Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat Ijuk Aren Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui kalau serat ini sangatlah istimewa dibandingkan serta alam lainnya. Serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memiliki banyak keistimewaan diantaranya : a. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih. Fakta ini ditemukan manakala ditemukannya benda purbakala yang diperkirakan peninggalan abad ke 8 yang telah dipublikasikan dikoran kompas edisi Jumat 24 Juli 2009. yang isinya, ditemukan pasak pasak kayu yang lapuk tetapi tali pengikat yang terbuat dari ijuk bewarna hitam masih relatif kuat. Kutipan penemuan diatas jelas membuktikan bawah serat ijuk aren mampu bertahan hingga ribuan tahun lebih dan tidak mudah terurai. b. Tahan terhadap asam dan garam air laut. Serat ijuk merupakan salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah satu bentuk pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk yang telah digunakan oleh nenek moyang kita untuk pengikat berbagai peralatan nelayan dilaut. c. Mencegah penembusan Rayap tanah Hasil penelitian lembaga penelitian Universitas Hasanuddin yang telah dipublikasikan di alamat : Jurnal Penelitian Vol.2 No.1 Januari 2006

Universitas Sumatera Utara

Serat ijuk dari pohon aren sering digunakan sebagai bahan pembungkus pangkal kayu kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk memperlambat pelapukan kayu dan mencegah serangan rayap. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air dan sulit dicerna oleh organisme perusak. Pada penelitian itu telah dilakukan kajian terhadap struktur, sifat fisis dan efektifitas ijuk aren dan dari hasil analisis dan kajian ternyata serat ijuk aran berbeda dengan serat kaya, karena serat ijuk tidak memiliki dinding dan luman sel, tetapi merupakan suatu zat yang utuh (solid). Hasil penelitian dan pengujian dilapangan selama 6 bulan memberikan indikasi bahwa dengan cara penyusunan tertentu lapisan ijuk dapat secara efektif mencegah penembusan rayap tanah dan menyebabkan kematian yang tinggi sampai 100%. Sehingga lapisan ijuk mampu melindungi sample kayu dari serangan rayap tanah, hingga kayu lebih awet. a. Sebagai Perisai Radiasi Nuklir Penelitiannya telah dilakukan oleh Mimpin Sitepu dan kawan kawan dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yang dipublikasikan di Jurnal Sains Kimia Vol. 10 No. 1,2006 : 4 9 dan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin . Hasil temuan kedua penelitian sama yaitu Modifikasi serat ijuk dengan radiasi sinar (C0 60). Fraksi berat serat ijuk ternyata mempengaruhi koefisien dan dengan fraksi sekitar 40%, koefisien serapan papan ijuk terhadap sinar

serapan papan komposit ijuk ternyata lebih tinggi dari Alimunium. Keistimewaan keistimewaan serat ijuk sangatlah banyak, selain yang selama ini telah banyak digunakan seperti sebagai bahan atap rumah (pada suku karo, minang dan sumba), peralatan rumah tangga, sikat, kuas, sapu, kampas dll. Atau berbagai material bangunan lain seperti, tali pengikat bamboo, saringan air,

Universitas Sumatera Utara

lapisan lapangan, campuran genteng, campuran beton dan pengisi gipsum serat yang akan menjadi objek penelitian dan tentu masih banyak lagi yang perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut.

2.2 Gipsum Gipsum adalah batu putih yang terbentuk karena pengendapan air laut, mineral terbanyak dalam lingkungan sedimen, berbentuk Kristal berwarna putih, kecoklatan transparan (Sinaga S, 2009). Kata gipsum itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti memasak. Disebut demikian karena didaerah Montmartre Paris, pada beberapa abad yang lalu orang-orangnya membakar gipsum untuk berbagai keperluan dan material itu kemudian disebut plester. Karena gipsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama, sehingga gipsum jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir, kecuali yang ditemukan di White Sands National Moument di New Mexico AS terdapat 710 km2 pasir gipsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk industry dry wall selama 1000 tahun. Gipsum banyak ditemukan diberbagai daerah di dunia yaitu, Jamaika, Iran, Thailand, Spanyol (Penghasil gipsum terbesar di Eropa). Jerman, Italia, inggris, Irlandia, Ontario, Canada, New York, Michigan, Indiana, Texas, Lowa, Kamsas, Oklahoma, Arizona, New Mexico, Corolado, Utah, Nevada, Paris, California, New South Wales Kalimantan dan Jawa Barat (Indonesia). Gipsum adalah salah satu mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Gipsum paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium sulfat dengan formula Kimia CaSO4 .2H2O dan mineral yang teruapkan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi gipsum berubah menjadi basinit (CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4 ).

Universitas Sumatera Utara

Dalam keadaan seimbang, gipsum yang berada diatas suhu 108oF atau 42 C dalam air murni akan berubah menjadi anhidrit. Gipsum termasuk mineral dengan system Kristal monoklin, namun Kristal gipsnya masuk ke dalam sistem Kristal Orthorhombic. Gipsum memiliki sifat lunak dan pejal dengan skalah Mohs 1,5-2. Kelarutan dalam air 1,8 gram/liter pada 0o C yang meningkat menjadi 2,1 gram/liter pada 40o C, tetapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi Berat jenis gipsum antara 2,31-2,35. Gipsum memiliki pecahan yang baik antara 66o sampai 114o dan dan belahannya adalah jenis Chocoidal. Gipsum memiliki sifat menolak magnet atau diamagnetik. Gipsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang. Beberapa kegunaan gipsum yaitu : Dry wall Bahan perekat Penyaring dan sebagai pupuk tanah, diakhir abad 18 dan awal abad 19, gipsum Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan plaister digunakan dalam jumlah besar sebagai pupuk diladang-ladang gandum AS. Campuran pembuatan lapangn tenis Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan ketika kayu menjadi langka pada zaman perunggu, gipsum ini yang digunakan sebagai bahan bangunan. Sebagai pengental tofu, karena memiliki kadar kalsium yang tinggi khususnya dibenua Asia diproses secara tradisional. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan Untuk bahan baku kapur tulis Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen Sebagai indicator pada tanah dan air.
o

Universitas Sumatera Utara

Saat ini gipsum sebagai bahan bangunan digunakan untuk membuat papan gipsum dan profil pengganti triplek dari kayu. Papan gipsum profil adalah salah satu produk jadi setelah material gipsum diolah melalui proses pabrikasi menjadi tepung. Papan gipsum profil digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi dan plafon. Gipsum merupakan alternatif yang tepat untuk menggantikan triplek dan dapat diklasifikasikan dari jenis performa papan dan ketebalannya sebagai berikut: 1 Papan Gipsum Standar Papan gipsum ini merupakan varian umum dari papan gipsum tebal yang tersedia yaitu 9 mm, 12 mm dan 15 mm (SNI 03-6384-2000. ASTM C 473) 2 Papan Gipsum Tahan Api Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap api, durasi ketahanan apinya tergantung dari system, dinding partisi yang digunakan. Tebal yang tersedia yaitu 12 mm dan 15 mm (SNI 03-6384-2000, ASTM E 119) 3 Papan Gipsum Tahan Kelembaban Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap kelembaban, cocok digunakan untuk daerah-daerah yang lembab dalam bangunan seperti toilet, dapur dan gudang. Bila papan gipsum ini digunakan sebagai dinding kamar mandi, maka disarankan untuk dilapisi oleh kramik dinding, tahan kelembaban bukan berarti tahan air. Tebal yang tersedia 9 mm, 12 mm dan 15 mm. (SNI 03-6384-2000, ASTM E96).

Universitas Sumatera Utara

4 Papan Gipsum Tahan Benturan Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap benturanbenturan yang dimaksud adalah benturan tubuh manusia, trolly, meja, kursi dan sebagainya. Cocok dipergunakan dikoridor, ruang fitness, dinding kamar rumah sakit dsb. Tebal yang tersedia yaitu 12 mm dan 6384-2000. ASTM C 645, ASTM C 473). Selain hal diatas ada pula produk papan gipsum yang difungsikan untuk memperbaiki kualitas akustik ruang dan biasanya dibuat berlubang-lubang. Dengan semua variasi papan gipsum diatas dan kehebatan-kehebatannya saying sekali bila pola pembangunan masih menggunakan bahan dari kayu (triplek). Dengan mengurangi penggunaan produk kayu berarti sudah berpartisipasi dalam membantu koservasi alam dan ikut mengurangi tingkat pemanasan global. 15 mm. (SNI 03-

2.3 Standar Papan Gipsum Standar merupakan sesuatu yang ditetapkan untuk digunakan sebagai dasar pembanding dalam pengukuran atau penilaian terhadap kapasitas, kuantitas, isi, luas, nilai dan kualitas (Guralnik, 1979). Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada penelitian ini digunakan standar papan gipsum dari Bison (Hubner, 1985) sebagai pembanding terhadap mutu papan gipsum yang dihasilkan, selain itu digunakan juga standar ISO ( International Standard Organization) 8335 (cement bonded particleboards - boards of Portland or equivalent cement reinforced with fibrous wood particles) (ISO, 1987) dan SNI 03-2105 (papan partikel) (DSN, 1996). Dengan demikian standar tersebut dapat memberikan gambaran apakah papan gipsum yang dihasilkan telah memiliki mutu sesuai standar atau tidak. Tabel .1 dibawah ini nilai spesifik karakteristik papan tiruan dari tiga buah standar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1 Standar Papan Gipsum

Sifat papan
ISO Kerapatan (gr/cm Kadar air (%) * Penyerapan air (%)
* 3*

Standar
BISON1 1.15 6 12 3 2

BISON2 1.2 2.5 0.05 0.05 44.1-49.0 83.3-88.2 3.9 68.6 29.4

SNI M aks 1 Maks 10 Mkas 50 100-140 -

Pengembangan tebal(%) Pengembangan panjang (%) Pengembangan lebar (%) Modulus Elastisitas (kg/cm ) Modulus patah (kg/cm ) Keteguhan rekat internal(kg/cm ) KCTP (kg) KCSP (kg)
2 2

0.03 0.05 0.03 0.05 28.4-29.4 53.9 1.98 39.2 19.6

29411.765 88.235 50 -

* Setelah direndam air selama 24 jam pada suhu kamar Keterangan : ISO 8335 (1987) (Cement bonded particleboards) SNI 03 2105 (1996) (papan partikel) (1) Gipsum fibre board Bison (Hubner, 1985) (2) Gipsum board flake reinforced Bison (Hubner,1985) KCTP = Keteguhan cabut sekrup tegak lurus permukaan KCSP = Keteguhan cabut sekrup sejajar permukaan

Universitas Sumatera Utara

2.4 Lateks Akrilik Cat Binder / Resin adalah bahan baku yang berfungsi membentuk film pada cat tembok. Kualitas binder yang digunakan akan sangat mempengaruhi cat tembok yang dihasilkan. Adapun binder yang paling umum dipakai untuk cat tembok adalah binder yang disebut sebagai "LATEKS". Ini bukanlah lateks yang disebut sebagai lateks karet alam seperti yang dipakai pada kasur lateks, tetapi ini adalah sejenis resin yang flexible. Belajar mengenai lateks, berarti belajar mengenai polimerisasi juga. Pada dasarnya polimerisasi resin adalah pembentukan resin/binder dari polymer building block seperti monomers. Memang istilah ini sangat teknis sekali tetapi pada dasarnya polymer building block inilah yang menentukan kualitas dan harga jual lateks yang dihasilkan. Prosesnya secara umum dinamakan EMULSION POLYMERIZATION, dan di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang membuat Lateks sebagai bahan baku cat tembok. Pada umumnya Lateks yang dipakai pada cat tembok adalah ACRYLIC TECHNOLOGY, dimana untuk semua latex yang dibuat diberi embel-embel "akrilik". Sebagai contoh adalah : 2.4.1 Latex Full Acrylic (atau 100% Akrilik) Ini berarti bahan baku didalamnya adalah full acrylic building block, dimana membawa sifat non-yellowing, high performance, dan fleksibilitas tinggi, sehingga sangat cocok dipakai untuk aplikasi EXTERIOR. Lateks jenis ini bisa digunakan juga untuk aplikasi interior, tapi akan sangat over - engineered sekali jika dipakai untuk aplikasi interior (karena harga lateks ini paling mahal). Pemakaian lateks jenis ini juga mensyaratkan pemakaian additif yang khusus dan dalam jumlah lebih besar daripada lateks jenis lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Lateks Styrene Acrylic Bisa dibilang paling populer. Gugus polymer acrylic dipadukan (dimasak) bersama dengan Styrene Monomers yang berharga ekonomis, menghasilkan latex jenis ini. Latex ini populer karena hanya sedikit yellowing (tergantung formulasi latexnya), tetapi menunjukan performance film yang relatif baik. Beberapa produsen mampu memodifikasi menjadi latex yang hanya slightly yellowing (sedikit menguning saja). Gugus Styrene Monomers sebenarnya adalah bersifat yellowing, tapi dengan formulasi pembentukan latex yang tepat, maka sifat yellowingnya bisa ditekan. Latex yang dihasilkan oleh produsen ini kemudian diberi embel-embel 2 ini 1, untuk aplikasi interior & exterior. Banyak produsen cat tembok yang telah meluncurkan cat 2 in 1 jenis ini, bisa dipastikan adalah menggunakan latex jenis stryene acrylic. 2.4.3 Lateks Vinyl Acrylic Adalah jenis lateks yang dibilang paling ekonomis. Gugus Vinyl Monomers bersifat yellowing tetapi berharga murah dicampur dengan Akrilik building block. Untuk cat tembok murah dengan high pvc biasanya menggunakan jenis lateks ini. Jenis lateks yang populer diatas banyak dipakai oleh produsen cat tembok di Indonesia. Selain ketiga jenis lateks diatas, adapula bahan baku lateks lain yang mulai menanjak popularitasnya.Yaitu antara lain: 2.4.4 Veova Ini adalah modifikasi lateks yang terbuat dari building block acrylic, vinyl acetate, dan Veova monomers yang diklaim memiliki keunggulan dalam pemakaian interior dan exterior. Dalam beberapa test, produsen latex jenis ini

Universitas Sumatera Utara

menekankan bahwa untuk aplikasi exterior ekonomis, lateks jenis VEOVA mampu mengungguli daya tahan exterior lateks jenis Styrene Akrilik. 2.4.5 VAE (Vinyl Acetate Ethylene) Ini adalah teknologi baru yang diperkenalkan sebagai binder pada aplikasi cat tembok. Seperti diketahui, cat tembok adalah cat berjenis Water-Borne, dimana dalam formulasinya tidak murni 100% berbahan dasar air, tapi tetap perlu ditambahkan solvent tertentu untuk membantu mempermudah cat tersebut mencapai hasil aplikasi yang diinginkan. Adapun karena berkembangnya kesadaran masyarakat akan pengurangan pencemaran lingkungan, maka sekarang diinginkan adanya produk dengan label "Green Product", yang berarti tidak mencemari lingkungan atau sangat minim sekali mencemari lingkungan. Penggunaan solvent dalam formulasi cat tembok akan menyebabkan cat tersebut memiliki kandungan VOC (Volatile Organic Compound, atau bahan yang mudah menguap) yang dituding sebagai biang kerok perusak lingkungan. Adapun dengan pemakaian lateks berjenis VAE, maka penggunaan solvent sebagai additif cat tembok bisa dihilangkan karena sifat VAE ini adalah low additif demand untuk mencapai performance cat yang diinginkan. Adapun kekurangannya adalah secara kualitas dan juga harga menjadi kurang menarik dibanding latex jenis lain (mengurangi pemakaian solvent tapi harga lateks VAE lebih mahal dan performance kualitas cat yang dihasilkan masih dibawah lateks jenis lain).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Uji Fisik. 2.5.1 Densitas Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua macam densitas yaitu : Bulk Density dan true density. Bulk density adalah densitas dari suatu sampel yang berdasarkan volume bulk atu volume sampel yang termasuk dengan pori pori atau rongga yang ada pada sampel tersebut. Pengukuran bulk density untuk bentuk yang tidak beraturan dapat ditentukan dengan Metode Archimedes yaitu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (JIS A 2003): benda = Dengan : Mk Msg Mkp = massa kering benda (gram) = Massa sampel gantung (gram) = Massa kawat penggantung (gram) x H2 O ( 2.1) 5908-

2.5.2 Pengujian daya serap air Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya. Menurut Siagian (1983), semakin besar tekanan kempa, suhu kempa dan kombinasi keduanya maka makin kecil daya serap air papan serat. Perbedaan daya serap papan serat terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan yang berbanding terbalik dengan daya serap terhadap air. Semakin besar kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air.

Universitas Sumatera Utara

Daya serap air papan serat berkisar antara 14%-67% dan nilai rataan daya serap air terbesar terdapat pada kombinasi suhu 150 oC dengan tekanan kempa
2

kg/cm yaitu 65,6%, sedangkan daya serap air terkecil terdapat pada kombinasi suhu 190 oC dengan tekanan kempa 60 kg/cm2 yaitu 14,8% (Siagian, 1983). Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur massa awal (Mk), kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (Mb). Nilai daya serap air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( SNI 03-2105, 1996) : Daya Serap Air (%) = Dengan : Mk Mb = Massa kering (gr) = Massa basah (gr) (2.2)

2. 6 Uji mekanik 2.6.1 Kekuatan Impak Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda

Universitas Sumatera Utara

uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut, setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin rendah posisi h. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Pada Gambar 2.1 memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode Charpy,

Gambar 2.1 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak Dengan Benda Uji Charpy Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy menggunakan persamaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

E HI = A Dimana : E A HI = Energi yang diserap, J = Luas penampang, m2 = Harga Impak, J/m2

(2.3)

Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Gambar 2.1 2.6.2 Uji Tarik Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer, seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Skema alat pengujian tarik dengan UTM Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu. s = F/A ( 2.4)

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (dD atau L), dengan panjang awal. e = d D ( L - Lo ) / Lo / Lo = L/ Lo = ( 2.5)

Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban perpanjangan akan mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.3 Kedua kurva sering dipergunakan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Kurva Tegangan Regangan teknik (s -e ) Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameterparameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan. 2.6.3 Pengujian MOR (Modulus Of Rupture). Pengujian Modulus Of Rupture (MOR) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Mechine. Nilai MOR dapat dihitung dengan rumus ( JIS A 5908-2003) :

Universitas Sumatera Utara

MOR =

(2.6)

Dengan : MOR = Modulus of Rupture (Modulus patah) (kg/cm2 ) B S l t = Beban maksimum (kg) = Jarak sangga (cm) = Lebar spesimen (cm) = Tebal spesimen (cm) Contoh uji yang digunakan berukuran (12 x 2 x 1) cm pada kondisi kering udara dengan pola pembentukan seperti gambar berikut : B

Jarak sangga

Gambar 2.4 Cara Pembebanan Pengujian Kuat patah dan kuat lentur 2.6.4 Pengujian kuat lentur (Modulus of Elasticity/MOE) Pengujian Modulus of Elasticity (MOE) dilakukan bersama-sama dengan pengujian keteguhan patah dengan memakaicontoh uji yang sama. Besarnya defleksi yang terjadi pada saat pengujian dicatat pada setiap selang beban tertentu. Hasil pengujian kuat lentur pada papan partikel dapat diperoleh sesuai dengan persamaan ( JIS A 5908-2003) :

Universitas Sumatera Utara

MOE = Dengan :

(2.7)

MOE = Modulus of Elasticity(Modulus Lentur) (kg/cm2 ) B S D l t = Beban sebelum batas proporsi (kg) = Jarak sangga (cm) = Lenturan pada beban (cm) = Lebar spesimen (cm) = Tebal spesimen (cm). 2.7 Prinsip Alat Thermal Analyzer (DTA) Prinsip dasar dari thermal analyzer atau DTA adalah apabila dua buah krusibel dimasukkan kedalam tungku DTA secara bersamaan, krusibel yang berisi sampel ditempatkan disebelah kiri dan krusibel kosong (pembanding) sama besar seperti yang terlihat pada Gambar 2.5, akan terjadi disebelah penyerapan kanan, kemudian kedua krusibel tersebut dipanaskan dengan aliran panas yang panas yang berbeda oleh kedua krusibel tersebut. Besarnya perbedaan penyerapan panas yang terjadi disebabkan oleh perbedaan temperature yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi endotermik. Apabila temperatur sampel (Ts) lebih besar dari temperatur pembanding (Tr) maka yang terjadi adalah reaksi eksotermik tetapi apabila temperatur sample (Ts) lebih kecil dari pada temperatur pembanding (Tr) maka reaksi perubahan yang terjadi adalah reaksi endotermik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya reaksi eksotermik disebabkan oleh suatu bahan mengalami perubahan fisika atau kimia dengan mengeluarkan sejumlah panas yang mengakibatkat kenaikan Ts lebih besar dari Tr. Sedangkan terjadinya reaksi endotermik disebabkan oleh terjadinya perubahan fisika atau kimia yang dialami oleh

Universitas Sumatera Utara

suatu bahan dengan menyerap sejumlah panas yang mengakibatkan Ts lebih kecil dari Tr seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.5 Sistem Pemanasan Dalam Tungku DTA

Gambar 2.6 Kurva Ideal Differential Thermal Analysis (DTA)

Universitas Sumatera Utara

Tetapi apabila terjadi hanya perubahan base line atau membentuk tinggi puncak endotermik maupun eksotermik yang kecil maka hal itu kemungkinan hanya terjadi transisi glass dan penyerapan panas. Dari beberapa hasil penelitian telah diperoleh bahwa adanya fenomena yang disebabkan oleh perubahan sifat fisika yang menyebabkan reaksi eksotermik maupun reaksi endotermik ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Pengamatan DTA Terhadap sifat Fisik Fenomena No Perubahan Fisika Adsopsi Desorpsi Kristalisasi transisi Perubahan Fasa Transisi Glass X Reaksi Eksotermik _ X Reaksi Endotermik

1 2 3 4 5 6

X X X -

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai