserta pada pertemuan mencapai 50 orang yang terdiri dari, perangkat desa, BPD, warga dari perwakilan 4 dusun, kelompok PKK dan tokoh pemuda dan pelajar. Agar semua yang hadir bisa berperan dan bisa mengungkapkan permasalahan, maka pertemuan menggunakan 5 alat penggali data yaitu; kalender musim, peran kerja perempuan dan laki-laki, analisis waktu kerja, analisis posisi, dan peta wilayah. e. Perumusan masalah, kegiatan ini sebaiknya melibatkan beberapa warga masyarakat saja agar terjadi diskusi lebih terfokus sehingga permasalahan bisa terumuskan dengan baik. Contoh rumusan masalah Desa Teluk Pulai Ada beberapa rumusan masalah diantaranya adalah: Stok pangan warga desa selalu mengalami kekurangan karena bibit padi yang ditanam banyak yang mati sehingga gagal panen
Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

Pendapatan warga dari sektor nelayan berkurang karena sering terjadi gelombang besar serta rusaknya habitat pantai

Desa Sungai Cabang Beberapa rumusan masalah diantaranya: Sebagian besar lahan yang ada ditumbuhi ilalang, akibatnya lahan yang dikelola oleh warga desa relatif sedikit sehingga upaya pengelolaan kebun untuk meningkatkan pendapatan terhambat. Pendapatan warga masyarakat dari komodite kopi berkurang karena tanaman kopi tidak terawat dan banyak yang mati (sudah tua) Pendapatan warga dari sektor laut sangat rendah karena terjadinya perubahan musim yang tidak menentu dan rusaknya habitat pantai. f. Pertemuan dengan warga masyarakat untuk menyampaikan hasil rumusan permasalahan yang telah dirmuskan oleh tim. Kemudian minta forum untuk memperioritaskan persoalan yang akan dipergunakan sebagai media belajar dalam waktu dekat. Apabila pada pertemuan tersebut dicapai kata sepakat tentang prioritas permasalahan maka kemudian ajaklah peserta untuk merumuskan kurikulum SLP. Namun apabila waktunya tidak cukup maka ajak peserta untuk menyepakati waktu untuk melanjutkannya. Contoh permasalahan yang diprioritaskan oleh warga desa: Desa Teluk Pulai Melalui pemberian nilai terhadap beberapa rumusan permasalahan yang ada ternyata warga desa memilih untuk mencukupi kebutuhan pangan masing-masing keluarga melalui perbaikan budidaya tanaman padi pada lahan gambut. Adapun pertimbangannya yaitu; lahan tersedia, petani sudah bisa mengolah lahan, beaya murah, bisa segera dilaksanakan dan memberikan manfaat bagi orang banyak. Desa Sungai Cabang Warga desa lebih memilih untuk mengatasi permasalahan rumput ilalang dengan membangun kebun campuran yang terdiri dari beberapa jenis komodite daintaranya; tanaman musiman (sayuran, cabai dll), tanaman tahunan (pisang) dan tanaman utama (kopi). Dasar pertimbangan warga desa dalam memilih yaitu; warga sudah memiliki pengalaman menanam kopi, tanaman musiman dapat dipergunakan sebagai pendapatan harian dan tanaman pisang bisa mengendalikan rumput ilalang dan bisa panen berkelanjutan. g. Setelah kurikulum terumuskan maka atur jadwal belajar sesuai dengan tahapan-tahapan pembahasan topic atau materi belajar. Usahakan setiap pembahasan materi harus ada media yang bisa dipergunakan untuk mendukung proses belajar, karena warga masyarakat biasanya lebih suka melihat barang bukti dari pada sekadar teori. Ingat bahwa peserta SLP ratarata merupakan orang dewasa yang sudah barang tentu dalam kesehariannya terbebani oleh upaya-upaya pemenuhan
Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

ekonomi keluarganya. Maka proses kegiatan dalam SLP akan lebih baik apabila memberikan porsi lebih terhadap kegiatan praktek, ujicoba-ujicoba dalam rangka pembuktian materi pembahasan. Pelaksanaan Proses pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapangan sangat fleksibel dan menyesesuaikan dengan kesiapan warga serta mengacu pada sup-sup pokok bahasan yang sudah disusun sebelumnya. Contoh proses pelaksanaan Sekolah Lapangan di Desa Teluk Pulai dan Desa Sungai Cabang sebagai berikut: Desa Teluk Pulai Pada hari pertama peserta diajak untuk mengerjakan ujian sebagai tes awal untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Adapun media ujiannya merupakan contoh serangga, tanaman yang mati karena penyakit, dan tanaman yang keracunan pirit dari lahan gambut dan contoh-contoh lainnya. Berawal dari hasil ujian awal tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi fasilitator untuk memberikan penekanan-penekanan khusus sehingga pada akhirnya peserta dapat memahami serta dapat mengatasinya. Desa Sungai Cabang Pada hari pertama hal serupa juga dilakukan untuk peserta di Desa Sungai Cabang, namun dalam hal ujian materinya berbeda. Contohnya; ada soal ujian yang menunjukan perbedaan antara pertumbuhan rumput ilalang yang tumbuh didekat tanaman pisang dan yang tanpa naungan tanaman pisang, tanaman cabai yang terserang penyakit, tunas air pada tanaman kopi, tanaman kopi yang kondisinya kurang baik pada lahan gambut dan lain-lainnya. Demikian selanjutnya hasil ujian disimpan untuk pembanding dengan hasil ujian setelah peserta mengikuti proses selama satu utaran. Kegiatan Penunjang Selain berproses dalam kegiatan Sekolah Lapangan, peserta juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan serta pengetahuanya melalui beberapa kegiatan penunjang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ujicoba-ujicoba khusus terhadap permasalahan teknis yang perlu diselesaikan. Contohnya ujicoba siklus hidup hama uret dan cara pengendaliannya, ujicoba varietas padi pada lahan gambut, ujicoba pengendalian gulma dengan tanaman mokuna, dll. 2. Training khusus (teknologi tepat guna), contohnya penggunaan hand traktor pada lahan gambut, perontokan padi dengan pedal treser, dll 3. Kunjungan belajar ke wilayah lain, contohnya peserta belajar dari Desa Teluk Pulai dan Desa Sungai Cabang melakukan kunjungan belajar ke wilayah sentra kelapa yaitu di Desa Besawang, Kabupaten Seruyan Hilir. Dll 4. Penguatan organisasi masyarakat, contohnya kaum perempuan di Desa Sungai Cabang setelah mengikuti pelatihan dinamika kelompok kemudian membentuk koperasi untuk mengatasi persoalan kesulitan sembakau di desanya. Dan dalam hal

Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

ini koperasi perempuan ini mampu membangun jaringan pasar produk-produk pertanian yang dihasilkan. 5. Penyusunan perencanaan desa, setelah mengikuti pelatihan tentang perencanaan desa maka terlahir beberapa petani kader di Desa Sungai Cabang dan Desa Teluk Pulai yang keberadaan kader-kader tersebut mampu berkonstribusi dalam penyusunan perencanaan di desa. Dengan demikian prioritas pembangunan desa dapat didorong dan dikawal sampai dengan forum SKPD. 6. Pertemuan multi pihak, semula terjadi jarak antara pemerentah daerah dengan masyarakat karena bagi masyarakat bertemu dengan pejabat daerah merupakan pengalaman yang mustahil. Namun dengan adanya pertemuan multi pihak perwakilan dari masyarakat bisa bertemu dan berkomunikasi langsung dengan pejabat daerah dengan menggunakan hasil perencanaan desa sebagai tali perekatnya. Proses Yang Berlanjut Kegiatan World Education bersama masyarakat biasanya dimulai dari permasalahanpermasalahan yang kecil, misalkan permasalahan hama tanaman, penyakit tanaman, budidaya tanaman dan permasalahan-permasalahan teknis yang lainnya. Kegiatan semacam ini penting dilakukan karena selain memecahkan persoalan yang ada, juga mengajak peserta untuk melihat segala permasalahan dari berbagai aspek. Dengan demikian wawasan peserta bisa berkembang dan meningkat kemampuan analisisnya. Selanjutnya peserta juga bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang lebih komplek seperti kasus sengketa lahan dan lain sebagainya. Oleh karena itu kegiatan evaluasi pada akhir SLP perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kurikulum belajar bisa dijalankan dan apakah peserta belajar telah mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama ini. Kemudian ajak peserta belajar untuk membuat rencana kegiatan terhadap persoalan-persoalan yang belum terselesaikan maupun permasalahan yang lebih komplek. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut: Produksi pisang di Desa Sungai Cabang banyak yang membusuk karena pasar tidak mampu menyerapnya. Namun berkat keberlanjutan proses maka akhirnya sebuah LSM internasional yang bergerak dibidang konservasi orangutan yaitu Orangutan Foundation International (OFI) mau membeli produksi pisang dari Desa Sungai Cabang secara berkala yaitu 7 ton dalam waktu seminggu. Contoh lainnya yaitu program mampu menjebatani penyelesaian konflik tatabatas antara Desa Sungai Cabang dan Desa Teluk Pulai dengan Balai Taman Nasional Tanjung Puting (BTNTP). Referensi: External Evaluation Report, by Lerry Fisher and Elya Moeliono, 2005 World Education Quarterly Report, period: October 2003, to February, 2006 World Education Quarterly Repot, period: October December ,2009 World Education Quarterly Report, period: January-Marech, 2010

Makalah Alternatif Pendidikan Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Disampaikan Pada Seminar Teaching Vulnerable Youth in Unconventional Settings, Jkt 14 Maret 2012 di Jakarta. Oleh Sutoyo World Education

Anda mungkin juga menyukai