Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk membiayai peremajaan karet diperlukan dana sebesar Rp. 3,5 trilyun dalam periode 2005 2010, sedangkan dalam periode 2005 - 2025 diperlukan dana Rp. 12,6 trilyun (menggunakan harga tahun 2004). Kebutuhan biaya peremajaan di berbagai propinsi dalam jangka menengah disajikan pada Lampiran 2. Pada dasarnya pembiayaan yang diperlukan untuk merealisasikan rencana pengembangan karet ke depan berasal dari berbagai sumber, yaitu dana masyarakat dan perbankan, pemerintah pusat dan daerah, pengusaha, dan dana komoditi. Dengan pertimbangan bahwa pada saat ini dana perbankan kurang tersedia untuk mendukung pembiayaan pembangunan agribisnis karet (tingkat suku bunga terlampau tinggi) serta keterbatasan dana yang berasal dari masyarakat dan pemerintah, maka perlu segera ditinjau untuk menghidupkan kembali pungutan dana dari komoditi (semacam CESS)
33
karet untuk pengembangan, promosi, peremajaan dan peningkatan kapasitas SDM pada komoditi karet. Hasil monitoring jumlah pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) di Indonesia menunjukkan bahwa saat ini jumlah kapasitas terpasang (1.933.400 ton/th) melebihi dari produksi (1.630.000 ton/th). Perimbangan antara kapasitas terpasang dengan produksi di berbagai Propinsi adalah beragam, namun terjadi kelebihan kapasitas pabrik di Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Hasil simulasi prediksi pertambahan produksi (5%) sampai dengan tahun 2010 menunjukkan bahwa produksi karet hanya sekitar 2 juta ton/th, sehingga belum perlu menambah investasi di pabrik karet remah. Pada saat ini, kebutuhan dana untuk investasi pada pabrik karet remah dengan kapasitas 70 ton/hari adalah sekitar Rp 25,6 milyar (Lampiran 3) Pemanfaatan kayu karet di dalam negeri masih mengalami kendala dalam beberapa hal seperti tidak jelasnya kelembagaan yang menangani kayu karet, kurangnya kontinuitas sumber bahan baku karena lokasi bahan baku yang terpencar dengan aksesibilitas yang terbatas terhadap fasilitas angkutan, kualitas kayu yang sangat beragam dan pengiriman produk yang tidak kontinu, ketimpangan harga bahan baku di tingkat pabrik (tinggi) dan produk (rendah), jenis produk yang kurang variatif, adanya pajak ekspor permanen (USD 150/m3), serta kurangnya apresiasi pasar domestik terhadap kayu karet. Masuknya investasi pada pabrik pengolahan kayu karet tentu saja akan sangat tergantung pada seberapa jauh hambatan-hambatan di atas dapat dikurangi. Pada saat ini investasi peralatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan treated sawn timber hanya sekitar Rp 2,12 milyar pada kapasitas 20 m3/hari.
d. Adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan. e. Penghapusan berbagai memberatkan iklim usaha. 2. pungutan dan beban yang
Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan, pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan sumber energi (tenaga listrik). Penyediaan dana untuk membiayai pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi dan peningkatan kapasitas SDM karet. Salah satu alternatif adalah menghidupkan kembali penghimpunan dana dari hasil produksi/ekspor (semacam CESS). Kelembagaan CESS tidak seperti dulu lagi tetapi mengambil bentuk sebagai institusi yang bersifat independent di bawah Departemen Keuangan dengan aturan main yang jelas dan sedemikian rupa sehingga penggunaan dana mudah diawasi dan kembali untuk kepentingan investasi di bidang perkebunan. Pengembangan sistem kemitraan antara petani dan perusahaan, misalnya dengan pola PIR Plus. Mulai pola ini, salah satu disainnya adalah : petani tetap memiliki kebun beserta pohon karetnya, dan ikut sebagai pemegang saham perusahaan yang menjadi mitranya. Dengan cara demikian, maka kepastian bagi perusahaan untuk memperoleh bahan baku dalam jumlah cukup lebih terjamin.
35
3.
4.
34
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Rencana peremajaan tanaman Karet Rakyat di Indonesia 2005-2010
Jumlah
98.100 185.249 485.088 201.938 676.348 21.554 37.939 248.796 157.526 248.796 52.693
1 NAD 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bangka Belitung 8 Bengkulu 9 Kalimantan Barat 10 Kalimantan Tengah 11 Kalimantan Selatan 12 Kalimantan Timur Indonesia 1.341.558 14.062 52.121 132.680 166.585 32.288 14.305 266.212 176.633 189.922 61.845 189.598
45.307
86.781 101.663
Lampiran 2.
No .
Propinsi
2005
11.500 27.600 34.500 27.600 57.500 2.300 2.300 32.200 23.000 32.200 6.900 257.600
2006
13.706 19.095 64.119 28.295 98.431 2.741 5.041 19.978 27.413 19.978 8.224 307.020
2007
13.656 26.448 86.781 28.213 103.918 3.191 5.933 31.948 18.113 31.948 7.274 357.420
2008
15.940 31.170 101.663 32.970 121.186 3.736 6.928 37.743 20.915 37.743 8.468 418.460
2009
18.890 30.060 96.563 39.140 145.321 4.416 8.153 5 8.503 25.015 58.503 10.058 494.620
2010
24.408 50.877 101.463 45.721 149.991 5.169 9.585 68.426 43.071 68.426 11.770
Jumlah
98.100 185.249 485.088 201.938 676.348 21.554 37.939 248.796 157.526 248.796 52.693 578.906 2.414.026
39
1.3. Utility No Description Electical Genset Maintenance Tools Water Tower Water Pump Varies 5 6 7 8 Piping Electical Panel Forklift Fuel Tank Total Price of Utility TOTAL OF INVESTMENT I (1.1+1.2+1.3)
II. Line Field Grade 21 tonnes/day : 2.1. Processing Machineries No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Description Capacity Unit Total Unit 1 2 2 8 2 2 1 1 1 20 10 1 Unit Price (Rp million) 32,5 150 75 100 150 150 1.000 250 25 1 0,5 25 Total Price (Rp million) 32,5 300 150 800 300 300 1.000 250 25 20 5 25 3.207,5
I Line Latex Grade : 49 tonnes/day 1.1. Building No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Description Crumb Rubber Plant Power House Laboratory Product Ware House Office Worker Bufet Godown Workshop Water Treatment Porter Rubber Trap Anaerobic Pond Facultative Pond Aerobic Pond Total Price of Building 1.2. Line Latex Grade No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Description Receiving Tank Coagulating Through Mobile Crusher Creper Cutter Mill Vortex Pump Dryer Baling Press Metal Detector Trolley Packing Box Capacity 50 3 500 1 1 2.5 800 1250 1 Unit m3 m3 kg/hr ton/hr ton/hr ton/hr kg/hr Kg/unit ton/hr Total Unit 2 15 3 12 3 3 1 3 2 50 25 Unit Price (Rp milion) 32,5 10,75 75 100 150 25 1500 250 25 1 0,5 Total Price (Rp million) 65 161,25 225 1200 450 75 1500 750 50 50 12,5 4.538,75 Size 3.500 200 300 1.500 200 300 150 300 500 15 25 750 750 750 Unit m m2 2 m m2 m 2 m m2 2 m 2 m m2 m
2 2 2
Capacity 1.000 50
Unit KVA m3
Unit Price (Rp million) 1.500 500 250 12,5 0,05 2,5 150 25
Total Price (Rp million) 3.000 500 250 125 12,5 10 150 25 4.072,5
Total Unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
Unit Price (Rp million) 5.250 200 300 2.250 200 225 112,5 300 500 11,25 25 50 50 50
Total Price (Rp million) 5.250 200 300 2.250 200 225 112,5 300 500 11,25 50 50 50 50 9.548,75
1 2 3 4
2 10
Ton m3
1 1
18.160
m3 3 m m3
Receiving Cup Lump 100 m3 Lump Breaker 500 kg/hr Macroblending Tank I 50 m3 Creper 500 kg/hr Hammer Mill 1 ton/hr Cutter Mill 1 ton/hr Dryer 2 ton/hr Baling Press 800 kg/hr Metal Detector Trolley 1 ton/unit Packing Box 1 ton/unit Vortex Pump Total Price of Processing Machineries
2.2. Building No Description Size Unit m2 m2 Unit Price Total Unit (Rp million) 1 1 500 800 Total Price (Rp million) 500 800 1.300
40
41
2.3. Utility No 1 2 3 Description Capacity Unit Unit Price Total Unit (Rp million) 4 1 1 2,5 150 75 Total Price (Rp million) 10 150 75 235 4.742,5
Electical Panel Forklift 2 ton Lift Blanket Total Price of Utility TOTAL OF INVESTMENT II (2.1+2.2+2.3)
III. LAND PREPARATION 3.1. Land Preparation No 1 2 3 Description Land Preparation Fencing Upgrading Emplacement Capacity 10 4.000 10 Unit Total Unit ha m ha 1 1 1 Unit Price 100 100 150 Total Price 100 100 150 350 350
TOTAL INVESTMENT FOR PLANT 70 TONNES/DAY (I+II+III) 23.252,5 Contigencies 10% 2.325,25 GRAND TOTAL 25.577,75
42