Anda di halaman 1dari 4

Bismillahirrohmanirrohim Postingan aku kali ini berbicara antara teori (retorika) ilmu dengan pengaplikasiannya dalam kehidupannya.

. Menggunakan akal pikiran yang berjiwa besar.

Aku kembali terjerat dalam retorika kehidupan. Aku pikir mirip sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif pada mikroskop : maya, terbalik, diperkecil. Imajinasiku terkesan picik. Melihat mimpi dan cita-cita hanya sekedar maya. Melihat harapan dan kenyataan seperti terbalik. Melihat citacita dan mimpi kok semakin hari semakin menyusut dan diperkecil. Aku rindu masa-masa emas itu, manakala emosiku tersulut api semangat untuk selalu mengejar mimpi. Yaaah, aku harus segera sadar, mikroskop itu tak hanya punya 1 lensa, tapi mikroskop punya 2 lensa : lensa objektif dan lensa okuler. Aku tak boleh melulu melihat dari kacamata lensa objektif, tapi harus mencoba melirik sifat bayangan yang dibentuk lensa okuler : nyata, tegak, diperbesar. Mencoba meramu dan menjadikan mimpi itu menjadi nyata, mencoba membuat semangat ini menjadi tegak, dan selalu mencoba harapan dan mimpi untuk selalu diperbesar.

Boleh dikata, banyak yang tak sadar ketika diri ini terbius oleh sengatan kelenaan. Merasa bahwa energi yang kita miliki sudah kita gunakan semaksimal mungkin. Padahal, kalau kita mau mencoba kita bisa melakukan lebih dari apa yang telah kita lakukan sekarang. Contoh sederhana dalam hal sosial, kita diajak untuk kerja bakti di lingkungan RT, berdalih aduuuh maaf Pak RT, saya tidak bisa hadir karena ini karena itu, de el el. Padahal kita sebenarnya mampu untuk melakukan kerja bakti, apabila kita mau untuk memikirkan sejenak manajemen waktu, tanpa mengganggu kegiatan kita yang lain. Jangan dikira kerja bakti itu kegiatan yang waste of time , dengan kerja bakti selain lingkungan menjadi bersih, kita juga dapat mengaplikasikan

pelajaran PPKn yang dulu mungkin pernah kita dapatkan waktu SD. Sayang sekali, kalau nilai PPKn kita 85 hanya sekedar menjadi pajangan di raport sebagai teori. Mari kita aplikasikan, agar bisa menyempurnakan nilai PPKn kita menjadi 100 dihadapan-Nya. Dengan kerja bakti bisa sembari berbincang dengan tetangga, dan menambah kuota info dalam neurit kita. Bisa menyambung tali silahturahmi.

Ali r.a meriwayatkan dalam sebuah hadist, Barangsiapa yang mengambil tanggungjawab atas suatu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturahmi, umurnya akan dipanjangkan, kawankawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dilapangkan, dan ia aman masuk ke dalam surga. (Kanzul Ummal).

Menurut pelajaran Fisika zaman SMP dan SMA dulu retorika kehidupan itu seperti ini: Energi ( W ) = Gaya (F ) x Jarak (s)

Come on . Kita optimalkan jarak tempuh kita dalam bidang yang positif dengan gaya penuh semangat agar energi kita kian bermakna. :D

Sekedar bertanya : Lebih besar massa besi 10 kilogram atau kapas 10 kilogram ? Kalau diangkat lebih ringan yang mana Besi atau kapasnya ? Kalau malas berlogika dan mulai terkontaminasi asap retorika fatamorgana malas, tak jarang yang menjawab: yaa lebih ringan kapas lah. Padahal sebenarnya sama ringannya antara besi dan kapas itu, kan sama-sama 10 kilogram massanya. Ya gak ????. Terkadang kita berpikir maunya yang enak-enak saja. Memilih pekerjaan yang ringan-ringan saja, tak mau ambil resiko.

Padahal belum tentu yang kita anggap ringan itu adalah benar-benar lebih ringan daripada yang kita anggap berat.

Contoh lain, dari buku yang pernah aku baca. Di situ diceritakan ada seorang pembuat jam tangan yang berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. Kurang lebih begini ceritanya: Pembuat Jam : Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak kurang lebih 31.104.00 kali selama setahun? Jam : Ha? mana saya sanggup Pembuat Jam : Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari? Jam : Delapan puluh enam ribu empat ratus kaliiiiii? Dengan jarum jam seramping iniiiii? (Ekspresi jam berubah cemberut) Pembuat Jam : Bagaimana kalu 3.600 kali dalam satu jam? Jam : Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali? Banyak sekali itu. Pembuat Jam : Kalau begitu sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik? Jam : Naaahh, kalau begitu aku sanggup

Begitulah cerita dari buku yang pernah ku baca. Adakah yang aneh dari percakapan antara pembuat jam dan jam diatas? Sebenarnya inti dari perkataan tukang jam itu sama kan yaaa? Berdetak satu kali setiap detik. Kalau mampu berdetak satu kali setiap detik berarti jam itu sebenarnya mampu berdetak kurang lebih 31.104.00 kali selama setahun^^. So, sebenarnya kita mampu untuk melakukan sesuatu yang terkadang kita berpikir hal itu terlalu berat dan tak mungkin kita lakukan. Padahal

sebenarnya kita mampu kawan, cuma kita belum mau mencoba. Karena mampu itu berawal dari mau dan berpikir untuk meng-iya-kan suatu hal itu.

Eksotis, Miris, Dramatis, Tidak logis, de el el lah. Terserah apa mau dikata. Yang jelas, kita harus cerdas dalam bertindak, tanpa harus berbuat curang. Mencoba dengan kunci mau dan iya serta berpikir dan berjiwa besar, yakin bahwa kita mampu. Apresiasikan kelincahan nalar kita untuk meraih cita-cita, tanpa harus berbuat curang. (^^)

Penuhi pikiran anda dengan keinginan untuk meraih peluang masa depan dan jangan biarkan pikiran anda dirasuki virus ketakutan terhadap masa depan dengan cara menghindari kegagalan. By - James F Byrnes Pikiran Anda mempengaruhi bagaimana Anda bertindak, Tindakkan tersebut suatu saat akan mempengaruhi bagaimana reaksi orang lain (dunia) terhadap Anda. By David J Schwartz Posted by: Hendri Cahyo D. Alhamdulillahirobbil aalaamiin

Anda mungkin juga menyukai