Anda di halaman 1dari 2

Nama Zarathustra atau dieja sebagai Zara-utra dalam bahasa Avesta, kemungkinan besar merupakan sebuah kata majemuk

bahuvrihi dan terdiri dari kata zarta- "lemah, tua" dan utra "unta".[3] Jadi dapat dikatakan bahwa Zarathustra itu: "Ia yang memiliki unta-unta tua".[3] Namun, kata pertama kadang-kadang juga diartikan sebagai "kuning" atau "emas" (sesuai bahasa Parsi modern zrd) sehingga artinya menjadi "Ia yang memiliki unta berwarna keemasan".[3] Ahura Mazda sendiri secara etimologis berarti: Ahura (Tuhan) dan Mazda (kebijaksanaan).[3]

Latar Belakang
Sebelum Zarathustra lahir, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran, seperti politeisme, paganisme, dan animisme.[4] Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan.[4] Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan melakukan berbagai mujizat.[3] Zarathustra berusaha memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewadewa yang berkembang di Persia.[4] Pada umur 30 tahun, Zarathustra mendapatkan sebuah penglihatan.[2] Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda, Sang Terang.[2] Sejak perjumpaannya itu Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda.[2]

Ajaran-ajaran
Dasar ajaran dari Zarathustra adalah monotheisme, yaitu menyembah hanya satu Tuhan, Ahura Mazda.[4] Angra Mainyu, yang merupakan Sang Kegelapan dan lawan dari Ahura Mazda, adalah pengingkaran Tuhan.[5] Ajaran Zarthustra juga membenarkan adanya makhluk-makhluk suci yang bersifat pengasih yang membantu perjuangannya.[4] Akan tetapi setelah Zarathustra meninggal, kepercayaan kepada makhluk-makhluk suci tersebut diubah menjadi konsepsi kedewataan yang dihubungkan dengan penciptaan alam, yang terdiri dari enam tingkat penciptaan benda-benda alam, yaitu:[4]

Asha Vahista sebagai dewa tata tertib dan kebenaran yang indah dan sering digambarkan sebagai dewa yang menguasai api; Vohu Manah sebagai dewa hati nurani baik (God mind) dan sering digambarkan sebagai sapi jantan; Keshatra Vairya sebagai dewa pencinta dan penguasa segala logam; Spenta Armaity sebagai dewa ibadah yang penuh kasih dan penguasa bumi dan tanah; Haurvatat adalah sebagai kebulatan dan kekuasaan serta penguasa air dan tumbuhtumbuhan; Amertat, sama seperti Haurvatat, sebagai dewa kebulatan dan kekuasaan serta penguasa air dan tumbuh-tumbuhan.[4]

Segala bentuk ajarannya dituangkan dalam sebuah kitab yang disebut Gathas dan Avesta

Simbol
Simbol yang mencirikan Sang Terang atau dewa kebaikan ini, adalah Ahura Mazda, yang disebut api, lambang dewa.[1] Simbol lainnya yaitu simbol yang menggambarkan Ahura Mazda, yang disebut farohar, yang memiliki sepasang sayap, ekor, dan sepasang kaki.[3] Sosok pria berada di tengah-tengah sepasang sayap, yang berjenggot, memakai jubah, dan memegang sebuah cincing di tangan kirinya.[3]

Anda mungkin juga menyukai