Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan Makna Penting Pembangunan Karakter Bangsa. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang harus menjiwai semua bidang

pembangunan. Salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pembangunan karakter bangsa (PKB). Ada beberapa alasan mendasar yang melatarbelakangi pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis,

normatif, historis maupun sosio-kultural. Secara filosofis, PKB merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, PKB merupakan upaya mengejawantahkan ideologi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, PKB merupakan wujud nyata langkah untuk mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, PKB merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosio-kultural, PKB merupakan merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultural.

2.

Jelaskan Peranan Negara Dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional yang mencakup potensi-potensi keunggulan bangsa karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa (1) karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya,pembangunan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan NKRI dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat. Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral,dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk generasi muda, lembaga profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat.

3.

Jelaskan Peranan Rumah Tangga (Keluarga) Dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Rumah adalah tempat pendidikan pertama dilangsungkan. Artinya, pendidikan yang dilakukan oleh keluarga akan membentuk karakter seorang anak pada masa awal pertumbuhannya. Maka, pendidikan oleh orangtua dan anggota keluarga yang lain menjadi sangat urgen untuk diindahkan agar anak tidak terpengaruh lingkungan luar yang berbahaya. Perkembangan intelektual dan emosional anak dimulai pada masa-masa dini. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips bahwa keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Hamka Abdul Aziz: 2011) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang. Keluarga adalah wahana pertama dan utama bagi pewaris peradaban dan budaya. Dalam keluargalah, nilainilai moral mulai ditanamkan kepada anak-anak. Nilai-nilai yang ditanam sejak dini itulah nantinya menjadi bagian tak terpisahkan dari diri anak-anak sepanjang hidupnya yang akan membantuk karakter mereka menjadi generasi muda mandiri dan bermartabat. Semua kepribadian dan karakter bangsa, terbangun dari keluarga sebagai unit pendidikan pertama yang mampu menanamkan dasar kepribadian seperti kejujuran, solidaritas, kecerdasan, dan karakter positif lainnya, Keluarga merupakan pilar bangsa yang harus dipersiapkan dengan baik. Karena keluarga memiliki peranan yang sentral dalam pembentukan karakter bangsa. Dengan mempersiapkan pilar bangsa ini dengan baik, maka dapat menyelesaikan segala persoalan berbangsa dan bernegara di Tanah Air.

4.

Jelaskan Peranan Lembaga Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa. Pendidikan karakter melalui sekolah tidak semata-mata merupakan pembelajaran pengetahuan, tapi lebih dari itu, adalah penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Artinya, undang-undang menghendaki agar pendidikan sungguh-sungguh mampu membekali anak didik dengan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Ratna Megawangi, salah satu pencetus pendidikan karakter di Indonesia, menyebutkan Guru memegang peran penting bagi pendidikan budi pekerti demi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang, selanjutnya ia nebyebutkan ada sembilan pilar nilai karakter yang layak ditanamkan oleh Guru kepada anak ketika mengenyam di dunia pendidikan. (1) Cinta Tuhan dan kebenaran, (2) Tanggung jawab, kedisiplinan dan mandiri, (3) Amanah, (4) Hormat dan santun, (5) Kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama, (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (7) Keadilan dan kepemimpinan, (8) Baik dan rendah hati, serta (9) Toleransi dan cinta damai. Kesembilan nilai karakter ini harus sudah mulai ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Sehingga, anak-anak menjadi terbiasa mempraktikkannya ketika dewasa nanti.

5.

Jelaskan Peranan Agama Dalam Membangun Karakter Bangsa. Membentuk karakter individu bermula dari pemahaman tentang diri sebagai manusia, potensi positif dan negatifnya serta tujuan kehadirannya di pentas bumi ini. Selanjutnya karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius, berKetuhan Yang Maha Esa, maka tentu saja pemahaman tentang tentang hal-hal tersebut harus bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa / ajaran agama. Praktek ibadah yang ditetapkan agama bukan saja cara untuk meraih karakter yang baik, tetapi juga cara untuk memelihara karakter itu dari aneka pengaruh negatif yang bersumber dari dalam diri manusia dan dari lingkungan luarnya, sekaligus ia adalah cara untuk mendaki menuju puncak karakter terbaik, yang dalam ajaran Islam adalah upaya untuk meneladani sifat-sifat Tuhan yang tidak terbatas itu. Karena itu ibadah harus terus berlanjut hingga akhir hayat, dan karena itu pula pembentukan karakter adalah suatu proses tanpa henti. Karakter terpuji

merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia berkaitan sangat erat dengan kalbu. Bisa saja seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memiliki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa juga seseorang yang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya amat terpuji. "Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh (kegiatan) jasad dan kalau buruk, buruk pula seluruh (kegiatan) jasad. Gumpalan itu adalah hati. Memang ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman, ia hanya mampu mengukuhkannya, dan karena itu pula mengasuh kalbu sambil mengasah nalar, memperkukuh karakter seseorang.

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Muslim. Dinamika Demokrasi, Globalisasi dan Negara Bangsa: Sebuah Pengantar, dalam diskusi Akademi Demokrasi, Kepemimpinan dan Kebangsaan. 2012. Hague, Rod. Political Science: A Comparative Introduction. New York: Worth Publishers. 1998. Hanneman, Samuel. Genealogi Kekuasaan Ilmu Sosial Indonesia Dari Kolonialisme Belanda Hingga Modernisme Amerika. Depok: Kepik Ungu, 2010. Joesoef, Daoed. Pembangunan Pendekatan Budaya. Kompas. 30 April 2012. Muhammad. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Nugroho, Heru. Negara, Universitas dan Banalitas Intelektual: Sebuah Refleksi Kritis Dari Dalam. Pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 14 Februari 2012. Santoso, Purwo. 2011. Ilmu Sosial Transformatif. Pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 19 April 2012. Sukarno. Ilmu dan Amal, Pidato gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 19 September 1951. Tilaar, H.A.R. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai