Anda di halaman 1dari 5

Total Quality Management (TQM) Ringkasan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu

konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktorfaktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma" adalah menajamnya persaingan, ketidakpuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun lembaga nirlaba.

TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa pengalaman dan ide-ide mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu. Ada beberapa prinsip-prinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu, seperti mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu; - dimana terdapat komunikasi terbuka dan rasa kepemilikan pegawai - sistem penghargaan dan pengakuan; pelatihan dn pendidikan terus menerus, dan pemberdayaan pegawai.

Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan sekarang cukup populer di sektor swasta khususnya dengan adanya program ISO 9000. Banyak perusahaan terkemuka dan perusahaan milik negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik di tingkat nasional mupun internasional. Tetapi TQM kurang begitu dikenal di sektor publik. Namun kini keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor swasta untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah menyediakan pelayanan.

Indonesia kini berada dalam periode transisi, dari gaya pemerintahan otoriter yang sangat sentralistik menuju ke gaya pemerintahan bottom-up yang desentralistik, dimana pemerintah daerah berada dalam proses menerima otonomi daerah. Masa transisi ini berlangsung dalam masa krisis ekonomi dan restrukturasi yang memaksa pemerintah untuk mengeksplorasi model-model pengadaan pelayanan alternatif. Sebenarnya, UU No. 22 1999 (mencakup kepemerintahan daerah) memiliki potensi untuk mentransformasi cara pemberian pelayanan oleh pemerintah secara dramatis. UU ini bertujuan untuk memberdayakan pemerintah daerah, menguatkan masyarakat lokal dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam konteks inilah terdapat peluang yang berharga untuk memperkenalkan dan melaksanakan TQM.

Dalam pengalaman DELIVERI di sektor peternakan, TQM telah memainkan peran penting dalam merubah perilaku dari tingkat petani hingga tingkat manajemen senior. Evaluasi terhadap pelaksanaan TQM mengidentifikasi peningkatan tingkat kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan pada program inseminasi buatan di Kabupaten Bulukumba dan Barru. Di Minahasa, Juru Kesehatan Hewan Masyarakat memenuhi kebutuhan para petani terhadap perawatan kesehatan hewan dengan biaya terjangkau.

Namun demikian, penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi untuk menjadi penghambat perubahan. Terkadang kekuasaan paling penting di sektor publik tidak ditemukan dalam organisasi, tetapi lebih sering terdapat pada sistem yang lebih besar. Sebagai contoh, sistem pendidikan, personalia, peraturan dan anggaran berada di luar kekuasaan organisasi sektor publik.

Selain hambatan-hambatan yang berada di luar ruang lingkup sebuah organisasi, terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi, seperti kurangnya akuntabilitas terhadap pelanggan, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan TQM.

Potensi keberhasilan TQM sudah nampak dan dampaknya pun bisa diperlihatkan, sekarang yang dibutuhkan adalah keputusan untuk melaksanakan TQM. Hal ini mestinya menjadi bagian dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga- lembaga publik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Mencapai Performance Terbaik Dengan Menggunakan Metoda Malcolm Baldridge Oleh : Palimirma (Vibizmanagement Quality) - Salah satu kerangka kerja untuk mencapai mutu tinggi adalah menggunakan kriteria The Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Sebagai alat penilaian mandiri (selft assessment), kriteria MBNQA membantu mengidentifikasi kekuatankekuatan perusahaan, mencari peluang-peluang perusahaan dan mencari peluang bagi perbaikan proses dan hasil yang berdampak kepada stakeholder, pelanggan, karyawan, pemilik (owner), pemasok (supplier), serta masyarakat. Kriteria MBNQA juga membantu dalam hal mengatur sumber daya, antara lain: memperbaiki komunikasi, produktivitas, efektivitas, serta mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Kriteria Baldrige sebagai suatu kriteria untuk keunggulan kinerja yang digunakan, telah diadopsi oleh puluhan negara di dunia menjadi National Quality Award negaranya masing-masing. Di Indonesia sendiri, perusahaan yang telah menerapkannya antara lain Sucofindo, Telkom, Pertamina, terlebih setelah diluncurkannya IQA for BUMN (Indonesia Quality Award for Badan Usaha Milik Negara) Republik Indonesia. Dengan mengimplementasikan Malcolm Criteria, organisasi bertekad untuk meningkatkan keunggulan kinerjanya dalam situasi yang semakin kompetitif. Untuk meningkatkan performansinya maka perusahaan harus melakukan pelatihan, sehingga proses penerapannya menjadi tepat sasaran dan sesuai dengan fungsinya.

Teori yang melandasi Malcolm Baldridge

Sistem manajemen kualitas MBPE (Malcolm Baldridge Performance Excellence) diperkenalkan dan diterapkan sebagai guideline bagi perusahaan untuk menjadi perusahaan yang unggul atau excellence dalam era persaingan global ini.

Sistem ini pertama sekali diciptakan oleh US Congress pada tahun 1987 dibawah Public Law 100-107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldridge, Commerce Department Secretary, yang meninggal dunia pada tahun 1987.

Penghargaan MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Award) diberikan setiap tahun kepada berbagai organisasi dan perusahaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Amerika Serikat. Saat ini MBNQA berada dibawah tanggungjawab the National Institute of Standards and Technology (NIST), Departemen Perdagangan AS. Makalah tentang MBNQA dapat didownload gratis dari http://www.quality.nist.gov.

Ada 7 kriteria yang dinilai dan dijadikan acuan dalam mengelola kinerja perusahaan, yaitu: (1). Kepemimpinan (Leadership) (2) Perencanaan Strategis (Strategic Planning) (3) Fokus pasar dan pelanggan (Market and Customer Focus) (4) Informasi dan analisis (Information and Analysis) (5) Fokus sumber daya manusia (Manpower Fokus) (6) Manajemen Proses (Process Management) (7) Hasil-hasil bisnis (Business Results)

Berdasarkan peninjauan secara seksama terhadap 20 perusahaan yang memiliki skor tertinggi untuk kriteria MBPE ini, diperoleh kesimpulan bahwa ada 6 faktor kunci yang sangat besar kontribusinya pada peningkatan performa atau keunggulan kinerja perusahaan, yaitu antara lain: (1) fokus pelanggan, (2) kepemimpinan manajemen senior, (3) keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, (4) kultur perusahaan yang terbuka, (5) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, dan (6) kemitraan dengan pemasok.

Penerapan Metoda malcolm Baldrige

Bagaimana PLN mengorganisasikan penerapan Kriteria Baldrige secara company wide untuk menggerakkan perbaikan yang menyeluruh di perusahaan - Implementasi Malcolm Baldrige secara strategis menjadi salah satu KPI (Key Performance Indicator) Direksi, sebagai indikator komitmen Direksi dalam implementasi MB - Malcolm Baldrige secara konsisten telah diimplementasikan sejak tahun 2007 di PLN. Dalam pengembangannya telah dilakukan asesment sampai ke tingkat Unit Operasional melalui penerapan PLN Quality Award untuk seluruh Unit. Bagaimana Kriteria Baldrige mampu menggerakkan kinerja menyeluruh perusahaan dalam konteks menghadapi tantangan bisnis saat ini dan akan datang

- Tantangan bisnis PLN saat ini dan akan datang melalui Program PLN Golden Year 2012 terkait masalah sustainability perusahaan ke depan - Langkah atau inisiatif strategis PLN adalah melalui 4 (empat) pilar kebijakan strategis: Perangi padam (kecukupan daya), Mengatasi daftar tunggu, Berantas Korupsi, Peningkatan Efisiensi Lesson learn pengalaman PLN menerapkan Kriteria Baldrige untuk meningkatkan kinerja perusahaan - Pengalaman MB telah memberikan dampak positif kepada seluruh jajaran PLN dan mampu menginspirasi untuk memunculkan ide kreatif dan inovasi serta langkah-langkah terobosan (breakthrough) dalam meningkatkan kinerja perusahaan

Anda mungkin juga menyukai