Anda di halaman 1dari 7

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2011


RINGKASAN Penduduk miskin Jawa Timur pada bulan September 2011 sebanyak 5,227 juta (13,85 persen) atau turun 2,41 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2011 yang sebesar 5,356 juta (14,23 persen). Selama periode Maret-September 2011, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan dan di daerah perkotaan menurun. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 0,53 poin persen dari 18,19 di bulan Maret 2011 persen menjadi 17,66 persen di bulan September 2011. Untuk daerah perkotaan persentase penduduk miskin berkurang 0,21 poin persen dari 9,87 persen menjadi 9,66 persen. Dari Keseluruhan penduduk miskin di Jawa Timur, 66,82 persen diantaranya berdomisili di daerah perdesaan atau sebesar 3,493 juta penduduk. Garis kemiskinan selama periode Maret-September 2011 mengalami kenaikan sebesar 3,58 persen atau menjadi Rp. 227.603 pada bulan September 2011. Garis kemiskinan makanan September 2011 naik 3,29 persen menjadi Rp. 167.360 dan memberikan konstribusi sebesar 73,53 persen terhadap garis kemiskinan. Sementara garis kemiskinan bukan makanan naik 4,39 persen menjadi Rp. 60.243 di bulan September 2011. Tiga komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan makanan di daerah perdesaan dan perkotaan adalah beras, rokok kretek filter dan gula pasir. Untuk komoditas bukan makanan didaerah perkotaan adalah perumahan, listrik dan pendidikan. Sedangkan daerah perdesaan adalah biaya perumahan, kayu bakar dan listrik. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada September 2011 sebesar 2,00 dibandingkan bulan Maret 2011 yang sebesar 2,27. Pada periode yang sama Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sebesar 0,54 turun menjadi 0,46. Nilai P1 untuk perkotaan sebesar 1,25 dan perdesaan sebesar 2,67 pada September 2011. Besaran tersebut menunjukkan nilai P1 perdesaan 2,14 kali nilai P1 perkotaan dan nilai P2 untuk daerah perdesaan 2,25 kali nilai P2 daerah perkotaan.

Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Perkembangan pembangunan suatu daerah dapat dipantau dari indikator makro pembangunan diantaranya kemiskinan. Selama periode Maret-September 2011 persentase penduduk miskin di Jawa Timur turun 0,38 poin persen atau menjadi 13,85 persen di bulan September 2011. Angka kemiskinan sebesar 13,85 persen ini besarannya diatas target kemiskinan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (15,0-15,5 persen). Penduduk miskin selama periode Maret-September 2011 turun sebanyak 128,9 ribu penduduk atau menjadi 5.227,31 ribu penduduk di bulan September 2011. Penurunan persentase kemiskinan yang percepatannya tidak secepat tahun-tahun sebelum atau cenderung melandai (Gambar 1) diduga lebih disebabkan hardcore poverty yang terjadi. Upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menanggulangi hardcore poverty dilakukan dengan Program Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Rakyat (Jalinkesra). Memang upaya ini tidak sertamerta mengeluarkan peserta program ini dari kemiskinan, akan tetapi membantu mereka mempertahanan kehidupannya dan perlahan menuju perbaikan ekonomi. Hal ini tentunya membutuhkan waktu relatif lama.
Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur Tahun 2005 2011 (Triwulan 3)
25 19,95 20 21,09 19,98 18,51 16,68 15,26 e15 s a t n e s r e10 P 14,23 13,85

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mar 2011 Sept 2011

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2005-2011

Penduduk miskin sebanyak 66,82 persen tinggal di daerah pedesaan atau sebanyak 3,493 ribu jiwa. Angka tersebut jika dibagi dengan jumlah penduduk secara aggregat pada masing-masing wilayah yaitu pedesaan dan perkotaan menunjukkan persentase penduduk miskin untuk daerah pedesaan sebesar 17,55 persen dan 9,66 persen untuk daerah perkotaan. Angka persentase penduduk miskin tersebut mengalami pengurangan selama 1 semester ini yaitu sebesar 0,21 poin persen untuk daerah perkotaan dan 0,53 poin persen untuk daerah perdesaan. Hal lain menunjukkan persentase pengurangan penduduk miskin di daerah perdesaan 2,5 kali lebih cepat daripada di perkotaan (Tabel 1 kolom 7). .
2 Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 s/d September 2011
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Makanan (1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Perdesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Kota+Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 125.091 138.442 146.240 162.017 167.360 44.020 49.874 53.087 57.711 60.243 169.112 188.317 199.327 219.727 227.603 7.019,95 6.022,59 5.529,30 5.356,21 5.227,31 18,51 16,68 15,26 14,23 13,85 -1,47 -1,83 -1,42 -1,03 -0,38 118.971 131.522 139.806 155.457 161.141 36.461 43.106 46.073 50.818 53.025 155.432 174.628 185.879 206.275 214.166 4.581,19 3.874,07 3.655,76 3.587,98 3.493,00 23,64 21,00 19,74 18,19 17,66 -2,64 -1,26 -1,55 -0,53 131.487 145.676 152.965 169.242 174.210 51.921 56.948 60.418 65.303 68.193 183.408 202.624 213.383 234.546 242.403 2.438,76 2.148,51 1.873,55 1.768,23 1.734,31 13,15 12,17 10,58 9,87 9,66 -0,98 -1,59 -0,71 -0,21 (2) Bukan Makanan (3) Total (4) Jumlah penduduk miskin (ribu) (5) Persentase penduduk miskin (6) Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) (7)

Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 s/d Maret 2011 dan September 2011

Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2008-Maret 2011 Perubahan jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu sangat berkaitan erat dengan garis kemiskinan.Garis kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Pada bulan September 2011, garis kemiskinan sebesar 227.603 rupiah atau mengalami kenaikan 3,58 persen dalam kurun waktu 1 semester. Menilik definisi garis kemiskinan diatas, garis kemiskinan makanan sebesar 167.360 rupiah dan untuk non makanan sebesar 60.243 rupiah di bulan September 2011. Besaran garis kemiskinan menurut kategori (makanan dan non makanan) mengalami peningkatan 3,29 persen untuk makanan dan untuk non makanan sebesar 4,39 persen. Garis kemiskinan makanan jika dideferensiasi secara spasial terlihat untuk daerah pedesaan mengalami peningkatan sebesar 3,66 persen dan daerah perkotaan sebesar 2,94 persen. Hal ini diduga perubahan harga ditingkat perdesaan lebih cepat daripada di perkotaan. Perubahan garis kemiskinan makanan dipengaruhi oleh harga komoditas yang dikonsumsi penduduk. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis
Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012 3

kemiskinan makanan di daerah perkotaan dan perdesaan adalah beras, rokok kretek filter dan gula pasir. Untuk komoditas bukan makanan, ada 3 konstributor terbesar terhadap perubahan garis kemiskinan daerah perkotaan adalah perumahan, listrik dan pendidikan untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan adalah biaya perumahan, kayu bakar dan listrik. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks. Perhatian hanya pada salah satu ukuran saja misalkan persentase penduduk miskin dirasakan tidak mencukupi. Upaya ini ditempuh, agar pengetahuan akan kemiskinan semakin holistik. Ukuran lain yang dipandang perlu yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Kedua ukuran ini dapat membantu mengetahui keberhasilan pengentasan kemiskinan dan kemajuan penanggulangan kualitas kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukan tren penurunan dalam kurun waktu 4,5 tahun ini. Pada Maret 2011, angka P1 sebesar 2,27 turun menjadi 2,00 pada September 2011. Sementara itu pada waktu yang sama, angka P2 sebesar 0,54 turun menjadi 0,46 (Tabel 2). Kedua nilai indeks yang semakin menurun memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil. Pada tabel 2 terlihat, nilai P1 dan P2 untuk dari perdesaan nilainya 2 kali lebih tinggi dari daerah perkotaan pada September 2011. Nilai P1 untuk perkotaan sebesar 1,25 dan perdesaan sebesar 2,67. Besaran nilai menunjukan nilai P1 perdesaan 2,14 kali nilai P1 perkotaan. Pada waktu yang bersamaan nilai P2 untuk daerah perdesaan 2,25 kali nilai P2 daerah perkotaan. Kedua angka tersebut menunjukkan tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. Pada saat yang sama,upaya percepatan penurunan kualitas kemiskinan di daerah perdesaan lebih cepat dari pada daerah perkotaan. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai P1 dan P2 yang lebih tinggi pada daerah perdesaan daripada perkotaan. Penurunan tersebut untuk daerah perdesaan sebesar 0,29 poin dan 0,09 poin. Sementara daerah perkotaan penurunannya mencapai 0,26 poin dan 0,07 poin.

Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah, Maret 2008- September 2011
Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 0,61 0,60 0,37 0,35 1,23 0,91 0,79 0,72 0,93 0,76 0,59 0.54 0,46 2,34 2,18 1,53 1,51 1,25 4,38 3,54 3,18 2,96 2,67 3,38 2,88 2,38 2,27 2,00

September 2011 0,28 0,63 Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 s/d September 2011

Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi bulan September 2011

Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

BPS PROVINSI JAWA TIMUR


Informasi lebih lanjut hubungi:
BIDANG STATISTIK SOSIAL DJAMAL, SE, M.Sc Kepala BPS :Provinsi Jawa Timur Telepon 031-8439343

Telopon: 031-8438873 E-mail: bps3500@surabaya.wasantara.net.id

E-mail : bps3500@bps.go.id

Berita Resmi Statistik No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai