Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Aritmia jantung sering dijumpai pada stroke. Di satu sisi, aritmia bisa merupakan faktor penyebab stroke, namun di sisi lain aritmia bisa menjadi komplikasi stroke yang berat. Selain itu, penyakit jantung komorbid dan infark miokard akut juga sering dijumpai pada pasien stroke akut. Diagnosis untuk mengidentifikasi aritmia jantung pada fase akut stroke berperan penting, tak hanya untuk menyesuaikan strategi pencegahan sekunder yang tepat, namun juga untuk mencegah komplikasi jantung sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Disregulasi otonom sering terjadi pada stroke iskemik akut. Beberapa studi menyimpulkan bahwa ketidakseimbangan antara fungsi kardiovaskular simpatis dan parasimpatis merupakan faktor predisposisi untuk aritmia jantung maligna. Terlepas dari sisi iskemia, pasien stroke post akut menunjukkan defisit kardiak parasimpatis. Selain itu, modulasi simpatik kardiovaskular meningkat pada pasien pasca stroke sisi kanan. pasien stroke post akut mengalami peningkatan risiko untuk terjadi aritmia jantung karena stimulasi simpatis tanpa diimbangi oleh parasimpatis.1 Aritmia jantung, merupakan gangguan yang berpotensi mengancam jiwa, lebih sering dijumpai pada pasien dengan stroke hemoragik daripada stroke iskemik. Aritmia jantung merupakan penyebab utama kematian mendadak pada pasien stroke. Gangguan regulasi otonom denyut jantung menyebabkan perubahan instabilitas jantung, sehingga berhubungan erat dengan peningkatan risiko mortalitas pasca stroke. Aritmia serius lebih jarang dijumpai pada pasien stroke iskemik dibanding stroke hemoragik. Khususnya perdarahan subarakhnoid diikuti komplikasi gangguan jantung. Aritmia mungkin sekunder akibat iskemi miokard, yang diakibatkan kerena kadar katekolamin yang berlebihan sehingga menyebabkan vasospasme arteri koroner atau karena efek neurotoksik langsung dari katekolamin. Gangguan irama jantung sering dijumpai pada pasien usia lanjut dan pasien dengan riwayat penyakit jantung. Aritmia jantung berkorelasi dengan lesi pada medulla oblongata dan hemisfer serebri. Terutama lesi iskemik atau hemoragik pada korteks insula menyebabkan artimia jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infark pada korteks insula kanan berhubungan kuat dengan gangguan konduksi jantung, sedangkan beberapa penelitian lain menunjukkan hubungan aritmia dengan stroke yang mengenai regio insula kiri. Mungkin lesi insula menyebabkan disfungsi sistem saraf parasimpatis atau simpatis. Perubahan kontrol sirkadian denyut jantung juga dapat menyebabkan aritmia jantung pada

beberapa hari pertama setelah stroke. Aritmia jantung seringkali sekunder akibat hipoksia atau gangguan metabolik, khususnya gangguan elektrolit. Aritmia ventrikuler, mencakup torsades de pointes, atau defek konduksi merupakan komplikasi yang mungkin dijumpai pada stroke. Untungnya, kejadian ini relatif jarang. Pasca stroke, fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering terdeteksi. Seringkali sudah ada sebelum stroke, dan pada beberapa kasus mungkin menjadi penyebab stroke. Meskipun fibrilasi atrium merupakan penyebab utama stroke, namun juga bisa sebagai komplikasi dari stroke khususnya perdarahan intrakranial. Monitoring denyut dan irama jantung harus dilakukan selama beberapa jam pertama pasca stroke. Bila dijumpai aritmia serius, segera diberikan terapi medis sesuai arahan kardiolog.2

Jenis-jenis Aritmia: 1. Atrium atau blok a. Sinus bradikardi b. Fibrilasi atrium c. Blok sinoatrium d. Blok atrioventrikuler e. Interval asistolik 2. Ventrikuler a. Kontraksi ventrikuler prematur unifokal b. Kontraksi ventrikuler prematur multifokal c. Bigemini atau trigemini d. Ventrikel takikardi e. Torsades de pointes f. Fibrilasi ventrikel2

Aritmia dan kelainan EKG sering dijumpai pada perdarahan subarakhnoid (PSA). Kelainan EKG yang paling sering dijumpai adalah perubahan segmen ST dan segmen T, gelombang U prominen, pemanjangan QT, dan aritmia sinus. Aritmia yang mengancam jiwa seperti fibrilasi ventrikel atau torsade de pointes dapat dijumpai pada monitoring 24 jam, namun sangat jarang. Nilai prognostik perubahan EKG pada PSA masih belum jelas, namun lebih penting sebagai indikator penyakit intrakranial yang berat dibanding sebagai prediktor komplikasi jantung yang serius.

Pada pasien PSA, pemberian rutin obat antiaritmia tidak dianjurkan, bahkan beberapa golongan seperti beta bloker juga dapat menurunkan tekanan darah.3

Hubungan stroke iskemik terhadap fungsi jantung belum diketahui secara pasti. Temuan pertama mengenai komplikasi kardiovaskuler sekunder terhadap episode iskemik dilaporkan sekitar setengah abad yang lalu. Sejak saat itu, beberapa literatur menunjukkan efek buruk dari iskemia serebri terhadap sistem kardiovaskuler berdasarkan pengamatan klinis maupun eksperimental.4

ISKEMIA SEREBRI Selama proses iskemia serebri akut, dapat terjadi kelainan kardiovaskuler seperti kenaikan tekanan darah, aritmia, dan kerusakan jantung iskemik dan memperburuk prognosis keluaran klinis.131,144,146,198 Meskipun gangguan jantung diketahui terjadi sebagai akibat dari iskemia serebri, namun mekanisme patofisiologi yang mendasari belum diketahui secara pasti. Komplikasi kardiovaskuler pada stroke iskemik pertama kali diamati oleh Byer dkk dan Burch dkk yang menemukan adanya kelainan EKG yaitu gelombang T tegak dan interval QT memanjang.20,21Sejak temuan ini, ahli lain menemukan aritmia secara klinis dan eksperimental, kenaikan tekanan darah, peningkatan kadar katekolamin, peningkatan kadar enzim jantung serum, penurunan

Anda mungkin juga menyukai