Anda di halaman 1dari 40

SISTEM PEMERINTAHAN

Dalam suatu negara pasti mempunyai suatu sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan merupakan mekanisme atau manajemen pemerintahan guna mengatur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada umumnya, sistem pemerintahan suatu negara dibedakan menjadi dua klasifikasi besar, yaitu Sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Klasifikasi sistem pemerintahan antara presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Untuk mengetahui sistem pemerintahan di berbagai. negara, pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia, dan membandingkan pelaksanaan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia dengan negara lain.

A. Hakikat Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan terdiri atas dua kata, yaitu "sistem" dan "pemerintahan". Untuk mengetahui pengertian dari sistem pemerintahan, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai pengertian "sistem" dan "pemerintahan" berikut ini. 1. Pengertian Sistem Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian "sistem" sebagai berikut. a. Sistem berarti seperangkat unsur yang secara teratur Baling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. b. Sistem berarti susunan pandangan, teori, dan asas yang teratur. Contoh: Sistem negara (demokrasi, totalitas, parlementer, dan lain-lain). c. Sistem berarti metode. Hal ini lebih cocok digunakan dalam praktik kesehanan. Contoh: sistem menanam padi, berarti cara atau metode menanam padi, sistem tanam paksa, berarti cara atau metode menanarn yang dipaksakan oleh penjajah.

Untuk rnemperluas pemahaman tentang sistem, berikut ini beberapa pengerlian tentang sistem yang dikemukakan oleh beberapa ahli. a. Pamudji Sistem sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisasi, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan utuh.

b. Rusadi Kartaprawira Sistem diartikan sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur atau elemen. Unsur, komponen, atau bagian yang banyak tersebut berada dalam keterkaitan yang kait-mengait dan fungsional. c. Sumantri Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila suatu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya maka maksud yang hendak dicapai tidak terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapatkan gangguan. d. Prajudi Sistem merupakan suatu jaringan prosedur-prosedur yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dari suatu usaha atau urusan. e. W. J. S. Poerwadarminta Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur pembentuknya, baik yang berupa input (masukan) ataupun output (hasil) yang terdapat dalam lingkungan dan di antara unsurunsur tersebut terjalin suatu hubungan yang fungsional. Jadi, sistem mempunyai unsur-unsur yang terdin atas: a. seperangkat komponen, elemen, atau bagian; b. saling berkaitan dan bergantung; c. kesatuan yang terintegrasi; dan d. memilikiperanan dan tujuan. Sistem bekerja dalam suatu rangkaian atau siklus. Bagian atau cabang dari suatu sistem akan menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya, begitulah seterusnya sampai pada bagian yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan mengganggu kestabilan sistem itu sendiri.

2. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep pemerintah atau dalam bahasa Inggris disebut government mengandung arti sebagai lembaga atau orang yang bertugas mengatur dan memajukan negara dengan rakyatnya. Pemerintah termasuk salah satu unsur negara yang bersifat konstitutif, artinya suatu negara tidak mungkin berdiri tanpa adanya unsur pemerintah. Di dalam ilmu tata negara, konsep pemerintah mengandung arti sebagai alit kelengkapan pemerintah yang melaksanakan fungsi negara atau dengan kata lain, pemerintah dapat dibedakan ke dalam dua arti, yaitu sebagai berikut. a. Pemerintan dalam arti luas ,yaitu gabungan semua badan kenegaraan yang berkuasa dan memerintah di wilayah suatu negara yang meliputi badan eksekutif, legislatif, dan dan yudikatif. Di Indonesia, pemerintah masih ditambah dengan badan eksaminatif dan konstitutif. b. Pemerintah data arti sempit yaitu suatu badan yang mempunyai wewenang melaksanakan kebijakan negara (eksekutif) yang terdiri atas presiden, wakil presiden, dan para menteri (kabinet).

Menurut Utrecht istilah pemerintah mempunyai pengertian yang tidak sama, yaitu sebagai berikut : a. Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan kenegaraan di sini bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umum, misalnya badan legislatif, badan eksekutif. dan badan Yudikatif. b. Pemerintah sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa memerintah di wilayah suatu negara, misainya raja, presiden, atau Yang Dipertuan Agung (Malaysia). c. Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan kabinetnya.

Konsep pemerintahan atau bahasa Inggris disebut governing, mengandung arti sebagai hal, cara, hasil kerja memerintah, dan mengatur negara dengan rakyatnya. Pemerintahan memiliki dua pengertian sebagai berikut. a. Pemerintahan dalam arti luas, pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara, mulai pemerintahan pusat sampai dengan daerah yang terdiri atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

b. Pemerintahan dalam arti sempit, pemerintahan adalah segala aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan eksekutif (presiden atau perdana menteri) dalam rangka mencapai tujuan penyelenaraan negara. Adapun pengertian pemerintahan menurut pendapat beberapa tokoh, antara lain sebagai benkut. a. Menurut P. N. H. Simanjuntak Pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukannya itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah. b. Menurut J. Kristiadi Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama negara terhadap orang yang diperintah (masyarakat). c. Menurut Offe Pemerintahan merupakan hasil dari tindakan administratif dalam berbagai bidang dan bukan merupakan hasil dari pelaksanaan tugas pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan sebelumnya, tetapi merupakan hasil dari kegiatan produksi bersama (corproduction) antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing. d. Menurut Kooiman Pemerintahan merupakan proses interaksi antara berbagai aktor dalam

pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat. Oleh sebab itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat dewasa ini pada intinya merupakan proses koordinasi (coordinating), pengendalian (steering), pemengaruhan (influencing), dan penyeimbangan (balancing) setiap hubungan interaksi tersebut. Istilah pemerintahan mencakup pengertian struktur dan mekanisme kekuasaan dalam suatu negara, artinya lebih menggambarkan peralatan atau organ pemerintahan itu sendiri. Pemimpin negara terletak dalam tangan suatu organisasi teknis yang memimpin suatu jabatan yang biasanya disebut dengan pemerintah. Pada umumnya, sebuah pemerintahan atau yang disebut dengan pemerintah dapat diartikan sebagai berikut.

a. Penguasa Gabungan semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah dalam arti kata yang luas, termasuk semua badan kenegaraan yang bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umum, badan kenegaraan yang bertugas membuat peraturan, badan kenegaraan yang bertugas menyelenggarakan dan mempertahankan peraturan yang dibuat oleh badan legislatif, serta badan kenegaraan yang bertugas mengadili. Gabungan yang dimaksud, meliputi badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pengertian tersebut dikenal dengan sebutan "overheid, gouvernernent" (Belanda), "outhorities, government" (Inggris), dan "penguasa" (Indonesia). b. Kepala Negara Gabungan badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa memerintah di wilayah suatu negara, misalnya raja atau presiden. c. Eksekutif Kepala negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-menterinya. Berarti organ eksekutif yang biasa disebut "dewan menteri" atau "kabinet".

3. Pengertian Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan memengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-komponen tersebut secara garis besar, meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam hal ini sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Menurut doktrin hukum tata negara, pengertian sistem pemerintahan negara dapat dibagi menjadi tiga pengertian, yaitu sebagai berikut. a. Sistem pemerintahan negara dalam arti paling luas, yaitu tatanan yang berupa struktur dari suatu negara dengan menitikberatkan pada hubungan antara negara dengan rakyat. Pengertian seperti ini akan melahirkan model pemerintahan monarki, aristokrasi, dan demokrasi. b. Sistem pemerintahan negara dalam arti luas, yaitu suatu tatanan atau struktur pemerintahan negara yang bertitik tolak dan hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan antara pemerintah pusat (central government) dengan bagianbagian yang terdapat di dalam negara di tingkat lokal (local government). Sistem pemerintahan dalam arti luas ini meliputi:

1) bangunan negara-kesatuan, yaitu pemerintah pusat berkedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah lokal; 2) bangunan negara serikat, yaitu pemerintah ntah pusat dan pemerintah negara bag Ian mempunyai kedudukan yang sejajar; dan 3) bangunan negara konfederasi, yaitu pemerintah lokal mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pemerintah pusat. c. Sistem pemerintahan negara dalam arti sempit, yaitu suatu tatanan atau struktur pemerintahan yang bertitik tolak dari hubungan sebagian organ negara di tingkat pusat, khususnya antara eksekutif dan legislatif. Struktur pemerintahan negara seperti ini akan menimbulkan model sebagai berikut. 1) Sistem parlementer, yaitu badan legislatif (parlemen) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada badan eksekutif (pemerintah). 2) Sistem presidensial, yaitu badan legislatif dan badan eksekutif mempunyai kedudukan yang sejajar dan saling melakukan kontrol melalui mekanisme check and balances. 3) Sistem pemerintahan dengan pengawasan langsung oleh rakyat, yaitu badan eksekutif pada hakikatnya adalah badan pekerja dari badan legislatif.

4. Pembagian Kekuasaan Pemerintahan Dalam suatu negara, biasanya ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Pihak yang memerintah diserahkan kepada negara yang dilengkapi dengan wewenang, sehingga mempunyai kekuasaan untuk mengatur seluruh kehidupan masyarakat. Menurut Robert M. Mac Iver, kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan jalan memberi perintah maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alai dan cara yang tersedia. Suatu kekuasaan berpeluang untuk disalahgunakan oleh pemilik kekuasaan tersebut. Lewat pemikiran tersebut maka lahirlah doktrin mengenai pemisahan kekuasaan (separation of powers) yang pertama kali dikemukakan oleh John Locke dalam bukunya Two Treaties Of Civil Government pada tahun 1690. Dalam buku itu disebutkan, bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam (Trias Politics). pemikiran John Locke Vantang pemisahan kekuasaan, dikembangkan lebih lanjut oleh Montesquieu dalam bukunya L'Espilt Des Lois (The Spirit of The Laws) pada tahun 1748. Dalam praktik sistem pemerintahan presidensial ads yang mengembangkan

ajaran Trias Politics Montesquieu secara MrUmi dengan separation of power, seperti di Amerika Serikat yang dikenal dengan praktik-praktik check and balance. Perkembangan doktrin Trias Politics di abad-20 bagi negara-negara berkembang umumnya sulit diterapkan, sehingga ajaran ini dikernbangkan menjadi pembagian kekuasaan (distribution of powers). Contohnya di Indonesia, sistem pemerintahan presidensial yang diterapkan di Indonesia tidaklah murni menganut Trias Politics, karena selain adanya kekuasaan eksekutif (presiden), legislatif (DPR), dan yudikatif (MA, MK, dan KY), masih ditambah pula kekuasaan konstitutif (MPR) dan eksaminatif (BPK). Berikut beberapa teori yang dikembangkan para ahli tentang pembagian kekuasaan dalam pemerintahan, antara lain. a. John Locke John Locke beranggapan, bahwa kekuasaan negara harus dibagi dalam tiga kekuasaan yang terpisah-pisah, antara lain sebagai berikut. 1) Kekuasan legislatif, yaitu kekuasaan membuat peraturan. 2) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan mempertahankan peraturan serta mengadili perkara. 3) Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan yang tidak termasuk kekuasaan eksekutif dan legislatif, misalnya hubungan dengan luar negeri. b. Montesquieu Montesquieu mengemukakan, bahwa kekuasaan negara dibagi dalam tiga kekuasaan yang terpisah-pisah seperti berikut. 1) Kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif). 2) Kekuasaan menjalankan undang-undang(eksekutil'). 3) Kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang(yudikatif). Pembagian ini perlu dilakukan supaya kekuasaan pemerintahan tidak terpusat pada satu tangan saja (raja). Dengan kata lain, pemisahan kekuasaan tersebut diharapkan akan dapat mencegah tindakan sewenang-sewenang dan kebebasan berpolitik dalam negara akan terjamin. Asas pemikiran Montesquieu ini sebenarnya agak samar-samar, di mana kekuasaan dipakai dalam arti sebagai berikut. 1) Badan, yaitu slat perlengkapari yang menjalankankekuasaan. 2) Fungsi, yaitu tugas yang dijalankan organ tersebut.

Pemikiran para ahli politik dan ketatanegaraan menyarankan sebaiknya pengertian badan dan fungsi tersebut dibedakan. c. Immanuel Kant Immanuel Kant menguraikan teori tentang perlunya suatu negara bagi warga negara, yakni tujuan negara dalam mencapai hak merdeka dan menjamin kebebasan warga negara tersebut. Jaminan akan hak dan kebebasan dalam sebuah negara dapat dicapai apabila ditegakkannya hukum dan keadilan. Hukum dan keadilan dapat ditegakkan kalau dalam negara itu diadakan pembagian kekuasaan. Dengan adanya pembagian kekuasaan, tidak akan terjadi penumpukan kekuasaan di satu tangan dan akan terhindar tindakan-tindakan sewenang-wenang . Dengan demikian, hukum dapat bedalan sebagai pelindung dan jaminan akan pelaksanaan hak dan kebebasan warga negaranya. d. Van Vollenhciven Van Voll enhoven menganjurkan "Kuartas Politics". la beranggapan, bahwa fungsi politik atau pemerintahan negara itu ada empat, yaitu untuk mengawasi pelaksanaan peraturan hukum oleh warga negara, antara lain sebagai berikut. 1) Tugas legilslatif. 2) Tugas eksokutif. 3) Tugas yudikatif. 4) Tugas polisional(memelihara ketenteraman dan keamanan). e. Logeman Logeman mengembangkan "Kuinto Politics", yakni membagi pemerintahan negara yang terdiri atas lima fungsi seperti berikut. 1) Perundang-undangan. 2) Pelaksanaan kekuasaan menjalankan keputusan perundangan. 3) Pemerintahan (tindakan spontan tanpa menunggu peraturan perundangan demi kesejahteraan rakyat yang diperintah, misalnya sewaktu bencana banjir, wabah penyakit, masalah krisis pangan, dan sebagainya). 4) Peradilan. 5) Polisi.

B. Klasifikasi Sistem Pemerintahan Pada dasarnya, sistem pemerintahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pemerintahan presidensial dan parlementer. 1. Sistem Pemerintahan presidensial Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan di mana kepala eksekutif dipilih tersendiri di luar parlemen (legislatif/dewan perwakilan) untuk masa jabatan yang tetap. Artinya, presiden tidak dapat di'turunkan sebelum masa jabatannya berakhir, kecuali dia melakukan pelanggaran konstitus,i atau melanggar hukum yang berat sebagaimana ditetapkan konstitusi negara (UUD). Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif. Artinya, eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Ba dan eksekutif dan legislatif tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Badan eksekutif dan legislatif dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem ini merupakan aplikasi teori pemisahan kekuasaan merupakan gagasan John Locke kemudian dikembangkan oleh Montesquieu. a. Karakteristik Sistem Pemerintahan presidensial Untuk dapat memahami sisters pemerintahan presidensial, berikut ini dipaparkan karakteristik dari sistem pemerintahan presidensial, yaitu sebagai berikut. 1) Penyelenggara negara berada di tangan presiden sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. 2) Presiden dan parleman masing-masing dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. 3) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, karena presiden tidak dipilih oleh parlemen kedudukan presiden dan parlemen tidak bisa saling menjatuhkan, karena keduanya dipilih langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada rakyat. 4) Meskipun presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen, tetapi bila presiden melakukan pelanggaran hukum dapat diberhentikan (impeachment) yang pelaksanaanya dilakukan oleh hakim tinggi pada Supreme of Court (Mahkamah Agung), bukan dilakukan oleh anggota parlemen. 5) Presiden adalah pihak yang berwenang rnenyusun kabinet. Dalam menyusun kabinet tidak ada kewajiban resmi bagi presiden untuk menghubungi dan melakukan tawar-menawar dengan pihak-pihak yang secara politik terwakili di

parlemen. (Sistem ini juga disebut sebagai nonparliamentary executive system, karena pengangkatan dan pemberhentian para menteri adalah hak prerogatif presiden). Kabinet bertanggung jawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif. 6) Para menteri tidak boleh menjadi anggota parlemen, jadi kabinet bukan rnerupakan sebuah komisi dari parlemen melainkan semata-mata pernbantu presiden. 7) Para menteri bertanggungjawab kepada presiden, bukan kepada parlemen. Mereka tetap menduduki jabatannya sebagai menteri selama masih dipercaya oleh presiden. Mereka tidak dapat dijatuhkan oleh mosi tidak percaya dari parlemen. 8) Masa jabatan menteri sangat bergantung pada presiden. Presiden dapat mengganti menterinya yang dipandang tidak mampu kapan pun ia mau. Masa jabatan para menteri tidak bergantung pada kepercayaan parlemen, melainkan tergantung pada presiden. Oleh karena itu, sistem presidensial juga disebut sebagai sistem fixed executive, dalam arti masa jabatannya pasti tidak tergantung pada kehendak parlemen. 9) Peran parlemen dan eksekutif dibuat seimbang melalui sistem check and balance.

b. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan presidensial Setiap sistem pemerintahan negara baik yang bersifat presidensial maupun parlementer, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kelemahan sistem pemerintahan presidensial. Kelebihan 1) Badan eksekutif lebih Kelemahan stabil 1) Kekuasaan pengawasan sehingga eksekutif langsung dapat di luar

kedudukannya, karena presiden dan menteri negara selama

legislatif,

menciptakan

jabatannya tidak dapat dijatuhkan parlemen. 2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dalam jangka waktu tertentu

kekuasaan mutlak. 2) Pengawasan pemerintah Apabila rakyat kurang terjadi terhadap berpengaruh. penyelewengan

kekuasaan sulit untuk diketahui. keputusan/kebijakan hasil tawar-

3) Pemerintah punya waktu untuk 3) Pembuatan menjalankan programnya, karena publik

umumnya

tidak kabinet

dibayang-bayangi

krisis

menawar

antara

eksekutif

dan

legislatif, sehingga keputusan bisa jadi tidak tegas dan memakan waktu yang lama.

4) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif,

karena dapat diisi oleh orang luar 4) Sistem pertanggungjawaban kurang termasuk sendiri. anggota parlemen jelas.

2. Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan (perdana menteri) memimpin suatu dewan menteri yang anggotanya berasal dari parlemen. Mereka menduduki jabatan selama mendapat dukungan politik dari parlemen. Dalam keadaan tertentu parlemen juga dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet yang berakhir dengan jatuhnya kabinet. Jabatan kepala pemerintahan dipisah dengan jabatan kepala negara. Presiden yang dipilih atau raja yang berkuasa secara turun-temurun bertindak sebagai kepala negara yang lebih banyak menjalankan tugas-tugas seremonial. a. Karakteristik Sistem Parlementer Untuk dapat memahami sistem pemerintahan parlementer, berikut ini dipaparkan karakteristik dari sistem pemerintahan parlementer. 1) Kedudukan kepala negara (raja, ratu, atau presiden) tidak dapat diganggu gugat dan hanya merupakan lambang atau simbol identitas nasional. 2) Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. 3) Pemerintah atau kabinet terdiri atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet. perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet urnurnnya berasall dan parlemen. 4) Badan legislatif atau parlemen, adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

5) Kekuasaan legislatif (parlemen) lebih kuat daripada kekuasaan eksekutif. Anggota parlemen terdiri atas orang-crang dari partai politik yang memenangkan pemilihan umurn. sehingga memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen 6) Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Namun, parlemen juga dapat menjatuhkan kabinet dengan mengeluarkan mosi tidak percaya. 7) Dalam sistem dua partai yang ditunjuk sebagai penyusun kabinet sekaligus perdana menteri adalah ketua partai yang menang dalam pemilihan umum, sedangkan partai yang kalah menjadi oposisi. 8) Dalam sistem multipartai, penyusunan kabinet harus membentuk kabinet secara koalisi untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan dan parlemen. 9) Dalam hal terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen, jika kepala negara (presiden/raja/ratu) beranggapan kabinet yang besar aiaka atas usul perdana menteri parlemen dapat dibubarkan. Kemudian, pemilu segera dilaksanakan oleh kabinet. Bila partai oposisi yang menang maka kabinet mengembalikan mandatnya kepada kepala negara. partai yang menang dalam pemilu akan membentuk kabinet baru.

b. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Parlementer Kelebihan sistem pemerintahan pariementer, antara lain. Kelebihan 1) Pengaruh pemerintah pengawasan rakyat besar rakyat Kelemahan terhadap 1) Keberhasilan sekali dan sulit bila pernerintah menganut sangat sistem

terhadap

multipartai.

kebijakan pernerintah dapat berjalan 2) Kedudukan badan eksekutif/ kabinet baik sekali. 2) Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet, sehingga pernerintah tugasnya dalam lebih menjalankan sangat tergantung pada mayoritas dukungan sewaktu parlemen, waktu sehingga dapat

kabinet

dijatuhkan oleh parlemen. kedudukan badan

hati-hati

sebab 3) Kelangsungan

sewaktu-waktu dapat dijatuhkan. 3) Garis tanggung dan jawab dalam

eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya, karena sewaktuwaktu kabinet dapat bubar.

pembuatan

pelaksanaan

kebijakan publik jelas.

4) Kebijakan dapat ditangani secara 4) Kabinet cepat, karena mudah pendapat terjadi antara parlemen.

dapat

mengendalikan

penyesuaian

eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai,

C. Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara Ketatanegaraan negara satu dengan negara lain berbeda-beda. Berikut ini gambaran sistem pemerintahan di beberapa negara. 1. Negara-Negara yang Menganut Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem pemerintahan presidensial menjadi salah satu alternatif sistem

pemerintahan yang dianut oleh negara-negara di dunia, antara lain negara Amerika Serikat, Pakistan, Prancis, dan Filipina. Penerapan sistem pemerintahan presidensial di negara-negara tersebut sebagai berikut. a. Amerika Serikat Amerika Serikat melaksanakan ajaran Tries Politics secara murni dan konsekuen, di mana kekuasaan negara di bidang legislatif (kekuasaan membuat undang-undang), eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang), dan yudikatit (kekuasarl pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang) dipisahkan secara tajam, saling menguji, dan mengadakan perimbangan (check and balance). Ketiga kekuasaan ini saling terpisah dan tidak boleh saling memengaruhi, sebab jika tiga kekuasaan tersebut terpusat dalam satu kekuasaan dikhawatirkan akan timbal penyalahgunaan kekuasaan atau akan terjadi penyimpangan. Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan presidensial di Amerika Serikat 1) Badan eksekutif terdiri atas presiden beserta menteri-menteri yang rnerupakar pembantunya. 2) Presiden merupakan chief executive (kepala eksekutif) dengan masa jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan kedua.

3) Presiden sama sekali terpisah dari badan legislatif dan tidak memengaruhi organisasl serta penyelenggaraan pekerjaan kongres. 4) Mayoritas undang-undang disiapkan pemerintah dan diajukan dalam kongres dengan perantaraan anggota separtai dalam kongres. 5) Presiden memiliki wewenang untuk menjatuhkan veto atas suatu rancangan undang-undang yang telah diterima oleh kongres. Tetapi, jika rancangan undang-undang itu diterima dengan mayoritas 2/3 dalam setiap majelis maka veto presiden dianggap batal. 6) Dalam rangka check and balance, presiden boleh memilih menterinya sendiri, akan tetapi untuk jabatan hakim agung dan duta baser harus mendapatkan persetujuan dari senat. Demikian pula untuk setiap perjanjian internasional yang sudah ditandatangani presiden harus disetujui oleh senat.

Berikut ini diuraikan mengenai ketiga kekuasaan negara di Amerika Serikat. 1) Kekuasaan Eksekutif Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh presiden. Di samping sebagai kepala pemerintahan, presiden juga sebagai kepala negara. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh menteri-menteri. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, sehingga mereka harus bertanggung jawab kepada presiden Presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menjalankan tugasnya tidak bertanggungjawab kepada badan perwakilan atau sebaliknya badan perwakilan tidak dapat meminta

pertanggungjawaban presiden atau menteri-menteri. Adapun hak seorang presiden adalah sebagai berikut. a) Menyelenggarakan kehakiman. b) Memberikan veto (hak untuk membatalkan) terhadap rancangan undang-undang yang diterima dalam sidang kongres. c) Mengangkat hakim-hakim federal termasuk hakim-hakim anggota Mahkamah Agung. Pengangkatan ini perlu mendapatkan pengesahan dan senat. d) Memberikan ampunan kepada orang yang dijatuhi hukuman karena melanggar undang-undang federal, kecuali mengangkat pejabat yang telah didakwa dan dihukum oleh kongres. urusan-urusan dalam bidang legislatif dan

e) Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan UU yang dibuat oleh kongres. Untuk melaksanakan kewajibannya tersebut, presiden menetapkan peraturanperaturan dan perintah yang disebut executive order (perintah eksekutif). f) Menjadi panglima tertinggi angkatan perang. g) Mengangkat duta dan konsul, serta menerima duta dan konsul dari negara lain. h) Memilih kepala-kepala dari setiap departemen dan mengangkat pejabat-pejabat panting dalam pemerintahan federal. Kepala-kepala departemen ini merupakan pembantu presiden dan dipilih dengan persetujuan senat,

2) Kekuasaan Legislatif Kekuasaan legislatif dijalankan oleh badan-badan perwakilan yang disebut kongres terdiri atas dua kamar, yaltu sebagai berikut. a) House of Representatives House of representatives merupakan wakil-wakil rakyat yang menggambarkan kepentingan nasional, Masing-masing negara bagian mengutus wakil-wakilnya secara seimbang dengan jumlah penduduk masing-masing negara bagian. Kekuasaan House of representatives adalah sebagai berikut. (a) Berhak untuk mengajukan rancangan undang-undang, kecuali rancangan undang-undang untuk menambah pendapatan negara. (b) Berhak memutuskan untuk menyetujui atau menolak rancangan undangundang yang telah dikirim kepadanya setelah dikirim oleh kongres lainnya. b) Senat Senat merupakan wakil-wakil yang menggambarkan kepentingan negara-negara bagian. Setiap negara bagian mengurus wakil-wakilnya dalam jumlah yang sama, yaitu sebanyak dua orang. Kekuasaan senat antara lain sebagai berikut. (1) Dapat menolak Pengangkatan pegawai-pegawai yang dipilih oleh presiden untuk mengisi jabatan-jabatan penting. (2) Memberikan persetujuan pada setiap pedanjian sebelum perjanjian tersebut berlaku.

(3) Mempunyai hak istimewa untuk memeriksa dakwaan bagi seorang pegawai sipil pemerintahan Amerika Serikat. (4) Berhak mengadakan amendemen setiap undang-undang jika dipandang perlu.

3) Kekuasaan Yudikatif Kekuasaan yudikatif dikepalai oleh MahkamahAgung, yaitu merupakan badan kehakiman yang berfungsi menafsirkan rancangan undang-undang dan menyelesaikan perselisihan. MahkamahAgung terdiri atas seorang hakim agung (chiefjustice) dan delapan hakim anggota (associates). Mahkamah Agung selain sebagai badan penegak konstitusi, berperan pula sebagai penengah pertikaian yang menyangkut pemerintahan nasional atau negara bagian. Hakim-hakim federal termasuk hakim-hakirn anggota Mahkamah Agung diangkat oleh presiden. Pengangkatan ini perlu mendapat perigesahan dari senat. Mahkamah Agung merupakan satu-satunya pengadilan federal negara bagian yang dibentuk oleh undang-undang dasar dan tidak dapat dihapuskan selain mengubah undang-undang dasar. Dengan demikian, posisi/kedudukan Mahkamah Agung sebagal pengadilan tertinggi di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Keputusannya tidak dapat diubah lagi.

b. Pakistan Pakistan menerapkan sistem pernerintahan presidensial dengan didasarkan atas UUID 1962 yang berlaku sampai tahun 1969. Adapun karakteristik sistem pemerintahan presidensial yang berlaku di Pakistan sebagai berikut. 1) Badan eksekutif terdiri atas presiden yang beragama Islam beserta menterimenterinya. 2) Para menteri adalah pembantu presiden yang tidak boleh merangkap sebagai anggota legislatif. 3) Presiden mempunyai wewenang untuk menjatuhkan veto (hak untuk membatalkan) atas rancangan undang-undang yang telah diterima oleh badan legislatif. Namun, veto dapat dibatalkan jika rancangan undangundang yang telah diterima oleh mayoritas 2/3 suara. Sebaliknya, presiden

dapat mengajukan rancangan undang-undang yang dikeluarkan itu pada suatu referendum. 4) Presiden berweriang membubarkan badan legislatif. Namun, presiden juga harus mengundurkan diri dalam waktu empat bulan dan mengadakan pemilihan umum baru. 5) Dalam keadaan darurat, presiden berhak mengeluarkan ordonansi yang diajukan kepada legislatif dalam masa paling lama enarn bulan, Namun, dalam hal ini.presiden juga harus mengundurkan diri dalam waktu empat bulan dan menoadakan pemilihan umurn baru. 6) Presiden dapat dipecat (impeach) oleh badan legislatif bila melanggar undang-undang atau berkelakuan buruk dengan 3/4 jumlah suara badan legislatif. Akan tetapi, jika anggota-anggota yang memulai mosi pemecatan itu tidak berhasil memperoleh suara 50% dari suara maka mereka dikeluarkan dari badan itu.

c. Prancis Prancis menganut sistem pernerintahan presidensial, namun tidak secara murni atau dengan kata lain semi presidensial. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan roda pemerintahan, presiden sebagai kepala negara dan kepala pernerintahan dibantu oleh seorang perdana menteri. Untuk urusan legislatif, Prancis menggunakan sistem parlemen dua pintu bikameral) yang terdiri atas National Assembly (Sidang Nasilonal) dan Perfiament Sovereignity (Senat Tidak Berpendapat). Di Prands, parlemen dapat membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah. Walaupun demikian, presiden tidak dipilih oleh parlemen tetapi dipilih secara elector college yang terdiri atas wakil-wakil daerah/kota. Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Prancis, kabinet yang anggotanya terdiri atas dewan-dewan menteri berada di bawah kepemimpinan perdana menteri. Sedangkan presiden bersama dengan Sidang Nasional dan Parliement Sovereignity akan mengangkat dewan konstitusi, Dewan konstitusi ini inagotanya terdiri atas sembilan orang yang tugas utamanya adalah mengawasi ketertiban dalam proses pemilihan presiden dan parlemen serta mengawasi pelaksanaan referendum.

Terdapat pernisahan kekuasaan yang jelas antara legislatif yang ada di tangan parlemen, eksekutif di tangan presiden, dan yudikatif di tangan badan kehakiman. Mengenai Badan Kehakiman, para hakirn ini diangkat oleh eksekutif dan terbagi menjadi dua, yaitu Peradilan Kasasi (Court of Casation) dan Peradilan Hukurn Administrasi. Dalam perkara-perkara yang rumit dan berat, ponanganannya akar, dilakukan oleh: Tribunal des Conflits.

d. Fillipina Pada abad ke-16, Filipina masih berbentuk kerajaan yang terpengaruh sedikit kultur India yang bercorak Islam. Filipina pernah menjadi provinsi Spanyol, yaitu pada tahun 1565--1821. Lalu, pada tahun 1935 Filipina dikuasai oleh Amerika dan menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat. Pada Perang Dunia 11 Filipina dikuasai oleh Jepang, baru pada 4 Juli 1946 Filipina menjadi negara merdeka. Karena sistem pernerintah Filipina menganut sistem republik maka pernerintahan ini dipegang oleh presiden sebagai kepala negara dan kepala pernerintahan. Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan enam tahun, memilih, dan mengepalai kabinet. Dewan Legislatif Filipina, mempunyai dua kamar, yaitu kongres terdiri atas senat dan dewan perwakilan, anggota keduanya dipilih melalui pemilu. Ada 24 senator yang menjabat selama enam tahun di senat, sedangkan dewan perwakilan terdirl atas tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani selama tiga tahun. Cabang yudikatif pemerintah dikepalai oleh Mahkamah Agung, yang memiliki seorang Ketua Mahkamah Agung sebagai kepalanya dan 14 hakirn agung, semuanya ditunjuk oleh presiden.

2. Negara-Negara yang Menganut Sistem Pemerintahan Parlementer Pada saat ini, sebagian besar negara demokrasi di dunia banyak menerapkan sistem pemerintahan parlementer. Hal ini salah satunya disebabkan adanya kemudahan untuk mengganti kabinet, apabila kabinet dirasakan tidak mampu bekerja secara efektif atau tidak menjalankan pernerintahan sebagaimana dikehendaki rakyat. Beberapa negara yang menganut sistem pemerintah parlementer, antara lain Inggris, Thailand, dan India.

Penerapan sistem pemerintahan presidensial di negara-negara tersebut sebagai berikut. a. Inggris Negara Inggris dikenal sebagai induk dan pelopor sistem parlementer (the mother of parliaments), karena Inggrislah yang pertama kali menciptakan sistem parlemen yang mampu bekerja (workable). Artinya, suatu parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang mampu bekerja memecahkan masalah sosial ekonomi kemasyarakatan. Melalui pemilihan yang demokratis dan prosedur parlementaria, Inggris dapat mengatasi masalah sosial sehingga menciptakan kesejahteraan negara (welfare state). Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan parlementer di Inggris. 1) Kepala negara seorang rajalratu yang mempunyai kekuasaan terbatas yang merupakan simbol keagungan, kedaulatan, dan persatuan negara. 2) Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri dan menteri). 3) Kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen. Parlemen terdiri atas dua kamar, yaitu House of Commons dan House of Lords. 4) Kabinet dipimpin oleh perdana menteri. Susunan kabinet di eksekutif bergantung pada suers mayoritas dalam House of Commons dan berasal dari partai mayoritas badan ini. 5) Kabinet harus bertanggung jawab kepada parlemen. 6) Parlemen dapat membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya. 7) Ada hak badan eksekutif untuk membubarkan parlemen. Apabila terjadi konflik antara kabinet dengan parlemen, raja/ratu akan dapat membubarkan parlemen, bukan kabinet. Oleh karena itu, parlemen selalu hati-hati untuk melaksanakan votumnya untuk menjatuhkan kabinet. 8) Sistem dwipartai. Di Inggris terdapat dua partai yang saling bersaing, yakni Partai Konservatif dan Partai Buruh. 9) Adanya oposisi. Oposisi dilakukan oleh partai yang kalah dalam pemilu. Oposisi membentuk kabinet tandingan. 10) Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet, meskipun begitu mereka menjalankan peradilan yang babas dan tidak memihak.

b. Thailand Thailand adalah negara yang berbentuk monarki/kerajaan. Adapun karakteristik sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan di Thailand sebagai berikut.

1) Badan legislatif bersifat bicameral yang terdiri atas senat dan badan perwakilan. Masa jabatan anggota senat selama enam tahun dan separuh dari anggota senat diganti dan diangkat kembali setiap tiga tahun. Badan perwakilan dipilih langsung dalam pemilihan umum untuk masa jabatan empat tahun. 2) Kepala negara adalah raja, merupakan lambang kesatuan identitas nasional dengan kekuasaan pemerintahan yang sangat kecil. Raja juga menjadi kepala angkatan bersenjata. 3) Kekuasaan pemerintahan eksekutif berada di tangan perdana menteri dan dewan menteri. 4) Badan kehakiman Thailand adalah Mahkamah Agung yang beranggotakan hakim-hakim yang diangkat oleh raja.

c. India India adalah salah satu negara berbentuk republik yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer dua kamar dengan sistem politik multipartai yang kuat. Parlemen ini terdiri atas dua dewan atau dua kamar, yaitu Lok Sabha (majelis rakyat) dan Rajya Sabha (majelis negara bagian). Adapun karakteristik sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan di India adalah sebagai berikut. 1) Badan eksekutif terdiri atas seorang presiden sebagai kepala negara dan menterimenteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. 2) Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh anggota-anggota badan legislatif, baik di pusat maupun di negara-negara bagian. 3) Penyelenggaraan pemerintahannya sangat mirip dengan lnggris yang menggunakan model Cabinet Government, 4) Pemerintah dapat menyatakan keadaan darurat dan pembatasan-pembatasan kegiatan bagi para pelaku politik dan kegiatan media masa agar tidak mengganggu usaha pembangunan. 5) Dalam kekuasaan yudikatif, pengadilan negeri pusat memiliki badan pengadilan tinggi yang dikepalai oleh ketua Mahkamah Agung.

D. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Sejarah mencatat ada enam periode besar penerapan sistem pemerintahan di Indonesia, hal tersebut terjadi terutama karena adanya pergantian Undang-Undang Dasar.

No

Periode

Jenis Konstitusi

Sistem Pemerintahan

Bentuk Negara

Bentuk Pemerintahan

18 Agustus 1945-27 Desember 1949 a. 18 Agustus 1945-14 b. 14 November 194527 Desember 1949

UUD 1945 UUD 1945 Konstitusi RIS 1949 UUDS 1950 UUD 1945 UUD 1945 Amandem en UUD 1945

Kabinet Presidensial Kabinet parlementer Kabinet Parlementer (Quasi Parlementer) Kabinet Presidensial Kabinet Presidensial Kabinet Presidensial Kabinet Presidensial

Kesatuan (Unitaris) Kesatuan Serikat (federal) Kesatuan

Republik

Republik

27 Desember 194917 Agustus 1950 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 5 Juli 1959-21 Mei 1998 a. Orde Lama: 5 Juli 1959-11 Maret 1966 b. Orde Baru: 11 Maret 1966-21 Mei 1998 21 Mei 1998- sekarang (Masa Reformasi)

Uni Republik

Republik

Kesatuan

Republik

Kesatuan

Republik

Kesatuan

Republik

Berdasarkan tabel tersebut, pelaksanaan sistem pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Sistem Pemerintahan Menurut UUD 1945 pads Awal Kemerdekaan (18 Agustus 194527 Desember 1949 Sistem pemerintahan negara Indonesia pada awal kemerdekaan (1945-1949) dapat digambarkan sebagai berikut : a. Periode 18 Agustus 1945-14 November 1945 Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, negara Indonesia menjalankan sistem pemerintahan berdasar UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang sah. Pada periode ini bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, bentuk pemerintahan adalah republik, dan sistem pemerintahan adalah presidensial. Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Di awal kemerdekaan, pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial temyata tidak berlangsung lama. Hal ini karena lembaga-lembaga negara yang ada berdasarkan UUD 1945 belum terbentuk sehingga kekuasaan Presiden Republik Indonesia sangat luas. Hal ini ditunjukkan dengan diberlakukannya ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan yang menyatakan bahwa, sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dawan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional. Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 tersebut dijadikan dalih oleh Belanda dan dunia intemasional untuk menuduh Indonesia sebagai negara diktator, karena kekuasaan berpusat pada presiden. Untuk melawan tuduhan tersebut maka pemerintah RI mengeluarkan tiga buah maklumat sebagai berikut. 1) Maklumat Wakil Presiden Nomor X Tanggal 16 Oktober 1945 yang menyatakan, bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat yang sebelumnya sebagai pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara. 2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik yang Sebanyak-banyak oleh Rakyat. 3) Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang Perubahan Kabinet Presidensial ke Sistem Kabinet Parlementer.

b. Periode 14 November 1945-27 Desember 1949 Adanya ketiga,maklumat yang dikeluarkan pemerintah RI, memberikan pengaruh besar terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia, dari semula penganut sistem pemerintahan presidensial menjadi parlementer, meskipun tetap menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang bercirikan presidensial. Pada periode ini tedadi beberapa kali pergantian kabinet. Kabinet pertama dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir yang dilanjutkan dengan kabinet Syahrir II dan Syahrir III. Sewaktu bubamya kabinet Syahrir III, sebagai akibat meruncingnya pertikaian antara Indonesia-Belanda, pemerintah membentuk kabinet presidensial kembali (27 Juni 1947-3 Juli 1947). Namun, atas desakan dari beberapa partai politik, Presiden Soekamo kembali membentuk kabinet parlementer. 2. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (1949-1950) Sistem pemerintahan parlementer tidak berjalan lama. Pada periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949. Berdasarkan konstitusi ini bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi. Ciri yang menonjol dari bentuk negara serikat adalah kedaulatan pemerintahan pusat

diperoleh setelah negara-negara bagian menyerahkan sebagian kedaulatannya (kedaulatan keluar dan sebagian kedaulatan ke dalam). Bentuk pemerintahan yang berlaku pada periode ini adalah republik. Ciri republik diterapkan ketika berlangsungnya pemilihan lr. Soekarno sebagai Presiden RIS dan Drs. Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri RIS. Sistem pemerintahan yang dianut pada periode ini adalah sistem parlementer kabine semu (quasi parlementer) dengan karakteristik sebagai berikut. a. Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden, bukan oleh parlemen sebagaimana lazimnya. b. Kekuasaan perdana menteri masih dicampurtangani oleh presiden. Hal itu tampak pada ketentuan bahwa presiden dan menteri-menteri bersama-sama merupakan pemerintah, Seharusnya, presiden hanya sebagai kepala negara, sedangkan kepala pemerintahannya dipegang oleh perdana menteri. c. Pembentukan kabinet dilakukan oleh presiden bukan oleh parlemen. d. Pertanggungjawaban kabinet adalah kepada DPR, namun harus melalui keputusan pemerintah. e. Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah ntah sehingga DPR tidak punya pengaruh besar terhadap pemerintah. DPR tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya kepada kabinet. f. Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap, yaitu sebagai kepala negara than kepala pemerintahan. Pelaksanaan pemerintahan berdasar Konstitusi RIS ini tidak berjalan, karena negara RIS bukanlah cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu, muncul tuntutan untuk kembali k negara kesatuan. Negara-negara bagian yang tergabung dalam RIS hanya tinggal tiga negara bagian, yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatra Timur. Ketiga negara bagian tersebut bermusyawarah dan akhirnya mencapai kata sepakat untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pada tanggal 15Agustus 1950 ditetapkanlah UUDS 1950 yang merupakan perubahan dari konstitusi RIS. Perubahan konstitusi RIS menjadi UUDS 1950 tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia menjadi UUDS 1950 Republik Indonesia sebagai dasar bangsa Indonesia dalam menjalankan pemerintahan yang baru masa itu.

3. Sistem pemerintahan RI Berdasarkan UUDS 1950 (1950-1959) Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS 1950) ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dan mulai berlaku tanggal 17Agustus 1950. Bentuk negara kembali ke bentuk kesatuan dengan sistem pemerintahan parlementer. Kabinet dipimpin oleh perdana menteri yang bertanggungjawab kepada parlemen. Adapun pokokpokok sistem pemerintahan mesa UUDS 1950 adalah sebagai berikut. a. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara yang dibantu oleh seorang wakil presiden. b. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. c. Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang sebagai pembentuk kabinet. Sesuai anjuran pembentuk kabinet, presiden mengangkat perdana menteri dan mengangkat menteri-menteri yang lain. d. perdana menteri memimpin kabinet (dewan menteri). e. Menteri-menteri, baik secara sendiri maupun bersama-sama bertanggungjawab atas kebijakan pemerintah kepada DPR. f. Presiden berhak membubarkan DPR. g. Menteri bertanggung jawab kepada parlemen, sehingga apabila menteri tidak dapat bertanggungjawab dan parlemen mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet maka kabinet mengundurkan diri atau bubar. Pada kurun waktu 1950-1959, kabinet di Indonesia Bering berganti karena adanya mosi tidak percaya dari DPR. Pada waktu itu juga terdapat dewan konstituante yang bertugas membuat Undang-Undang Dasar baru sebagai pengganti dari UUDS 1950. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 134 UUDS 1950 yang menyatakan bahwa "'Konsituante bersama-sama dengan pemerintah menetapkan UUD Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS 1950 ini". Konstituante mulai bersidang sejak tahun 1955. Namun dalam kurun waktu dua tahun, sidang konstituante tidak berhasil mencapai kata mufakat untuk menghasilkan Undang-Undang Dasar baru. pemerintah melalui perdana menteri mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. Saran tersebut pada dasarnya dapat diterima anggota Konstituante, namun mereka berada dalam dua pandangan. Kelompok pertama, menerima kembali UUD 1945 secara utuh sebagaimana yang ditetapkan tanggal 18Agustus 1945. Kelompok kedua, menerima UUD 1945

dengjan memasukkan sila pertama Pancasila sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Pada awalnya kedua pihak tersebut sulit untuk mencapai kesepakatan. Namun, pada akhirnya setelah diadakan pemungutan suara dari kedua pandangan tersebut tidak bisa memperoleh dukungan suara yang memenuhi persyaratan, yaitu 2/3 dari jumlah anggota yang hadir sehingga Konstituante mengalami kebuntuan. Konstituante dianggap tidak mampu lagi menjalankan tugasnya. Untuk menghindari krisis pemerintahan yang berlarut-larut, presiden

mengeluarkan keputusan presiden yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi sebagai berikut. a. Menetapkan pembubaran Konstituante. b. Menetapkan UUD 1945 beriaku lagi bagi bangsa Indonesia dan tidak berlakunya UUDS 1950. c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang singkat. 4. Sistem Pemerintahan RI Masa Kembali ke UUD 1945 (5 Juli 1959-21 Mel 1998) Sistem pemerintahan negara Indonesia pada masa kembali kepada konstitusi UUD 1945 dapat diuraikan dalam dua periode, yaitu Orde Lama dan Orde Baru. c. Orde Lama: 5 Juli 1959-11 Maret 1966 Dengan berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekret Presiden RI pada tanggal 5 Juli 1959, bangsa Indonesia memasuki periode demokrasi terpimpin. Berdasarkan UUD 1945, sesungguhnya sistem pemerintahan menganut sistem presidensial, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan atas sistem pemerintahan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Beberapa penyimpangan yang terjadi pada kurun waktu 1959-1966, antara lain sebagai berikut. 1) MPRS mengambil keputusan menetapkan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden adalah lima tahon dan sesudahnya dapat dipilih kembali. 2) MPRS menetapkan pidato presiden yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang tetap. Hal ini bertentangan dengan ketentuan dalam UUD 1945.

3) Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri negara. 4) Presiden membuat ketetapan yang semestinya berupa undang-undang. 5) Presiden membubarkan lembaga, DPR dan membentuk DPR Gotong Royong (DPR-GR).

Dalam kurun waktu tersebut terjadi pula pemberontakan yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 tau G30S/PKI. Terjadinya pemberontakan PKI ini telah membuat keadaan bangsa dan negara menjadi kacau dan penuh dengan ketidakpastian dalam segala aspek kenegaraan dan pemerintahan. Tuntutan rakyat agar presiden membubarkan PKI banyak disuarakan, khususnya oleh mahasiswa dan pelajar, serta kaum intelektual lainnya. Tuntutan rakyat pada saat itu dikenal dengan sebutan tiga tuntutan rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut. 1) Bubarkan PKI. 2) Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI. 3) Turunkan harga. Dengan terjadinya peristiwa G30S/PKI maka pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno membuat surat perintah kepada Letjen Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Pangkostrad. Inti surat perintah untuk mengendalikan keadaan negara. Surat perintah tersebut kemudian dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pada tahun 1968 melalui Sidang Istimewa MPRS melantik Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI ke-2 menggantikan Presiden Soekarno.

d. Orde Baru: 11 Maret 1966-21 Mei 1998 Sejak diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia kedua, Presiden Soeharto dengan pemerintahan barunya bertekad menjalankan pemerintahan secara murni dan konsekuen sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, masa kepemimpinannya disebut era Orde Baru, sedangkan kepemimpinan sebelumnya disebut era Orde Lama. Sesuai dengan UUD 1945 masa pemerintahan Orde Baru dilaksanakar, dengan sistem pemerintahan presidensial. Orde Baru pada dasarnya telah berhasil menyelenggarakan pemerintahan melalui mekanisme kenegaraan yang dikenal dengan Mekanisme Kepemimpinan Nasional Lima Tahun seperti berikut,

1) Diadakannya pemilihan umum untuk mengisi keanggotaan MPR, DPR, DPRD I, dan DPRD II. 2) Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan utusan daerah serta golongan yang ditetapkan presiden. MPR bersidang untuk menetapkan UUD baru, memilih presiden dan wakil presiden, serta menetapkan GBHN untuk masa lima tahun. 3) Presiden membentuk kabinet (menteri-menteri) yang bertanggung jawab kepadanya. Kabinet melaksanakan tugas di bawah petunjuk presiden dengan berdasarkan UUD 1945 dan GBHN. 4) Presiden adalah mandataris MPR dan bertanggung jawab kepada MPR Presiden menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap akhir

kepemimpinannya kepada MPR. 5) DPR mengawasi jalannya pemerintahan dan bersama dengan presiden membentuk undang-undang. Sistem pemerintahan negara Indonesia pada masa Orde Baru berdasarkan UUD 1945 sebelum diamendemen. Sistem pemerintahan tersebut tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 yang disebut tujuh kunci pokok sistem pemerintahan. Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). 2) Sistem konstitusional. 3) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat 4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah MPR. 5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. 6) Menteri negara adalah pembantu presiden dan menteri negara t1dRk bertanggung jawab kepada DPR. 7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Ciri-ciri dari pemerintahan pada masa Orde Baru adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hal itu dibuktikan dengan kedudukar Presiden Republik Indonesia di camping sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan yang memiliki kekuasaan sebagai berikut. 1) Pemegang kekuasaan legislatif membentuk undang-unciang,

2) Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan. 3) Pemegang kekuasaan sebagai kepala negara. 4) Panglima tertinggi dalam kemiliteran (AD, AL, AU) dan kepolisian. 5) Berhak mengangkat dan melantik para anggota MPR dari utusan daerah dan golongan. 6) Berhak mengangkat para menteri dan para pejabat negara. 7) Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, perjanjian dengan negara lain, serta menyatakan keadaan bahaya. 8) Berhak mengangkat duta dan konsul, serta menerima duty dan konsul negara lain. 9) Berhak memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain 10) Berhak memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Semua kewenangan presiden yang diatur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR. Karena tidak adanya pengawasan dan persetujuan DPR, kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung disalahgunakan. Akibat yang terjadi dari kekuasaan presiden yang besar tersebut, antara lain sebagai berikut. 1) Terjadi pemusatan kekuasaan negara pada lembaga kepresidenan. 2) Peran pengawasan dan perwakilan dari DPR makin lemah. 3) Pejabat-pejabat negara yang diangkat cenderung dimanfaatkan untuk loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan presiden. 4) Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang-orang yang dekat dengan presiden. 5) Tercipta perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme tercipta di kalangan pejabat dan orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. 6) Terjadi pemersonifikasian bahwa presiden dianggap negara. Sikap menyalahkan presiden dianggap menentang negara. 7) Rakyat dibuat makin tidak berdaya, tidak kuasa, dan cenderung tunduk pada kekuasaan presiden semata. Di samping itu, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya. Dampak positifnya adalah presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan, sehingga mampu menciptakan pemerintahan

yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh dan berganti. Konflik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkannya. Hal itu dikarenakan kekuasaan presiden makin besar, Pada masa Orde Baru, kekuasaan presiden berlangsung secara absolut. Lembaga-lembaga negara, seperti DPR dan MPR tidak mampu mengimbangi kekuasaan presiden. Presiden menjadi lembaga negara yang paling berkuasa, Akibatnya, pada masa Orde Baru mulai merebak penyakit pejabat negara, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sehingga ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai dengan munculnya krisis politik tahun 1998 tidak mampu mengatasi. Rakyat yang kecewa dengan pemerintahan Orde Baru menuntut perubahan kekuasaan, sehingga menyebabkan berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998. 5. Sistem Pemerintahan RI Menurut UUD 1945 Setelah Amendemen (21 Mei 1998sekarang) Pada tahun 1998, dimulailah era Reformasi. Gerakan reformasi menuntut terwujudnya pemerintahan yang bersih, bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme, serta demokratis. Dengan berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan yang dipakai tetap sistem pemerintahan presidensial. Namun, untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang bersih dan demokratis maka UUD 1945 perlu mendapat amendemen, Dalam sejarah era Reformasi, UUD 1945 telah mengalami empat Kali perubahan (amendemen), sehingga diharapkan dapat menciptakan sistem pemerintahan presidensial yang bersih dan demokratis. Adapun pokokpokok sistem pemerintahan Republik Indonesia menurut UUD 1945 yang diamendemen, antara lain sebagai berikut. a. Presiden adalah kepala negara. b. Presiden adalah kepala pemerintahan. c. Presiden mengangkat para menteri sebagai kabinet yang selanjutnya bertanggung jawab kepada presiden. d. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.

e. Meskipun presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, akan tetapi DPR memiliki kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan. Presiden dapat diberhentikan oleh MPR etas usul DPR apabila secara sah dan meyakinkan telah melanggar ketentuan konstitusi negara. f. Presiden tidak dapat membubarkan DPR. g. DPR memiliki fungsi pengawasan, legislasi, dan anggaran.

Pada masa reformasi, bangsa Indonesia telah berhasil melaksanakan dua Kali pemilihan umum yang demokratis, yakni pada tahun 1999 dan tahun 2004. Setelah pemilu tahun 2004 diharapkan ke depan sistem pemerintahan di Indonesia makin mantap dan berlangsung secara demokratis. Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut. a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. b. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial. c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. d. Kabinet atau menteri'diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. e. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR terdiri atas pare wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan sistem proporsional terbuka. Anggota DPR adalah wakil dari tiap-tiap provinsi yang masingmasing berjumlah empat orang tiap provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem distrik perwakilan banyak. Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya juga dipilih melalui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengenai jalannya pemerintahan. f. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya, seperti Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri, serta sebuah Mahkamah Konstitusi. Sistem pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945 yang diamendemen masih menganut sistem pemerintahan presidensial. Presiden juga berada di bawah pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen.

Namun, sistem pemerintahan Indonesia juga mengambil unsur-unsur dari sistem parlementer dan melakukan pembaruan untuk menghilangkan kelemahankelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia, antara lain sebagai berikut. a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung. b. Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR. Contohnya, dalam pengangkatan duta negara asing, gubernur Bank Indonesia, Panglima TNI, dan Kapolri. c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR. Contohnya, pembuatan perjanjian intemasional, pemberian gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, pemberian amnesti, dan abolisi. d. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undangundang dan hak budget (anggaran). Adanya perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia diperlukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan presiden langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, serta pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran. E. Kelebihan dan Kelemahan Sistem pemerintahan di Indonesia Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945, baik sebelum amendemen maupun sesudah amendemen menghendaki penerapan sistem pemerintahan

presidensial dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Republik Indonesia. Akan tetapi, sejarah mencatat bahwa di negara kita pemah dipraktikan sistem pemerintahan parlementer, yaitu ketika keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, serta pada mesa berlakunya Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950. Akan tetapi, berbagai hambatan yang muncul dalam praktik tersebut kemudian membuat kita kembali kepada praktik presidensialisme. Sejak kembali kepada UUD 1945 pada 5 Juli 1959 sampai dengan berakhirnya kekuasaan. Orde Baru pada 21 Mei 1998, praktik sistem pemerintahan presidensial di Indonesia lebih banyak menonjolkan peran presiden secara berlebihan. Kenyataan

yang demikian menyadarkan bangsa Indonesia, bahwa perlu ada perubahan agar presiden yang menjadi figur sentral dalam presidensialisme tidak menjadi pemimpin yang otoriter. Oleh karena itu, berbagai perubahan peraturan perundang-undangan coba dilakukan sejak awal lahirnya era Reformasi hingga kini. Perubahan yang paling mendasar adalah dilakukannya amendemen terhadap UUD 1945. Hal ini dirasa penting mengingat konstitusi tersebut merupakan,landasan yang menjadi dasar utama kehidupan bernegara Indonesia. Amandemen tersebut diharapkan mampu memberi dasar-dasar yang lebih menyeluruh dan jelas bagi kehidupan bernegara kits. Pada hakikatnya segenap elemen bangsa Indonesia berkeinginan untuk menuju kepada suatu masyarakat yang demokratis, adil, dan makmur. Dalam praktiknya, terlihat bahwa beberapa perubahan yang dimaksud mulai menunjukkan hasil yang positif. Meskipun demikian, beberapa kelemahan yang masih ada tak pelak membutuhkan kerja keras dari segenap bangsa Indonesia untukmembangun bangsa agar terwujud cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kelemahan setiap periode pelaksanaan sistem pemerintahan yang pemah berlaku di Indonesia.
No Periode Jenis Konstitusi Sistem Pemerintahan Kelebihan Kelemahan

18 Agustus 1945-27 Desember 1949 a. 18 Agustus 1945-14

UUD 1945

Kabinet Presidensial

Menjalankan prinsip distribution of power Muncul kehidupan demokrasi multi partai Berhasil meletakkan dan membangun dasar kehidupan negara secara konstitusional Tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen

1 14 November 1945-27 Desember 1949 UUD 1945 Kabinet parlementer

27 Desember 194917 Agustus 1950

Konstitusi RIS 1949

Kabinet Parlementer (Quasi Parlementer)

Sistem pemerintahan tidak berjalan/tidak dapat bekerja sama Pelaksanaan sistem pemerintahan tidak dapat dilaksanakan pada masa revolusi/ kegentingan Belum terbentuk alat-alat kelengkapan negara Masa jabatan kabinet tidak ditentukan Kepala negara tidak

DPR dapat membubarkan kabinet bila dianggap menyimpang Demokrasi multi partai Pelaksanaan pemilu demokratis Berhasil menggalang dukungan intemasional melalui Konferensi Asia Afrika

17 Agustus 1950- 5 Juli 1959

UUDS 1950

Kabinet Presidensial

Mampu membangun integritas nasional Kembalinya Irian Barat Pelopor Nonblok dan pemimpin Asia-Afrika

5 Juli 1959-21 Mei 1998 a. Orde Lama: 5 Juli 1959-11 Maret 1966

UUD 1945

Kabinet Presidensial

Penataan kehidupan konstitusional lebih baik daripada Orde Lama Pembangunan nasional berhasil dan

dapat diganggu gugat, karena yang bertanggung jawab adalah para menteri Mementingkan kekuatan partai di parlemen Multipartai berdampak pada kepentingan partai dan golongan' Stabilitas politik terancam Tidak terdapat partai yang menang secara mayoritas Jatuh bangun kabinet yang singkat Kebijakan Pembangunan tidak jalan . Sistem demokrasi terpimpin Penataan kehidupan konstitusi tidak berjalan Pertentangan ideologi sangat tajam (nasionalisagama-komunis) politik tidak demokratis

b. Orde Baru: 11 Maret 1966-21 Mei 1998

UUD 1945

Kabinet Presidensial

Kekuasaan presiden dominan dan berpusat tanpa undang-undang kepresidenan Pembangunan tidak merata Hak politik dan

terencana stabilitas politik terjamin Tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat Berhasil menata kehidupan ketatanegaraa n dengan amendemen UUD 1945 Menjamin stabilitas politik Kebebasan dan kemerdekaan pers Pemilu langsung dan demokratis Penegakan hukum dan diplomasi antar bangsa

21 Mei 1998- sekarang (Masa Reformasi)

Amandem en UUD 1945

Kabinet Presidensial

kebebasan pers terbelenggu, tidak demokratis Krisis ekonomi di akhir Orde Baru Maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme Lepasnya Timor- Timur dan SipadanLigitan Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan publik tidak dapat dikontrol langsung oleh rakyat, tetapi harus melalui DPR Terjadi penyimpangan dengan keluarnya maklurnat di masa Abdurrahaman Wahid Maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme Lemahnya stabilitas keamanan (konflik kebangsaan)

Untuk dapat melihat secara komprehensif kelebihan dan kelemahan pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial negara Republik Indonesia, dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Kelebihan Adanya pernyataan, bahwa Kelemahan Produk hukum belum banyak

Indonesia adalah negara berdasar memihak kepentingan rakyat demikian atas 1 hukum dan Hal ini sistem juga aparat penegak hukum (polisi, telah jaksa, dan hakim) masih ada oknum

konstitusional.

memberikan kepastian hukum dan yang belarn bekerja secara profesional supremasi hukum dalam sehingga dapat diajak berkolusi.

penyelenggaraan negara.

pemerintahan

Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri atas anggota DPR, Utusan Daerah,dan Utusan golongan (sekarang DPR dan DPD) berwenang mengubah UUD dan memberhentikan presiden/wakil presiden dalam masa jabatannya rnenurut UUD. Hal ini pernah 2 dilakukan karena presiden dinilai telah melanggar haluan negara atau UUD 1945. Contoh: Presiden Soekarno (1967), Presiden B. J. Habibie (1999), dan Presiden K. H. Abdurahman Wahid (2002)

Majelis Permusyawaratan Rakyat yang anggota- anggotanya terdiri anggota DPR, Utusan Daerah, dan Utusan golongan (sekarang DPR dan DPD), merupakan lembaga negara yang sarat dengan keputusan muatan politis sehingga ketetapan-

maupun

ketetapannya sangat bergantung kepada konstelasi politik rezim yang berkuasa pada saat itu, Contoh: pada masa Orde Baru, wewenang MPR untuk mengubah UUD tidak pernah dilakukan, meski pun banyak suarasuara rakyat yang menghendaki am endemen. Keputusan politik masa itu, dikeluarkannya Ketetapan MPR No.IV/MPR/1983 tentang referendum bila ingin merubah UUD 1945.

Jabatan presiden (eksekutif) tidak dapat dijatuhkan oleh Dewan 3 Perwakilan Rakyat, dan sebaliknya Presiden juga tidak dapat membubarkan DPR. Presiden dengan DPR bekerja lama dalam

Pengawasan pemerintah

rakyat kurang

terhadap berpengaruh,

sehingga ada kecenderungan eksekutif lebih dominan bahkan dapat mengarah ke otoriter. Contoh: pada masa Orde Lama, Presiden dapat membubarkan

pembuatan undang-undang.

DPR dan lembaga-lembaga negara lain tidak berfungsi bahkan seakan menjadi pembantu presiden. Demikianjuga pada masa orde barn, meskipun ada lembaga- lembaga negara lain namun kurang mestinya. berfungsi sebagaimana

Jalannya pemerintahan cenderung lebih stabil karena program-program relatif lancar dan tidak terjadi krisis

Jika para menteri tidak terdiri atas orang-orang yang jujur, bersih dan profesional, program-program

kabinet. Hal ini dimungkinkan karena pemerintah tidak berjalan efektif, serta kabinet (menteri-menteri) yang diangkat dan diberhentikan pre4 siden, hanya bertanggung jawab kepada presiden. Menteri-menteri adalah pembantu presiden. populis (berpihak kepada rakyat). Hal ini akan berakibat munculnya arogansi kekuasaan, salah urus dan tumbuh suburnya korupsi, kolusi, dan

nepotisme (KKN). Secara umum hal ini terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru, meskipun harus diakui adanya keberhasilan di, bidang

pembangunan fisik.

F. Perbandingan Sistem Pemerintahan di Indonesia dengan Negara Lain Seiring dengan perkembangan masyarakat serta dinamika sistem pemerintahan negara, ajaran Trial Politics tidak lagi diartikan sebagai pemisahan kekuasaan, melainkan pembagian kekuasaan. Negara Indonesia tidak menganut asas pemisahan kekuasaan, tetapi mengembangkan asas pembagian kekuasaan. Pemilihan asas tersebut berdasarkan alasan, bahwa UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, setiap kekuasaan harus dilakukan oleh satu orang atau badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan. Dalam UUD 1945 dapat dilihat, bahwa sistem pemerintahan negara, khususnya dalam mengatur kekuasaan negara sangat beroeda dengan sistem negara mana pun, baik struktur maupun pelaksana kekuasaan serta Pelaksanaan kekuasaan tersebut.

1. Pengaruh Sistem Pemerintahan dari Negara Lain Berdasarkan teori Trias Politics, Montesquieu membagi kekuasaan menjadi tiga, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Masingmasing bidang harus dipegang oleh lembaga atau alat perlengkapan negara yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Hal ini untuk mencegah terjadinya pemusatan kekuasaan pada satu tangan. Meskipun Montesquieu menyusun teorinya berdasarkan keadaan di Inggris, tetapi Inggris sendiri beserta negara-negara lain yang menganut sistem kenegaraan Inggris tidak melaksanakan pembagian kekuasaan sebagaimana dalam teori Trias Politics. Negara yang dikenal menganut Trias Politica adalah Amerika Serikatdan negaranegara lain yang mengikuti sistem ketatanegaraannya. Di Indonesia telah diberlakukan tiga macam UUD, namun ternyata-tidak pernah pula mempergunakan teori Trias Politics. Sistem ketatanegaraan menurut konstitusi RIS dan UUD Sementara adalah menganut sistem kabinet parlementer. Oleh sebab itu, sistem ketatanegaraan menurut UUD 1945 tidak sepenuhnya menjalankan teori Trias Politics. Dalam penyelenggaraan negara sebenarnya, perlu ada pembagian pekerjaan dengan pemberian kekuasaan dan wewenang tertentu sehingga hak-hak asasi warga negaranya dapat dilindungi dari tindakan yang sewenang-wenang. Koordinasi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun formal dalam pelaksanaannya membuat cita-cita negara dapat tercapai. Pemberian kekuasaan dan kewenangan menumbuhkan adanya berbagai macam alat perlengkapan negara. Alat perlengkapan negara ini akan saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga akan menimbulkan sistem ketatanegaraan. Masingmasing komponen negara akan menggunakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi negara yang bersangkutan. Dalam kehidupan negara yang menganut sistem demokrasi akan ditemukan adanya suprastruktur politik dan infrastruktur politik sebagai komponen pendukung tegaknya demokrasi. Dengan menggunakan konsep Montesquieu maka

suprastruktur politik, meliputi lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif. Infrastruktur politik suatu negara terdiri atas lima komponen, yaitu sebagai berikut.

a. Partai politik. b. Golongan (yang tidak berdasarkan pemilu). c. Golongan penekan. d. Alat komunikasi politik. e. Tokoh-tokoh politik. Baik suprastruktur politik maupun infrastruktur politik yang terdapat dalam sistem ketatanegaraan. masing-masing akan saling memengaruhi serta mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain. Dalam sistem mekanisme interaksi antara suprastruktur politik dan infrastruldurpolitik dapat dilihat dalam proses penentuan kebijaksanaan umum atau menetapkan keputusan politik. Kebijaksanaan atau keputusan politik itu merupakan masukan (input) dari infrastruktur politik, kemudian dijabarkan sedemikian rupa oleh suprastruktur politik. Dengan demikian, dalam sistem pemerintahan yang bercorak demokrasi proses pembuatan kebijaksanaan atau keputusan politik merupakan keseimbangan dinamis antara prakarsa pemerintahan dan partisipasi aktif rakyat atau warga negara. Demokrasi Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak, juga sekaligus mengakui perbedaan serta keanekaragaman mengingat Indonesia adalah Thinneka Tunggal lka" berdasarkan pada moral persatuan, Ketuhanan, dan kemanusiaan, yang beradab.

Secara filosofis, demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara dan sekaligus sebagai tujuan kekuasaan negara. Rakyat merupakan jelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu, dalam pengertian demokrasi, kebebasan individu harus diletakkan dalam kerangka tujuan bersama, bukan bersifat liberal yang hanya mendasarkan pada kebebasan individu dan juga bukan demokrasi kelas, Kebebasan individu yang diletakkan demi tujuan kesejahteraan bersama inilah yang menurut istilah pendiri negara disebut sebagai asas kebersamaan, asas kekeluargaan, tetapi bukan nepotisme. 2. Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Negara Lain Asas-asas yang telah dianut oleh UUD 1945 berbeda dengan UUD negara liberal. Misalnya, Amerika Serikat mempunyai dasar falsafah "Declaration of

Independence" yang sangat mendukung hak-hak kebebasan individu. Dalam falsafah tersebut, antara lain dinyatakan bahwa Tuhan Maha Pencipta telah mengaruniai setiap manusia dengan hak-hak yang tidak dapat dirampas, di antaranya hak atas hidup, hak atas kemerdekaan, dan hak atas kesejahteraan. Guna menjamin hak-hak tersebut, rakyat membentuk pemerintah negara. Maka, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk bertindak sesuai dengan kehendak rakyatnya. Demi mewujudkan semangat atau asas di atas maka UUD Amerika Serikat mempraktikkan sistem ketatanegaraan dengan pemisahan kekuasaan menurut ajaran Tries Politics. Ajaran ini memisahkan antara kekuasaan legislatif (kongres), eksekutif (presiders), dan yudikatif (Supreme of Course atau MA) sehingga masing-masing kekuasaan tersebut berdiri sendiri dalam melaksanakan

kekuasaannya masing-masing. Hubungan pelaksanaan tugas antarketiganya menggunakan mekanisme check and balance (pengawasan dan keseimbangan). Dengan sistem ini diharapkan pelaksanaan kekuasaan pemerintahan dapat efektif dan efisien, sehingga hak-hak asasi rakyat dapat terlindungi. Apabila sistem pemerintahan negara RI kita bandingkan dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat maka akan terlihat perbedaan-perbedaan sebagai berikut. a. Sistem ketatanegaraan RI melaksanakan asas pembagian kekuasaan, sedangkan Amerika Serikat melaksanakan asas pemisahan kekuasaan. b. Negara Indonesia dalam hubungan dan kekuasaan melaksanakan asas kebersamaan, keseimbangan, serta pengawasan. Sedangkan Amerika Serikat melaksanakan asas keseimbangan dan Baling pengawasan. c. Negara Indonesia menentukan bentuk negara, kesatuan, sedangkan Amerika Serikat menetapkan bentuk serikat atau federal. d. Dalam hak asasi manusia, Indonesia menetapkan keseimbangan antara hak dan kewajiban, sedangkan Amerika Serikat menekankan hak individu. Di negara-negara komunis, sistem pemerintahan dijalankan berdasarkan paham komunisme yang bersumber dari ajaran Karl Marx. Konstitusi negara-negara komunis menekankan pada politik kebersamaan atau kepemilikan bersama dan menentang kebebasan individu. Pemerintahan negara komunis berperan dominan dalam mengendalikan segala kegiatan politik rakyat. Bahkan, mengontrol segala kegiatan kehidupan seluruh rakyat. Tujuan utama negara komunis adalah

membentuk masyarakat komunis. Untuk mewujudkan tujuan ini, ditempuh segala cara. Menurut pandangan komunis, hak-hak politik rakyat dianggap mengganggu perkembangan menuju terbentuknya masyarakat komunis. Misalnya, dalam UUD Uni Soviet tahun 1977, di antaranya menyatakan semua hak yang dijamin dalam UUD tidak boleh dilaksanakan dengan merugikan kepentingan-kepentingan masyarakat atau negara atau melanggar hak-hak negara lain. Jika suatu hak dianggap sebagai ancaman terhadap ideologi komunis maka hak itu tidak memperoleh perlindungan. Berikut ini beberapa hal yang membedakan negara komunis dengan negara Rl. a. Tujuan negara yang utama adalah terbentuknya masyarakat komunis, untuk itu dibenarkan menempuh jalan revolusi atau tidak melalui cara konstitusi. b. Untuk membentuk masyarakat komunis dilaksanakan sistem pemerintahan diktator proletariat. c. Keberadaan HAM dapat diabaikan apabila dinilai mengganggu dan mengancam ideologi komunis.

Anda mungkin juga menyukai