Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan

komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang. Di Indonesia, 63,5% ibu hamil dengan anemia, dan di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan anemia. 1 Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB). Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang plasenta yang menurun dapat persediaan segera setelah lahir. Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi

mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, prematuritas. 1,2 Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk nutritif, oksigenasi, ekskresi. Kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta dengan berat badan lahir. Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Selain itu, anemia pada ibu hamil terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang mempengaruhi berat plasenta. 2 Berat plasenta mencerminkan fungsi dan perkembangan plasenta itu sendiri dan besar plasenta juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Ibu hamil dengan anemia sebagai faktor risiko terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak proporsional. Sebaliknya, berat plasenta yang

kecil dapat mengindikasikan adanya

kekurangan

asupan

gizi

ke

plasenta

sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada akhirnya mengganggu fungsinya.1,2 Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh sebelum merencanakan kehamilan. Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum memuaskan.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin <10,5 gr% pada trimester II. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl.1,3 Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal seharihari. Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme. 1,2 2.2 Etiologi Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopatilo. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom 3

pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan.3 2.3. Epidemiologi Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. 2,3 Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau sekitar 1,4 milyar orang) dari perkiraan populasi 3,8 milyar orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1,2 milyar orang.2,4 2.4. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah seperti penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut 4

hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Dimana pertambahan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. 2,3 Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008). Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. 1,3 Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alatalat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia <20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zatzat gizi selama kurangnya kehamilannya.

Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia.3,4

Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping seperti mual, konstipasi. 1,2,3 Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah. 1,3 Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. Jarak kelahiran mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia. 3,4

2.5. Gejala Klinis Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia 6

defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb.3 2.6. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan a) Anemia Defisiensi Besi (62,3 %) Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.4 Pengobatan:4 Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan LIPI Indonesia adalah 12 mg 17 mg 17 mg. Kemasan zat besi dapat diberikan per oral atau parenteral. Per oral : Sulfas ferosus / Glukonas ferosus dengan dosis 3 5 x 0,20 mg. Parenteral : Diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini atara lain : Imferon, Jectofer dan Ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral. b) Anemia Megaloblastik (29,0 %) Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.4 Pengobatan :4 Asam folik 15 30 mg per hari Vitamin B12 3 x 1 tablet per hari Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfuse darah. c) Anemia Hipoplastik (8,0 %)

Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:4 Darah tepi lengkap Pemeriksaan pungsi sternal Pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain. Gambaran darah tepi : normositik dan normokromik. Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang desebabkan oleh infeksi berat, keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan; mungkin pengobatan yang paling baik adalah transfusi darah, yang perlu sering diulang. d) Anemia hemolitik (0,7 %) Anemia hemolitik disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh:4 Faktor intrakorpuskuler: Dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, thalessemia, anemia sel sickle, hemoglobinopati C, D, G, H, I; dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria. Faktor ekstrakorpuskuler: Disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat berserta obat-obatan; leukemia, penyakit Hodgkin dan lainlain. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan: Tergantung jenis anemia dan penyebabnya. Bila disebabkan infeksi maka infeksinya diobati dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, 8

hal ini tidak memberi hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini. 2.7. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil, dapat dilakukan dengan anamnesis. Pada anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli, kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut:3 1. Hb 11 gr% tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% anemia ringan 3. Hb 7-8 gr% anemia sedang 4. Hb <7 gr% anemia berat Selain pemeriksaan hemoglobin, juga dapat dilakukan pemeriksaan hematokrit, dan indeks-indeks sel darah merah, pemeriksaan cermat terhadap sedian apus darah tepi dan pengukuran konsentrasi besi atau ferritin serum, atau keduanya.3,4 Gambaran morfologis klasik anemia defisiensi besi-hipokromia dan mikrositosis dan mikrositosis eritrosit tidak begitu menonjol pada wanita hamil dibandingkan pada wanita tidak hamil dengan kosentrasi hemogolobin yang sama. Anemia difesiensi besi tingkat sedang selama kehamilan contohnya, konsentrasi hemoglobin 9g/dl, biasanya tidak disertai perubahan morfologis eritrosit yang nyata. Namun, dengan derajat anemia defisiensi besi sebesar ini, kadar feritin serum lebih rendah daripada normal, dan pewarna besi pada sumsum tulang memberi hasil negatif. Kapasitas serum untuk mengikat besi (serum iron-binding capacity) meningkat, tetapi kapasitas ini saja tidak banyak bernilai diagnostic karena kapasitas ini juga meningkat pada kehamilan normal tanpa defisiensi besi. Hyperplasia normoblastik sedang pada sumsum tulang juga sama dengan yang terjadi pada kehamilan normal. Karena itu, anemia defisiensi besi pada kehamilan terutama merupakan konsekuensi dari ekspansi volume darah tanpa ekspansi normal massa hemogolobin ibu.3,4 2.8. Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang-kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.3,5 2.9. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil a. Perbaikan diet/pola makan Penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia.5 b. Konsumsi bahan kaya protein, zat besi dan Asam folat Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacangkacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.5 2.10. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering 10

dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 2,3 Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres berkurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).3,5

BAB III LAPORAN KASUS 3.1 Identitas Pasien 11

Nama Umur Status Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat Nama Suami MRS 3.2 3.2.1 Anamnesis Keluhan Utama: Hamil lewat waktu 3.2.2 Anamnesis Umum

: MIS : 23 tahun : Menikah : Hindu : Bali / Indonesia : Tamat SMA : Ibu rumah tangga : Br. Srongga Songan, Kintamani : WIR : 28 Mei 2010

Pasien datang dengan rujukan dari dokter spesialis dengan G2P1001 umur kehamilan 40-41 minggu T/H dan oligohidramion. Pasien tidak mengeluh sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan. Pasien juga tidak mengeluh keluar lendir bercampur darah. Pasien tidak ada keluhan keluar air per vaginam. Gerak anak mulai terasa sejak awal bulan Juni 2012, dan masih dirasakan baik saat MRS. 3.2.3 Anamnesis Khusus

Riwayat Menstruasi Teratur, siklus 28 hari, Haid 7 hari. Hari Pertama Haid Terakhir Taksiran Partus : 14/1/2012 : 21/9/2012

Riwayat Pernikahan Pasien menikah 1 kali 4 tahun yang lalu. 12

Riwayat Persalinan 1. Perempuan, 4 tahun, BBL 3300 gram, bidan, P spt B 2. Ini. Riwayat Antenatal Care (ANC) Pasien kontrol sebanyak 7 kali di bidan dan 3 kali di dokter spesialis kebidanan selama kehamilan. Pasien pernah diperiksa USG sebanyak 3 kali selama kehamilan. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Pasien pernah menggunakan KB suntik selama 1 bulan setelah melahirkan anak pertama dan berhenti menggunakan sejak 2 tahun yang lalu Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, dan tekanan darah tinggi). Riwayat Penyakit di Keluarga Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, dan tekanan darah tinggi). 3.3 Pemeriksaan Fisik Status Present Keadaan umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu tubuh aksila Tinggi Badan Berat Badan : Baik : E4V5M6 (Kesadaran penuh) : 120/80 mmHg : 76x/menit : 20x/menit : 36,7C : 156 cm : 61 kg

13

Status General Kepala Thoraks Abdomen Ekstremitas : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor THT : kesan tenang : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: Sesuai status obstetri : Akral hangat : ekstremitas atas +/+ ekstremitas bawah +/+ Oedem : ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/Status Obstetri Payudara Inspeksi Abdomen Inspeksi Palpasi: Pemeriksaan Leopold Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xiphoideus. Teraba bagian bulat dan lunak. Kesan bokong. Leopold II Leopold III Leopold IV : Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) Teraba bagian kecil di kanan. : Teraba bagian bulat, keras dan susah digerakkan. (kesan kepala) : Kesan divergen. Bagian bawah sudah masuk pintu atas panggul. Tinggi Fundus Uteri : 33 cm His (-) Gerak janin (+) Baik 14 : Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae gravidarum. : Hiperpigmentasi areola mammae Penonjolan glandula Montgomery (+)

Auskultasi Vagina Inspeksi

: Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah umbilikus dengan frekuensi 144x/menit : Blood slym (-)

Pemeriksaan Dalam (14.30 WITA) : P 1 cm, efficement 25%, ketuban (+) Teraba kepala, denom belum jelas, penurunan Hodge I Tidak teraba bagian kecil / tali pusat 3.4 Diagnosis G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion. PBB = 3255 gram. 3.5 Penatalaksanaan KIE Pdx Tx Mx 3.6 : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan. : Pemeriksaan darah lengkap, BT, CT : Terminasi dengan drip oksitosin : Kelola sesuai partograf WHO

Pemeriksaan Laboratorium 28 September 2012 : WBC : 12,25 x 103/L HGB : 7,5 g/dL RBC HCT : 3,16 x 106/L : 23,0 %

MCV : 72,8 m3 MCH : 23,7 pg MCHC: 32,6 g/dL RDW : 15,1 % PLT BT CT : 295 x 103/L : 200 : 730

15

3.7

Perjalanan Persalinan Pasien

28 September 2012 : S O : Sakit perut hilang timbul (-), keluar air (-), gerak anak (+) : His (-) DJJ (+) 144x/mnt VT: P l jari, eff 25%, ketuban (+) Teraba kepala, denom belum jelas, penurunan Hodge I Tidak teraba bagian kecil / tali pusat A P : G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion + anemia sedang. PBB = 3255 gram : KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan. Pdx : DL,BT,CT Tx : usul terminasi dengan drip oksitosin Mx : keluhan, vital sign, observasi denyut jantung janin dan His 28 September 2012 : WBC : 12,25 x 103/L HGB : 7,5 g/dL RBC HCT : 3,16 x 106/L : 23,0 %

MCV : 72,8 m3 MCH : 23,7 pg MCHC: 32,6 g/dL RDW : 15,1 % PLT BT CT : 295 x 103/L : 200 : 730

16

29 September 2012 : S O : Sakit perut hilang timbul (-), keluar air (-), gerak anak (+) : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/m nt RR : 20x/mnt Tax : 36,70C Status General Kepala Thoraks Abdomen : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor THT : kesan tenang : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: Sesuai status obstetri ekstremitas bawah +/+ Oedem : ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/His (-) DJJ (+) 136x/mnt VT: P l jari, eff 25%, ketuban (+) Teraba kepala, denom belum jelas, penurunan Hodge I Tidak teraba bagian kecil / tali pusat A P : G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion + anemia sedang. PBB = 3255 gram : KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan. Pdx : Tx : tunda terminasi setelah tranfusi PRC, konsul penyakit dalam, transfusi PRC 1 kolf terminasi Mx : keluhan, vital sign, observasi denyut jantung janin, His, dan tandatanda reaksi transfusi Hasil Lab tgl 29 September WBC : 10,9 x 103/L 17

Ekstremitas : Akral hangat : ekstremitas atas +/+

HGB : 8,4 g/dL RBC HCT : 3,22 x 106/L : 23,0 %

MCV : 71,3 m3 MCH : 23,3 pg MCHC: 32,6 g/dL RDW : 16,2 % PLT BT CT : 341 x 103/L : 200 : 730

30 September 2012: S O : Sakit perut hilang timbul (-), keluar air (-), gerak anak (+) : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 20x/mnt Tax : 360C Status General Kepala : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor Status Obstetri Abd :TFU 3 jari bpx (33cm) His (-) DJJ (+) 144x/mnt VT: P l jari, eff 25%, ketuban (+) Teraba kepala, denom belum jelas, penurunan Hodge I Tidak teraba bagian kecil / tali pusat A P : G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion + anemia sedang. PBB = 3255 gram : KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan. Pdx : DL post tranfusi Tx : drip oksitosin serial sesuai protap, tranfusi PRC Mx : keluhan, vital sign, observasi denyut jantung janin dan His. Hasil lab tgl 30 September 2012 WBC : 9,8 x 103/L 18

HGB : 9,1 g/dL RBC HCT : 3,70 x 106/L : 26,9 %

MCV : 72,7 m3 MCH : 24,6 pg MCHC: 33,8 g/dL RDW : 17,2 % PLT BT CT : 341 x 103/L : 200 : 730

1 Oktober 2012 Pukul 17.35 WITA S O : Sakit perut hilang timbul (+), os ingin meneran, ketuban pecah spontan. : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 20x/mnt Tax : 360C Status General Kepala : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor Status Obstetri Abd : TFU 3 jari bpx (33cm) His (+) 4-5x/10~40-45, DJJ (+) 144x/mnt VT: P lengkap, ketuban (-) Teraba kepala, ubun-ubun kecil depan, penurunan Hodge III+ Tidak teraba bagian kecil / tali pusat A P : G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion + anemia sedang + PK II. PBB = 3255 gram : KIE : cara meneran pada pasien Pdx : Tx : pimpin persalinan Mx : keluhan, vital sign, observasi denyut jantung janin dan His. Pukul 18.35 19

S O

: setelah dipimpin 1 jam bayi belum juga lahir : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 18x/mnt Tax : 36,20C Status General Kepala : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor Status Obstetri Abd :TFU 3 jari bpx (33cm) His (+) 4-5x/10~40-45, DJJ (+) 140x/mnt VT: P lengkap, ketuban (-) Teraba kepala, ubun-ubun kecil depan, penurunan Hodge III+ Tidak teraba bagian kecil / tali pusat

A P

: G2P1001 40-41 minggu T/H + oligohidramion + anemia sedang + PK II lama. PBB = 3255 gram : KIE : Pasien dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan. Pdx : Tx : usul VaE Mx : keluhan, vital sign, observasi denyut jantung janin dan His

Pukul 18.40 Lahir bayi, laki-laki, persalinan spontan belakang kepala, segera menangis, dengan berat bayi lahir 3900 gram, Apgar Score: 8-9. Anus (+), kelainan (-), dengan vakum ekstraksi, dilakukan MAK III : Masase fundus uteri Injeksi oksitosin 10 IU i.m (dibantu asisten) PTT (peregangan tali pusat)

Pukul 18.40 Lahir plasenta spontan, kesan lengkap, kalsifikasi (-). Evaluasi : Perdarahan aktif (-) 20

A P

Kontraksi uterus (+) baik Laserasi jalan lahir (+) episiotomi hecting : P2002 post Vakum Ekstraksi Hari 0 : KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, KB post partum Pdx : DL Tx : IVFD RL 20 tpm Cefotaxim 3x1 gr i.v Metronidazome 3x500 mg SF 2x1 Methylergometrin 3x1 Mx : observasi 2 jam post partum

Hasil Laboratorium Post Partum (1/10/2012): WBC : 9,9 x 103/L HGB : 8,4 g/dL RBC HCT : 3,73 x 106/L : 36,7 %

MCV : 78,6 m3 MCH : 28,7 pg MCHC: 32,2 g/dL RDW : 12,5 % PLT A P : 307 x 103/L Hb 8,4 g/dL : P2002 post Vakum Ekstraksi Hari 0 + anemia ringan : KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, KB post partum Pdx : Tx : IVFD RL 20 tpm Cefotaxim 3x500 mg Metronidazome 3x500 mg SF 2x1 Asam Mefenamat 3x500 mg 21

Mx : keluhan dan vital sign Tabel Evaluasi 2 jam Postpartum (Persalinan Kala IV)
Waktu (WITA) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (x/menit) Suhu (C) Tinggi Fundus Uteri Kontraksi Uterus Kandung Kemih Perdarahan Aktif

18.45 19.00 19.15 19.30 20.00 20.30

110/70 120/80 120/70 120/70 120/80 110/70

76 80 76 76 80 84

36.5

36.6

2 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat 2 jari di bawah pusat

(+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik

Kosong Kosong Kosong Kosong Kosong Kosong

3.8

Perkembangan Pasien di Ruangan

2 Oktober 2012 (Selasa) S O : Makan & minum (+) baik, BAB (-), BAK (+), ASI (+), mobilisasi (+) : Status Present TD : 120/70 mmHg N : 76x/menit Status General Mata THT Thoraks Abdomen : anemis +/+, ikterik -/: Kesan tenang : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: Sesuai status obstetri ekstremitas bawah +/+ Oedem : ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/Status Obstetri 22 R : 16x/menit Tax: 36,3 C

Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+

Payudara Inspeksi Abdomen Auskultasi : Bising Usus (+) Normal Kontraksi uterus (+) baik Distensi (-) Nyeri tekan (-) Vagina Inspeksi A P : Perdarahan aktif (-), Lochia rubra (+) Palpasi: Tinggi fundus uterus 2 jari di bawah pusat : Pembengkakan (-), Retraksi puting susu (-)

: P2002 post Vakum Ekstraksi Hari I + anemia ringan : Pdx : Pemeriksaan darah lengkap Tx : Cefotaxim Sulfas ferosus Methylergometrin Mx 3 x 500 mg 3 x 1 tab. 3 x 0,125 mg

: Keluhan, vital sign, perdarahan.

KIE : ASI eksklusif, KB post partum 3 Oktober 2012 (Rabu) S O : Makan & minum (+) baik, BAB (+), BAK (+), ASI (+), mobilisasi (+) : Status Present TD : 120/70 mmHg N : 76x/menit Status General Mata THT Thoraks Abdomen : anemis +/+, ikterik -/: Kesan tenang : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: Sesuai status obstetri 23 R : 16x/menit Tax: 36,3 C

Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+ ekstremitas bawah +/+ Oedem : ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/Status Obstetri Payudara Inspeksi Abdomen Auskultasi : Bising Usus (+) Normal Kontraksi uterus (+) baik Distensi (-) Nyeri tekan (-) Vagina Inspeksi : Perdarahan aktif (-), Lochia rubra (+) Pemeriksaan Laboratorium : WBC : 9,8 x 103/L HGB : 8,7 g/dL RBC HCT : 3,62 x 106/L : 26,7 % Palpasi: Tinggi fundus uterus 2 jari di bawah pusat : Pembengkakan (-), Retraksi puting susu (-)

MCV : 72,6 m3 MCH : 23,7 pg MCHC: 32,2 g/dL RDW : 17,5 % PLT A P : 307 x 103/L

: P2002 post Vakum Ekstraksi Hari II + anemia ringan : Pdx : Tx : Cefotaxim Sulfas ferosus Methylergometrin Mx 3 x 500 mg 3 x 1 tab 3 x 0,125 mg

: Keluhan, vital sign, perdarahan. 24

KIE : ASI eksklusif, KB post partum Pasien diizinkan pulang.

BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena dirujuk dari bidan dengan umur kehamilannya yang lewat waktu. Pasien tidak mengeluh sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan. Pasien juga tidak mengeluhkan keluar lendir yang bercampur darah dan tidak mengeluh keluar air pervaginam. Pasien mengatakan merasakan gerak bayi yang masih dalam kondisi baik. Pasien mengatakan hamil, tidak datang haid dan terasa gerakan janin sejak awal bulan Juni 2012. Dari pemeriksaan fisik, tampak perut membesar ke depan dan teraba gerakan janin. Pada auskultasi, ditemukan hanya satu puntum maksimum denyut jantung janin berada di sebelah kiri bawah umbilikus. Maka, dapat disimpulkan bahwa ini adalah satu kehamilan tunggal yang masih hidup saat MRS. Dengan HPHT yang jelas 14 Januari 2012, taksiran persalinan dapat diperkirakan dengan rumus Naegle. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tinggi fundus uterus 3 jari di bawah prosessus xiphoideus (33 cm). Dari hasil pemeriksaan didapatkan taksiran persalinan pada tanggal 21 September 2012. Melalui taksiran persalinan ini, maka dapat disimpulkan bahwa ini adalah satu kehamilan lewat waktu saat MRS. Pasien datang pada pkl 14.00 WITA tanggal 28 September 2012 dengan keluhan umur kehamilan lewat waktu. Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena dirujuk dari bidan dengan umur kehamilannya yang lewat waktu. Pasien 25

tidak mengeluh sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan. Pasien juga tidak mengeluhkan keluar lendir yang bercampur darah dan tidak mengeluh keluar air pervaginam. Pasien mengatakan merasakan gerak bayi yang masih dalam kondisi baik. Dari pemeriksaan dalam, didapatkan pembukaan serviks 1 cm, effacement 25% dengan ketuban yang masih utuh. Dari pengukuran tinggi fundus uteri didapatkan 33 cm, sehingga mendapatkan perkiraan berat badan janin 3255 gram dari rumus Johnson. Dari pemeriksaan laboratorium, ditemukan hemoglobin 7,5 g/dL, memberi petunjuk bahwa pasien menderita anemia sedang. Berdasarkan kasus diatas didapatkan pasien dalam kondisi hamil yang disertai dengan anemia sedang. Berdasarkan teori anemia adalah anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas "normal". Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemi jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 %. Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10,9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8,9 gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr%. Pada kasus diatas didapatkan kondisi ibu yang lemas dan pucat dengan kadar hemoglobin 7,5 g/dl sehingga dapat disimpulkan ibu mengalami anemia sedang. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopatilo. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah 26

hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan. Pada kasus diatas didapatkan pasien dengan riwayat anamnesis selama kehamilan tidak mengkomsumsi tablet ferrous dan kondisi pasien yang lemas dan pucat dan ditunjang dengan hasil laboratorium dengan gambaran sel darah merah normokromik mikrositer mengindikasikan pasien mengalami anemia defisiensi besi. Pada kasus kehamilan pasien ini dengan umur kehamilan lewat waktu pada awalnya direncanakan akan dilakukan tindakan terminasi dengan drip oksitosin, tetapi mengingat kondisi pasien yang anemia maka dilakukan perbaikan kondisi umum terlebih dahulu. Pada pasien ini permasalahan yang dihadapi adalah kondisi tubuh pasien dimana kadar hemoglobin pasien yakni 7,5 g/dl yang tergolong anemia sedang. Pada pasien dengan hemoglobin kurang dari 8 g/dl maka dilakukan tranfusi darah untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan harapan setiap kantung darah akan meningkatkan hemoglobin darah 1 g/dl setiap kantongnya. Setelah pemberian 2 kantung darah dan dilakukan pemeriksaan darah 6 jam setelah tranfusi terjadi peningkatan kadar hemoglobin menjadi 9,1 g/dl. Perbaikan kondisi pasien ini menunjukkan tubuh pasien berespon baik terhadap terapi yang diberikan. Setelah kondisi pasien membaik dan kadar hemoglobin sudah terkoreksi membaik maka terapi selanjutnya dilanjutkan dengan terminasi kehamilan dengan drip oksitosin sampai dengan kelahiran bayi sambil memantau kondisi ibu dan janin karena pada ibu yang mengalami anemia sedang pada kasus ini mempunyai dampak atau resiko kehamilan selama persalinan dimana pada ibunya sendiri bisa terjadi perdarahan yang jika dibiarkan akan membuat kondisi ibu menjadi lebih buruk dan pada bayinya sendiri bisa menyebabkan suatu kegawatan janin ketika suplai darah yang berisi oksigen dan nutrisi berkurang. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 27

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). Dan saat dibandingkan dengan kasus didapatkan dampak yang muncul pada ibu yaitu selama proses persalinan ibu menjadi lebih cepat lelah saat mengedan yang membuat proses persalinan menjadi lebih lama sedangkan dampak yang timbul pada bayi tidak ditemukan pada kasus ini. Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat. Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah dan ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi. Oleh karena itu setelah proses persalinan maka perlu pengawasan yg ketat terhadap kondisi ibu mulai dari keluhan dan tanda-tanda vital yang bisa membantu untuk menilai kondisi setelah persalinan. Pada kasus diatas kadar hemoglobin post partum pasien adalah 8,4 g/dl maka tidak ada indikasi untuk dilakukannya tranfusi darah sehingga untuk menikkan kadar hemoglobin pasien bisa dengan cara pemberian obat oral berupa sulfur ferrous ditambah dengan mengkomsumsi makan makanan kaya protein yang diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, 28

dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin. Saran yang dapat disampaikan oleh penulis disini adalah agar komunikasi anatara tenaga media dan pasien lebih ditingkatkan mengingat pentingnya komunikasi antara tenaga medis dengan pasien ini. Peran tenaga medis disini adalah meningkatkan kepedulian akan pentingnya asupan nutrisi yang baik selama persalinan karena jika selama kehamilan seorang ibu tidak mendapatkan asupan nutrisi yang baik tidak hanya memberikan dampak buruk pada ibu tapi juga memberikan dampak buruk pada janin pula. Pada kasus ini pasien tidak mengkomsumsi tablet ferrous yang diberikan oleh bidan yang menangani karena alas an ketidaknyamanan. Komunikasi yag kurang intensif memungkinkan pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pemberian tablet ferrous selama proses kehamilan. Tenaga medis wajib memberikan edukasi yang mudah dimengerti oleh pasien sehingga pasien mudah memahami dan mengikuti anjuran yang diberikan.

29

BAB V RINGKASAN

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin <10,5 gr% pada trimester II. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunangkunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb. Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.

30

DAFTAR PUSTAKA 1. Saifudin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi I Cetakan Keempat, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2. Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, pp:18-20, 91, 146-49, 191-93, 1463-72. 3. Saifuddin, A. B. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 4. Manuaba, Prof.dr.IBG.Sp.OG, dkk. Pengantar Kuliah Obstetri (Kehamilan dengan Anemia). Hal 38-40. 2007. EGC. Jakarta. 5. Allen H,. 2007. Anemia and Irron deficiency : Efect on pregnancy out come 2000 American Journal of clinical Nutritions. Available from: http://www.ajcn.org/content/71/5/1280S.full (Diakses: 2 Oktober 2012)

31

Anda mungkin juga menyukai