Anda di halaman 1dari 9

A. KONSEP KELOMPOK/GROUP 1.

Defenisi Kelompok Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Seperti agresif, takut, kebencian, kompotetif, kesamaan, ketidak samaan, kesukaan, dan menarik (Yalom, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. 2. Tujuan dan Fungsi Kelompok a. Tujuan Kelompok Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif. b. Fungsi Kelompok Fungsi kelompok sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain. 3. Komponen Kelompok a. Struktur Kelompok Menjelaskan batasan, komunnikasi, proses pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama. b. Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut stuart dan laraia (2001) adalah 7-10 orang, menurut lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut rawlins-williams, dan beck

(1993) adalah 5-12 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. c. Lamanya Sesi Waktu optimal untuk 1 sesi adalah 24-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (stuart dan laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelopok, dapat satu kali/dua kali perminggu atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan. d. Komunikasi Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat kompetis, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan. Elemen penting observasi komunikasi perbal dan non verbal (Stuart dan laraia, 2001); Komunikasi setiap anggota kelompok, rancangan tempat duduk(setting), tema umum yang diekspresikan, frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi, kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan terhadap kelompok, proses penyelesaian masalah terjadi.

e. Peran Kelompok Pemimpin perlu mengobserpasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu maintenance roles, terapi aktivitas kelompok roles, dan individual roles. Maintenace roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Terapi aktivitas kelompok roles, yaitu pokus pada penyelesaian tugas. Individual roles, adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.

Peran dan Fungsi Kelompok a. peran kelompok 1. Peran kelompok sebagai mempertahankan Pendorong (encouraqer), Penyelaras (Harmonizer), Pemusyawara (kompromiser) Penjaga

(gatekeeper), Pengikut (polower), Pembuat Peraturan (rule maker) Penyelesaian masalah (Problem solver).

2. Peran kelompok dalam menyelesaikan tugas Pemimpin (leadera), Penanya (guestioner), Pasilitator (facilitator) Penyimpul (sumarizer),

Evaluator (evaluator), Pemberi inisiatip (initiator). 3. Peran kelompok sebagai individu Korban, Monopoli, Seduser, Diam, Tukang komplain, Negatif , Moralis. b. Fungsi kelompok 1. Fungsi Kelompok sebagai mempertahankan Memberi pengaruh positif pada kelompok, Menjaga tetap damai, Meminimalkan konflik dengan mencari alternatif, Menetapkan tingkat penerimaan kelompok terhadap anggota secara individual, Berperan sebagai peserta yang menarik, Membuat standar perilaku kelompok mis: waktu dan pakaian, Menyelesaikan masalah angar kelompok agar kelompok dapat terus bekerja. 2. fungsi kelompok dalam menyelesaikan tugas Memberi arahan, Mengklarifikasi isu dan informasi, Menjaga kelompok tetap fokus, Menyimpulkan posisi kelompok, Mengklaji kinerja kelompok, Memulai diskusi kelompok. 3. fungsi kelompok sebagai individu Dipandang negatif oleh kelompok, Berperan aktif mengontrol kelompok Menjaga jarak dan meminta diperhatikan, Mengontrol secara pasif degar diam, Mengeluh dan marah pada kerja kelompok, Mengecilkan kerja kelompok, Berperan sebagai penilai benar dan salah

f. Kekuatan Kelompok Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok ( Stuart dan laraia, 2001). g. Norma Kelompok Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masalalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.

Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain. h. Kekohesifan Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok, perlu diindentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan. Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar kekohesifan kelompok dapat terwujud, seperti mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain, diskusi dalam kata-kata kita menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara kekohesifan perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota memberi pijuan dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain. 4. Perkembangan Kelompok a. pase pra kelompok Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan pelaksanaan menjalankan b. Pase awal Kelompok Pase ini ditandai dengan ansietas karna masuknya kelompok baru, dan peran yang baru. 1. Tahap Orientasi Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompok mengorentasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan kerahasiaan, waktu pertemuan, struktus, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya satu orang yang bicara pada suatu waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok di upayakan terbentuk pada fase orientasi. 2. Tahap Konflik Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini. Sebagian ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin. Ada pula anggota yang netral dan dapat membantu kegiatan kelompok. Proposal dapat kegiatan pula berupa pendoman atau panduan kelompok.

menyelesaikan konfik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara anggota kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik negatif maupun positif dan membantu kelompok mengenai penyebab konflik. Serta menjega perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab konflik.

3. Tahap Kohesif Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama lain. Perasaan positif akan sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain.

Pada tahap akhir fase ini tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan. Merka belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadu suatu realitas. c. Fase Kerja Kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka walaupun mereka bekerja keras tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok menajdi stabil dan realitis. Tugas pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga kelompok kearah pencapaian tujuan. Serta mengurangi dampak dari faktor apa saja yang dapat mengurangi produktitivitas kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Pada akhir fase ini anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. d. Fase Terminasi Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karna anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.

Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu. Pada tiap sisi dapat pula dikembangkan instrumen evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu.terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan zaher-hari pada akhir sesi ini, perlu dicatat atau didokumen tasikan proses yang terjadi berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan inplementasi tindakan keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih pada kelien diluar sesi (keliat, 2005). B. Terapi Kelompok Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

1. Jenis terapi kelompok a. Kelompok terapeutik Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social. Tujuan Kelompok terapeutik: 1. Mencegah masalah kesehatan 2. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok 3. Meningkatkan kualitas kelompok, antara anggota kelompok saling membantu dalam

menyelesaikan masalah. b. Terapi aktivitas kelompok Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi presepsi, stimulasi sensoris, orientasi realita,dan sosialisasi(keliat, 2005).Pada terapi ini, seorang perawat spesialis yang menjadi tropis dan enam sampai delapan orang bertemu secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan mengubah pola perilaku yang mal adaptif. Kemudian klien mempelajari bagaimana membuat ekspresi perasaan yang sesuai dan menggali cara-cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan perubahan pribadi(Copel, 2007). Proses kelompok adalah makna interaksi perval dan non verbal di dalam kelompok yang meliputi:isi komunikasi, Hubungan antara anggota, Pengaturan tempat duduk, Pola atau nada bicara, bahasa dan sikap tubuh, Tema kelompok yang dapat diekspresikan baik secara terbuka atau tertutup. Kelompok terapi berfokus pada hubungan kelompok, interaksi antar anggota, dan masalah dalam hidup dan perilaku yang terjadi disana dan saat ini(Ann, 2005). 2. Bentuk terapi kelompok a. Kelompok eksplorasi interpersonal Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan. b. Kelompok Bimbingan-Inspirasi Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena merekamempunyai problem yang sama. c. Terapi Berorientasi Psikoanalitik Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman,

sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut(tomb, 2004). Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan insinght, kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang dipasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu(Hibbert, 2009:157). C. Terapi Aktivitas Kelompok 1. Defenisi Terapi Aktifitas Kelompok Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama(keliat, 2005). Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktipitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. 2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok a. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang mel adaptif atau distruktif, mis: kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. 1. Defenisi Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan / atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. 2. Tujuan TAK Stimulasi Persepsi a. Tujuan Umum Tujuan Umum adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. b. Tujuan Khusus 1. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat. 2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami. 3. Aktifitas dan Indikasi a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari. 1.Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Menonton Televisi 2.Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Membaca majalah/Koran/Artikel. 3.Terpai aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Melihat Gambar. Klien yang mempunyai Indikasi TAK ini adalah klien perubahan sensiris persepsi dan klien menarik diri yang telah mengikuti TAKS. 3. Aktivitas Mempersepsikan stimulus Nyata dan Respons yang dialami dalam kehidupan. Aktivitas khususnya untuk klien perilaku kekerasan. Aktivitas ini dibagi dalam

4. beberapa

sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mengenal Perilaku kekerasan yang biasa dilakukan (penyebab: tanda dan gejala: perilaku kekerasan: akibat perilaku kekerasan) b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegahperilaku kekerasan malalui kegiatan: Fisik.

c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif. d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat. e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perilaku kekerasan yang telah kooperatif. 5. Aktivitas Mempersepsikan Stimulus tidak nyata dan Respon yang dialami dalam kehidupan. Aktivitas dibagi kedalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: a. Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah halusinasi. b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengusir/menghardik halusinasi. c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi melakukan kegiatan. d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Menontrol halusinasi dengan bercakapcakap. e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien halusinasi. 6. Aktivitas Mempersepsikan Stimulasi Nyata yang menyebankan Harga diri Rendah. Aktivitas ini dapat dibagi dalam sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Mengidentifikasi aspek yang dapat membuat harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup (dirumah dan dirumah sakit) b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Melatih kemampuan yang dapat dirumah sakit dan dirumah. Klien yang mempunyai indikasi terapi aktivitas kelompok adalah klien gangguan konsep diri: harga diri rendah. b. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensoris Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non Verbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien tidak mau menggungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi omosi dan perasaannya, serta menampilkan respon. Aktifitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni, menyanyi, menari, jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagi kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus. c. Terapi Aktifitas Kelompok orientasi Realitas Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar, yaitu diri sendiri, orang lain yang di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien. Aktifitas berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata. d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari inter personal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi pernahditeliti dan memberi dampak pada kemampuan klien dalam bersosialisasi. Terapi aktivitas yang lain telah digunakan dibeberapa Rumah Sakit Jiwa. Dengan evaluasi dan penelitian tentang manfaat terapi aktivitas kelompok yang akan memberi kontribusi peningkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok dapat diperoleh melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan diharapkan perawat yang melaksanakan terapi aktivitas kelompok telah mengikuti pendidikan khusus.

Rawlins, willians, dan beck mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk memjadi terpai atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya. Pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Anda mungkin juga menyukai