Anda di halaman 1dari 12

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang mempunyai pemakai yang cukup tinggi di Indonesia.

Berawal pada pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kamijen pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van Beele yang menandai akan dibukanya jalan Kereta Api untuk pertama kalinya di Indonesia, hingga sekarang yang menjadi sarana transportasi yang memiliki tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Salah satunya adalah Kereta Api Ekonomi atau biasa disebut KRL Ekonomi. . KRL ekonomi menggunakan Kereta Api bertenaga listrik yang dibuat diantara tahun 1978-2000. KRL ini, memiliki kurang lebih 4 tipe KRL. Tipe KRL tersebut adalah Holec (dibuat tahun 1996-2000) yang dibuat oleh Belanda, Rheosat (seri KL3)(dibuat tahun 1978-1984) yang dibuat oleh Jepang, KRL Hitachi (dibuat tahun 1997) yang dibuat PT INKA kerjasama oleh Jepang, dan yang terakhir adalah KRL ABB Hyundai (dibuat tahun 1985-1992) yang dibuat oleh PT INKA dan Hyundai Korea Selatan. KRL ekonomi ini sengaja dibuat untuk melayani penumpang kelas menengah kebawah. Fasilitas yang ditawarkan oleh KRL ini juga terbilang minim, karena tidak adanya fasilitas AC (Air Conditioner) yang membuat KRL ini kurang nyaman. Walaupun memang sepadan dengan harganya yang bisa dibilang sangat murah. Sejarah perkereta-apian Indonesia di jalur Jabodetabek berawal dari diimpornya KRL Rheosat berjumlah 30 set secara bertahap dari tahun 1976 sampai tahun 1987. Teknologi KRL ini sama seperti KRL AC seri 6000 dan JR 103 yang sama-sama dari negara sakura. Kemudian, disusul oleh perakitan KRL hasil kerjasama antara PT INKA dan Hyundai Korea Selatan yaitu KRL ABB pada tahun 1985. KRL ABB ini menggunakan teknologi VVVF dan disebut-sebut sebagai prototipe dari kereta Maglev.

Pada tahun 1994, Indonesia kembali mengimpor sejumlah KRL dengan merek BN Holec yang dibuat di Belanda dan Belgia. Ini adalah salah satu KRL ekonomi yang terbilang cukup muda usianya. Terakhir dari KRL ekonomi adalah KRL Hitachi (Jepang-Indonesia) yang dibuat di INKA hasil kerjasama antara Hitachi dan PT INKA. KRL ini mengadopsi teknologi VVVF yang bercirikan sangat halus pada saat akselarasi serta tidak menyentak saat mulai bergerak.

Namun, dibalik murahnya harga tiket KRL ekonomi, tersimpan segudang masalah yang dialami oleh penumpang KRL Ekonomi. Minimnya jumlah armada dan minimnya tingkat kesejahteraan rakyat, menimbulkan banyak sekali masalah. Misalnya, jumlah penumpang yang diangkut melebihi kapasitas serta jam tunggu kereta yang sangat lama. Hal-hal itu dapat menyebabkan kereta api listrik mengalami Overload. Jikalau kereta api mengalami overload, maka keamanan penumpang akan terancam. Hal lain yang dapat menyebabkan kereta api itu Overload adalah tingginya tingkat intensitas penumpang yang nekat naik ke atap dari gerbong kereta. Hal itu jelas-jelas akan memicu hal-hal yang tak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai