Anda di halaman 1dari 3

Ujian Nasional merupakan tahap akhir evaluasi belajar siswa dalam menyerap ilmu yantg diterimanya di sekolah.

Ujian Nasional merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dan pelaksanaannya dilaksanakan oleh lembaga-lembaga seperti SD/MI, SMP/MTs. dan SMA/MA/SMK dengan tujuan agar siswa mengetahui kemampuannya serta mengukur kemampuannya dalam menyerap ilmu yang diterimanya di sekolah yang bersangkutan. tujuan UN itu sendiri dan tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. . Pro UN siswa juga dituntut lebih giat belajar dan memperbanyak do'a mengevaluasi siswa sejauh mana siswa mampu menyerap ilmu yang diterimanya. Mendiknas menerbitkan peraturan No.74 dan 75 tentang Panduan UN Tahun Pelajaran 2009-2010 SD dan SMP/SMA/SMK, ditandatangani oleh Mendiknas Bambang Sudibyo per tanggal 13 Oktober 2009. Salah satu isinya menyebutkan bahwa Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan. (baca selengkapnya Depdiknas )
Lebih dari pemacu semangat belajar, UN merupakan kontrol atau jaminan mutu (quality assurance) pembelajaran di sekolah. Soal-soal UN didasarkan pada SKL. SKL berasal dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari standar nasional pendidikan yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan Kerja pendidikan selanjutnya adalah mengawal terus semangat belajar dan quality assurance. Mengawal semangat belajar berarti menjadikannya sebagai budaya berprestasi yang otentik, bukan membiarkan sebagai bentuk kepanikan atau impuls menghadapi UN. Dengan demikian, semangat belajar akan menjadi modal kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement) warga muda. Tentu saja tata kelola UN yang rapi dan bersih akan mampu mengawal quality assurance. Pengelolaan UN sudah seharusnya mampu menyikat habis berbagai bentuk dan modus kecurangan. Para pelaku ulung kecurangan, yakni guru, siswa, dan oknum diknas, harus diantisipasi serta diberi hukuman yang membuat jera. Tanpa pengawalan pada semangat belajar dan quality assurance secara baik, UN barangkali hanya akan menjadi ludrukan dalam pendidikan kita.

sekolah yang memiliki mental juara Bisa jadi, sekolah yang kurang dikenal menjadi korban. Gara-gara ijazah mereka diragukan, lulusan menemui hambatan melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan. Banyak faktor menjadi penyebab, salah satunya terkait rendahnya kualitas penyelenggaraan ujian. Kontra UN Ujian sebagai standarisasi kelulusan itu dianggap mengabaikan prestasi yang dibina anak didik selama bertahun-tahun. Banyak siswa berprestasi tidak lulus hanya lantaran gagal dalam ujian nasional.

UN guna nya untuk mengukur sampai dimana standar yang ada, apakah terlalu tinggi, dan demanding? atau membuat anak anak semakin stress? tujuan pendidikan berkarakter itu menjadikan siswa-siswinya menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki setiap siswa. tetapi UN malah membuat bakat-bakat setiap siswa seperti terkunci di dalam suatu ruang yang dipaksakan. jika hanya untuk mencapai standar kelulusan, mengapa UN malah membuat siswa-siswi menjadi tertekan dan terbebani? hantu yang menakutkan bagi siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata, sehingga siswa tersebut tidak percaya diri dalam menghadapi UN karena dihantui rasa takut pada dirinya kalau-kalau mereka tidak lulus. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin meminta pemerintah menerima putusan MA yang membatalkan ujian nasional. Ketimpangan fasilitas pendidikan menjadikan pendidikan di Indonesia tidak pantas lagi distandarisasi secara nasional. ujian nasional tidak sedikit mengandung unsur-unsur penipuan. Jadi sama sekali tidak menentukan siswa untuk bisa lulus dari ujian melalui UN. Melainkan sebagai data yang akurat kualitas sekolah, ranking sekolah disetiap kota / daerah maupun secara nasional. Dengan data yang transparan ini semua pihak bisa mencerminkan dirinya apakah sudah memenuhi syarat sebagai sekolah yang baik atau apa yang dirasa perlu untuk diitngkatkan terus. Tanpa kesulitan yang berarti, masyarakat akan menjadi penentu mana sekolah yang baik , mana yang tidak baik. Orang tua akan dengan mudah membaca bahwa anaknya berada di ranking apa jika diukur dalam sekota, se daerah atau secara nasional. seperti UN susulan sebagai hiburan bagi yang tidak lulus, secara psikologis tidak ada manfaat apa-apa bukan ? Karena bobotnya sudah berbeda. Semua juga tahu bahwa siswa ini lulus karena susulan, realita ini tidak bisa disembuhkan hanya karena UN susulan dan lulus, effek psikologisnya terlalu besar saat ia mendaftar universitas, hampir universits yang baik akan tertutup bagi dirinya. UN merupakan penilaian yang sifatnya temporal (sesaat) dan hanya menilai 1 aspek saja, namun menentukan kelulusan. Hal ini bertentangan dengan penilaian berbasis kelas (PBK) yang menitikberatkan penilaian selama proses pembelajaran yang seharusnya lebih menentukan syarat kelulusan karena dilaksanakan secara kontinu. Satu hal lagi yang yang dilupakan oleh pemerintah adalah bahwa tidak SEMUA siswa menjadi lebih rajin dalam mempersiapkan menghadapi Ujian Nasional (UN). Pemerintah mungkin lupa akan adanya kecerdasan majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam. Coba saja tanyakan pada para psikolog, setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk dalam hal cara belajar. Ada siswa yang diancam akan lebih giat dan rajin belajar, tetapi tidak semua menjadi lebih rajin hanya dengan ancaman. Ada yang perlu penyadaran agar lebih rajin. Singkat kata tidak mungkin membuat siswa siswi kita yang jumlahnya ribuan tersebut dengan satu sistem dan metode saja walaupun metode tersebut

nampaknya berhasil. Oleh karena itu pemerintah untuk lebih instrospeksi diri dan melihat dampak negatifnya yang sudah banyak terbukti dan bukan hanya mempertahankan argumen manfaatnya saja. Ini diakibatkan belajar dipersempit maknanya hanya dengan membahas soal-soal. Padahal belajar lebih dari itu. Belajar merupakan proses panjang yang diakhiri dengan evaluasi dan bukan hanya mempelajari soal-soal ujian.

Anda mungkin juga menyukai