Anda di halaman 1dari 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai seluruh hasil penelitian dan hasil analisis terhadap data penelitian yang berasal dari tes kognitif dan hasil observasi afektif serta psikomotor. Hasil analisis tersebut dugunakan untuk menjelaskan pengaruh pembelajaran kooperatif berbasis inkuiri terhadap hasil belajar siswa dan efektifitas pembelajaran tersebut.

A. Hasil Studi Pendahuluan Sebelum penelitian, dilakukan studi pendahuluan yang terdiri atas survei lapangan dan studi pustaka. Survei lapangan memberikan gambaran mengenai proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah. Survei lapangan dilakukan melalui observasi kelas, penyebaran angket, wawancara guru dan pengumpulan data hasil belajar fisika. (Hasil anlisis angket dan wawancara daat dilihat pada Lampiran A..1 dan Lampiran A.3). Dari observasi kelas, sebagian besar siswa kurang berperan serta secara aktif dalam pembelajaran. Walaupun 88,64% siswa sangat menyukai cara guru mengajar, tetapi 87,18% siswa menyatakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami. Pada saat pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Tetapi kurang dari 5 orang yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebanyak 76,19% siswa

45

46

menyatakan takut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, 72,73% siswa tidak memahami konsep fisika setelah pembelajaran berakhir dan 69,77% siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal fisika yang diberikan oleh guru. Dari hasil analisis terhadap hasil tes kognitif siswa, 88,64% siswa belum dapat mencapai standar ketuntasan belajar minimum (SKBM). Tabel di bawah ini merupakan hasil tes kognitif siswa. Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Kognitif Siswa
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 NAMA T-01 T-02 T-03 T-04 T-05 T-06 T-07 T-08 T-09 T-10 T-11 T-12 T-13 T-14 T-15 T-16 T-17 T-18 T-19 T-20 T-21 T-22 T-23 T-24 T-25 T-26 T-27 T-28 T-29 T-30 T-31 T-32 T-33 T-34 1 0 0 4,9 1,7 0,7 2,3 2,3 0 3,7 1,7 2 5,3 0,3 2,7 3,7 1,7 4 2,7 4,9 1,7 4 0 1,7 0 1,7 3,7 2 3 0 5 1,7 2,7 1,7 0 TES KE2 3 3,3 4 5 6 9 9 1,9 6 6,5 6 6 2 6,1 4,5 5,5 7 8,9 4 6,7 10 5,7 8 6,3 6,5 5,1 6 6,3 6 7,5 9 6,9 4,5 5,1 6 5 4 3,5 4 6,3 4 6,3 0 8 6 6,1 4 5,1 4 5,7 8 7,1 0 7,3 2 2,5 4 3,5 4 7,1 0 5,3 4,5 6,1 5 3,7 4 1,5 4 RERATA 2,43 3,67 7,63 3,20 4,40 3,43 4,30 4,17 5,53 6,13 5,23 6,03 3,80 5,00 6,73 4,37 5,03 3,90 4,13 4,00 3,43 4,67 3,93 3,03 5,13 3,60 3,77 3,17 2,50 4,03 3,83 4,60 3,13 1,83

47

NO

NAMA

35 T-35 36 T-36 37 T-37 38 T-38 39 T-39 40 T-40 41 T-41 42 T-42 43 T-43 44 T-44 RATA-RATA KELAS

TES KE1 2 3 2,5 7,3 4 1,7 4,3 4 1,7 4 4 2,7 7,7 10 2,3 8 6 3,3 9,3 10 2,3 7,1 10 1,7 5,9 9 1,7 6,7 7 1,7 4 5 2,16 5,82 5,34

RERATA 4,60 3,33 3,23 6,80 5,43 7,53 6,47 5,53 5,13 3,57 4,44

SKBM : 6,2 (Sumber : Guru mata pelajaran fisika) Dari hasil wawancara dengan guru fisika, pembelajaran yang dilakukan belum memberikan kesempatan secara optimal kepada siswa untuk berperan aktif dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep fisika. Pembelajaran lebih banyak satu arah dan lebih banyak berpusat pada guru. Dalam empat pembelajaran sebelumnya, guru pernah menggunakan metode praktikum. Metode ini sangat baik untuk mengaktifkan siswa di kelas. Dari angket respon siswa, diperoleh hasil bahwa 90,70% siswa menyukai pembelajaran dengan metode praktikum. Melalui metode ini, guru dapat memperoleh data data mengenai aspek psikomotor siswa. Namun hal ini belum dapat dilakukan untuk jumlah siswa yang besar. Begitupun dengan aspek afektif, jumlah siswa yang besar menjadi kendala untuk terlaksananya penilaian. Karena keterbatasan alat, pada pembelajaran dengan metode praktikum siswa belajar secara berkelompok. walaupun demikian, hal positif yang dapat diambil adalah bahwa dalam kelompok siswa menjadi terangsang untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Hasil analis mengungkapkan bahwa sebanyak 88,10% siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran secara berkelompok.

48

Dengan pembelajaran kelompok mereka dapat saling membantu dalam memahami konsep-konsep fisika dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

B. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sebelumnya harus dijudgement untuk diuji validitas isinya. Judgement dilakukan oleh dua orang dosen ahli dan satu orang guru yang mengajar di kelas yang yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen yang di-judgement terdiri atas instrumen kognitif berupa soal pilihan ganda, lembar observasi afektif dan lembar observasi psikomotor. Setelah di-judgement, instrumen koginititif diujicobakan di kelas yang dianggap homogen dengan kelas sampel. Dari uji coba yang dilakukan diperoleh data hasil uji coba yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel. Analisis dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa 10% soal tergolong sangat mudah, 33,33% soal tergolong soal mudah dan sedang, 20% soal tergolong sukar, dan 3,33% soal tergolong sangat sukar. Sedangkan dilihat dari kemampuan soal untuk membedakan anak yang menguasai dan tidak menguasai konsep fisika, 13% soal daya pembedanya sangat buruk, 7% soal daya pembedanya buruk, 23% soal berkriteria sedang, 7% soal berkitreria baik dan 50% soal daya pembedanya sangat baik (Selengkapnya dapan dilihat pada Lampiran D2 dan Lampiran D3).

49

Uji statistik berikutnya adalah validitas dan reliabilitas instrumen. Dari segi validitasnya, instrumen memiliki validitas yang berkriteria sangat rendah (23,33%), rendah (26,67%), cukup (33,33%) dan tinggi (16,67%). Sedangkan reliabilitas instrumen untuk digunakan dalam penelitian memiliki kriteria sangat tinggi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,82 (Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D4 dan D5). Berdasarkan hasil

tersebut, 23,33% soal (7 soal) yang validitasnya sangat rendah tidak digunakan dalam instrumen penelitian. Dibawah ini adalah tabel hasil analisis validitas.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Validitas Item Soal No Item Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Seri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 Indeks Validitas 0,659 0,438 0,649 -0,045 0,644 0,497 0,137 0,388 0,164 0,423 0,483 0,294 0,559 -0,184 0,463 0,448 0,150 0,623 0,287 0,210 0,246 0,111 0,481 0,259 0,366 0,499 0,191 0,640 kriteria tinggi cukup tinggi sangat rendah tinggi cukup sangat rendah rendah sangat rendah cukup cukup rendah cukup sangat rendah cukup cukup sangat rendah tinggi rendah rendah rendah sangat rendah cukup rendah rendah cukup rendah tinggi Keterangan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

50

No Item Soal 29 30

Seri 3 3

Indeks Validitas kriteria -0,030 sangat rendah 0,425 cukup

Keterangan Tidak digunakan Digunakan

Dari tabel, soal no. 16 tidak digunakan dalam instrumen penelitian. Karena berdasarkan hasil judgement, soal tersebut tidak sesuai dengan batasan masalah yang telah diuraikan pada bab I. Pada bab I, aspek kognitif dibatasi hanya sampai aspek sintesis (C5), sedangkan soal no 16 termasuk aspek evaluation (C6). Dengan demikian, instrument tes yang digunakan setiap seri terdiri atas, 7 soal seri pertama, 7 soal seri kedua, dan 8 soal seri ketiga.

C. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dikemukakan hasil uji statistik terhadap data yang diperoleh pada saat pelaksanaan treatment terhadap sampel penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel. Analisis yang dilakukan meliputi uji distribusi chi kuadrat, uji distribusi F, uji korelasi, uji perbedaan dua rata-rata, perhitungan gain ternormalisasi dan indeks prestasi komulatif (IPK). Distribusi chi kuadrat digunakan untuk menguji normalilitas suatu data. Jika nilai nilai 2
hitung

nilai 2

tabel,

maka data yang diuji terdistribusi normal

(selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.1.b, F.3.b, dan F.4.b). Hasil uji normalitas pada taraf signifikansi 5 %, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

51

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
Treatment Seri 1 Seri 2 Seri 3 Gabungan 2 hitung 29,35 14,29 4,77 5,18 Pretest 2 tabel Keterangan 7,82 Tidak normal 7,82 Tidak normal 5,99 Normal 5,99 Normal 2 hitung 2,92 6,47 6,80 2,80 Post test 2 tabel Keterangan 5,99 Normal 7,82 Tidak normal 7,82 Normal 5,99 Normal

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor Siswa
Treatment Seri 1 Seri 2 Seri 3
2 hitung

5,329 16,459 14,846

Afektif tabel Keterangan 5,991 Normal 5,991 Tidak normal 5,991 Tidak Normal
2

hitung 15,873 22,994 19,786


2

Psikomotor Keterangan 2 tabel 5,991 Tidak normal 7,815 Tidak normal 5,991 Tidak normal

Distribusi F digunakan untuk melihat homogenitas dua kelompok data. Uji distribusi F pada hasil belajar kognitif dilakukan terhadap data pretest dan post test pada masing masing seri. Sedangkan pada data hasil belajar afektif dan psikomotor uji distribusi F dilakukan terhadap data seri 2 dan data seri 3 yang dibandingkan dengan data seri 1 serta data seri 3 terhadap data seri 2. Pada uji distribusi F, dua kelompok data dikatakan homogen jika nilai F hitung nilai F tabel (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.1.c, F.3.c, dan F.4.c). Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji distribusi F.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Data yang diuji Pretest seri 1-post test seri 1 Pretest seri 2-post test seri 2 Pretest seri 3-post test seri 3 Rata-rata pretest rata-rata post test Seri 1 seri 2 Seri 1 seri 3 Seri 2 seri 3 F hitung 2,65 1,24 1,05 1,39 1,43 1,46 1,02 F tabel 1,86 1,86 1,86 1,86 1,84 1,84 1,84 Keterangan Tidak homogen homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

Kognitif

Afektif

52

Hasil Belajar Psikomotor

Data yang diuji Seri 1 seri 2 Seri 1 seri 3 Seri 2 seri 3

F hitung 1,18 1,75 1,41

F tabel 1,84 1,84 1,84

Keterangan Homogen Homogen Homogen

Kemudian data yang diuji pada distribusi F, diuji perbedaan rata-ratanya. Uji perbedaan dua rata-rata ditentukan oleh hasil uji distribusi chi kuadrat dan distribusi F. Jika data yang akan diuji terdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji t-test. Sedangkan jika data yang akan diuji tidak memenuhi salah satu syarat tersebut, maka uji perbedaan dua ratarata dilakukan dengan uji wilcoxcon. Pada uji perbedaan dua rata-rata, rata-rata dua data dikatakan berbeda secara signifikan jika tidak memenuhi ketentuan ttabel thitung ttabel atau nilai whitung wtabel (selengkapnya dapat dilihat pada tabel F.1.d, F.3.d, dan F.4.d). Berikut ini tabel hasil uji perbedaaan dua rata-rata data hasil belajar siswa.
Tabel 4.6 Hasil Uji Dua Rata-Rata Data Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Seri 1 Seri 2 Kognitif Seri 3 Gabungan Afektif Data yang diuji Pretest-post test Pretest-post test Pretest-post test Pretest-post test Seri 1 seri 2 Seri 1 seri 3 Seri 2 seri 3 Seri 1 seri 2 Seri 1 seri 3 Seri 2 seri 3 Nilai Hitung w = 14 w=4 t = -23,37 t = -37,89 w = 99 w = 146,5 w = 49 w = 54 w = 35,5 w = 23,5 Nilai Tabel w = 137 w = 137 t = 1,67 t = 1,67 w = 147 w = 147 w = 147 w = 147 w = 147 w = 147 Keterangan Berbeda secara signifikan Berbeda secara signifikan Berbeda secara signifikan

Psikomotor

Selain uji statistik di atas, pada data hasil belajar kognitif dilakukan perhitungan gain ternormalisasi <g>. Dari hasil perhitungan, rata-rata gain dari seri ke seri mengalami peningkatan dari seri ke seri dengan kriteria sedang pada

53

setiap serinya (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.2.a). Dibawah ini adalah tabel gain dan gain ternormalisasi setiap seri pemebelajaran.
Tabel 4.7 Gain Dan Gain Ternormalisasi Setiap Seri Treatmen Seri 1 Seri 2 Seri 3 Rata-rata Gain
2,67 2,71 3,29

Rata-rata <g>
0,36 0,44 0,44

0,41

Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang

Selain dari tabel tersebut, peningkatan gain ternormalisasi tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

0,50

Rata-rata Gain Ternormalisasi

0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00

0,44 0,36

0,44

SERI 1

SERI 2

SERI 3

Gambar 4.1. Grafik rata-rata gain ternormalisasi

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat juga dari peningkatan nilai gainnya, seperti ditunjukkan pada tabel 4.7. Untuk melihat signifikansi peningkatan hasil treatmen tersebut, dilakukan uji statistik terhadap nilai gain setiap seri (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.2.c, dan F.2.d). Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji distribusi chi kuadrat dan uji distribusi F.

54

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas


Data yang diuji Gain seri 1 (G-1) Gain seri 2 (G-2) Gain seri 3 (G-3) 2 hitung 11,40 9,70 31,85 2 tabel 5,991 5,991 7,815 Keterangan Normal Normal Tidak Normal

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas


Data yang diuji G-1 denga G-2 G-1 dengan G-3 G-2 dengan G-3 F hitung 1,24 1,24 1,00 F tabel 1,86 1,86 1,86 Keterangan Tidak homogen Homogen Homogen

Berdasarkan hasil uji di atas, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxcon (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.2.e). Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Hasil Belajar Siswa Data yang diuji G-1 denga G-2 G-1 dengan G-3 G-2 dengan G-3 w hitung 147,5 151,5 172 w tabel 147 147 147 Keterangan Tidak berbeda secara signifikan Tidak berbeda secara signifikan Tidak berbeda secara signifikan

Perhitungan indeks prestasi komulatif (IPK) dilakukan pada hasil belajar afektif dan psikomotor (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2, dan E.3). Tabel dibawah ini adalah hasil perhitungan IPK terhadap data hasil belajar afektif dan psikomotor.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase IPK Aspek Afektif No Indikator 1 Kerjasama dalam diskusi kelompok 2 Sikap saat ppraktikum 3 Tanggung jawab terhadap alat Rata-rata IPK afektif Kriteria Seri 1 Seri 2 Seri 3 78,23% 70,97% 83,06% 86,29% 91,13% 81,45% 59,68% 70,16% 76,61% 74,73% 77,42% 80,38% Netral Positif Positif

55

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Persentase IPK Aspek Psikomotor No Indikator 1 Mempersiapkan percobaan 2 Membuat rangkaian 3 Membaca alat ukur 4 Menulis data hasil percobaan Rata-rata IPK psikomotor Kriteria Seri 1 Seri 2 Seri 3 50,00% 55,65% 76,61% 67,74% 63,87% 89,68% 77,42% 77,42% 75,81% 69,89% 69,89% 70,97% 66,13% 66,33% 79,44% Cukup Terampil Terampil Terampil

Dari rata-rata IPK setiap seri, pada aspek afektif terjadi peningkatan ratarata IPK dari kriteria netral pada seri 1 menjadi kriteria positif pada seri 2 dan seri 3. Perkembangan indeks prestasi komulatif (IPK) pada aspek afektif dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
100% 80% 60% 40% 20% 0%
KERJASAMA DALAM DISKUSI KELO MPO K SIKAP SAAT PPRAKTIKUM SIKAP TERHADAP ALAT RATA- RATA IPK AFEKTIF 78% 71% 60% SERI 1 SERI 2 SERI 3 83%

% IPK AFEKTIF SISWA

86%

91% 81% 70% 77% 80% 75% 77%

Gambar 4.2. Grafik Perkembangan IPK Hasil Belajar Afektif Siswa Begitu pun dengan aspek psikomotor, terjadi peningkatan rata-rata IPK dari kriteria cukup terampil pada seri 1 dan seri 2 menjadi kriteria terampil pada seri 3. Perkembangan indeks prestasi komulatif (IPK) pada aspek afektif dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

56

% IPK PSIKOMOTOR SISWA

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

90% 77% 68% 50% 56% 64% 77% 77% 76% 79% 70% 70% 71% 66% 66% Series1 Series2 Series3

MEMPERSIAPKAN PERCOBAAN

MEMBUAT RANGKAIAN

MEMBACA ALAT UKUR

MENULIS DAT A HASIL PERCOBAAN

RERAT A IPK PSIKOMOT OR

Gambar 4.3. Grafik Perkembangan IPK Hasil Belajar Psikomotor Siswa

D.

Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri terhadap hasil belajar siswa dan efektivitas dari pembelajaran tersebut. Pada pelaksanannnya, pembelajaran tersebut merupakan gabungan dari sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sintaks pembelajaran inkuiri. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran fisika melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di sekolah dan kajian pustaka. Studi pendahuluan memberikan gambaran secara umum mengenai pembelajaran Fisika di sekolah dengan kendala-kendala yang dihadapinya. Melalui obervasi kelas, penyebaran angket dan wawancara dengan guru diperoleh informasi mengenai metode pembelajaran, situasi kelas, data hasil belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran fisika. Hasil tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan kajian

57

pustaka untuk memperoleh informasi teoritis mengenai metode dan strategi pembelajaran fisika di sekolah. Metode one group times series design memiliki validitas internal yang tinggi dan sesuai untuk pelaksanaan penelitian di lingkungan sekolah. Dengan metode ini, penelitian dilakukan sebanyak tiga seri. Pada setiap seri, semua sintaks pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Namun, waktu

pembelajaran tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini tidak menjadi hambatan karena pelaksanan penelitian berlangsung pada dua jam pelajaran terakhir. Terdapat beberapa perubahan pada instrumen setelah pelaksanaan tretment seri pertama. Perubahan dilakukan pada lembar observasi siswa yang tidak tersusun sesuai dengan alur pembelajaran. Selain itu terdapat indokator yang sulit untuk diamati oleh observer. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan perubahan pada lembar observasi afektif dan psikomotor dengan memperbaiki susunan indikator yang akan diamati dan menghilangkan indikator-indikator yang sulit diamati oleh observer. Lembar observasi yang telah diperbaiki untuk selanjutnya digunakan pada treatment seri kedua dan seri ketiga. Dari seluruh analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar siswa pada saat penelitian, pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Seluruh data diuji pada taraf signifikansi 5%. Artnya, dalam 100 kali penelitian akan terjadi 95 hasil yang sama atau 5 kali meleset (Panggabean, 1996 : 98)

58

1. Hasil pembelajaran siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar kognitif siswa. Dari hasil penelitian pendahuluan, terungkap bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif masih berada di bawah SKBM, yaitu 6,2. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata-rata kelas dari hasil tes pembelajaran adalah sebesar 4,44. Sedangkan setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 6,17. Berarti, pembelajaran tersebut memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa jika dilihat dari peningkatan nilai rata-rata tersebut. Dari segi proses pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh metode ceramah. Sedangkan siswa lebih tertarik dengan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam percobaan kelas dan diskusi kelas. Dari hasil wawancara pun terungkap bahwa siswa memiliki sikap yang kurang positif terhadap pembelajaran fisika. Namun hal ini berbeda jika proses pembelajaran dilakukan dengan metode praktikum dan kelompok. Siswa lebih aktif dan mereka merasa lebih terbantu dalam memahami konsep fisika melalui kelompok belajar. 2. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar kognitif siswa. Furchan (2004:hal. 401) menyatakan bahwa dengan membandingkan pengukuran sebelum dan sesudah treatment, kita dapat memastikan pengaruh treatment terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini, untuk melihat pengaruh pembelajaran tipe STAD berbasis inkuiri terhadap hasil siswa adalah

59

dengan membandingkan skor pretest (sebelum treatment) dengan post test (sesudah treatment). Dari hasil uji statistik perbedaan dua rata-rata terhadap hasil belajar kognitif (tabel 4.5), nilai thitung tidak memenuhi ketentuan ttabel thitung ttabel atau nilai whitung nilai wtabel. Artinya bahwa rata-rata skor pretest dan post test pada setiap seri berbeda secara signifikan. Dengan kata lain, hipotesis nol (Ho) penelitian ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Berarti secara umum, pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Ditinjau dari nilai korelasinya, skor pretest dan skor pretest memiliki korelasi yang sangat tinggi. Artinya, siswa yang memiliki skor tinggi pada saat pretest, memiliki skor yang tinggi pada saat post test dan sebaliknya (lihat Lampiran F.1.d : hal 159). Selain itu, pengaruh positif pembelajaran pun dapat dilihat dari peningkatan gain dari seri ke seri (tabel 4.7). Untuk melihat tingkat signifikansi peningkatan hasil belajar kognitif siswa tersebut, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor gainnya. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai whitung niali wtabel (tabel 4.10). Artinya rata-rata gain seri kedua dan ketiga jika dibandingkan terhadap rata-rata gain seri pertama tidak berbeda secara signifikan. Begitupun dengan rata-rata gain seri ketiga, jika dibandingkan dengan rata-rata gain seri kedua tidak berbeda secara signifikan. Dengan kata lain, hasil belajar kognitif siswa tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari seri sebelumnya ke seri berikutnya.

60

Namun, jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri, terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil belajar kognitif siswa. hal ini ditunjukan dengan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel. Nilai korelasi skor sebelum dan sesudah tretament tergolong kriteria sangat tingggi (r = 1,94). Berarti siswa yang skornya tinggi sebelum treatment, memiliki skor yang tinggi juga setelah dilakukannya tretment dan siswa yang skornya rendah sebelum treatment, memiliki skor rendah juga setelah treatment

(selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.5.d). 3. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar afektif siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata skor afektif kelas dari seri keseri. Berdasarkan hasil uji statistik, nilai whitung nilai wtabel (tabel 4.6). Artinya, nilai afektif siswa dari seri ke seri berikutnya meningkat secara signifikan. Selain itu, peningkatan pada ranah afektif dapat dilihat dari rata-rata indeks prestasi komulatif seri ke seri. Perkembangan hasil belajar siawa pada ranah afektif dapat dilihat pada tabel 4.11 dan gambar 4.2. Dari gambar terlihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata IPK skor afektif dari 74,73% (kategori netral) pada seri pertama, meningkat menjadi 77,42 (kategori positif) pada seri kedua, dan meningkat lagi menjadi 80,38% (kategori positif) pada seri ketiga. Pada indikator bekerjasama dalam kelompok, IPK afektif siswa mengalami penurunan. Penurunan rata-rata IPK

61

ini disebabkan oleh menurunnya partisipasi aktif siswa dalam memberikan pendapat ketika diskusi kelompok dan sikap acuh tak acuh dari sebagian anggota kelompok. Selain itu, sebagian besar dari kelompok tidak mendiskusikan prosedur percobaan bersama anggota kelompoknya dan percobaan lebih didominasi oleh ketua kelompok. Penurunan rata-rata IPK Afektif pun terjadi pada indikator sikap saat praktukum. Rata-rata IPK afektif siswa mengalami penurunan pada seri ketiga menjadi 81,45% dari seri pertama (86,29%) dan seri kedua (91,13%). Penurunan ini terjadi karena ada penurunan motivasi belajar siswa akibat rusaknya alat percobaan. Terdapat dua kelompok yang mengalami kerusakan voltmeter. Sehingga sebagian anggota siswa berbicara atau melakukan kegiatan diluar praktikum dengan anggota kelompok lain atau dengan anggota lain dalam kelompoknya. 4. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar psikomotor siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata skor afektif kelas dari seri keseri. Sama halnya dengan hasil uji statistik ranah psikomotor, pada ranah psikomotor nilai whitung nilai wtabel (tabel 4.6). Artinya, nilai psikomotor siswa dari seri ke seri berikutnya meningkat secara signifikan. Selain itu, peningkatan pada ranah psikomotor dapat dilihat dari rata-rata indeks prestasi komulatif seri ke seri. Perkembangan hasil belajar siawa pada ranah afektif dapat dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.3.

62

Dari gambar terlihat adanyan penurunan pada indikator membaca skala alat ukur. Rusaknya alat pada percobaan seri ketiga menyebabkan turunnya rata-rata IPK psikomotor seri ketiga pada indikator ini, dari rata-rata IPK sebesar 77,42% pada seri pertama dan kedua menjadi 75,81% pada seri ketiga. Selain itu, penurunan rata-rata IPK psikomotor terjadi pada indikator merangkai alat, yaitu dari 67,74% pada seri pertama menjadi 66,33% pada seri kedua. Penurunan ini terjadi karena siswa belum memahami cara merangkai alat ketika komponen lampu pada percobaan seri pertama diganti dengan kawat penghantar pada percobaan seri kedua. 5. Efektifitas pembelajaran Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri ditentukan dari nilai gain ternormalisasi yang dikonsultasikan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Hake. Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.7, nilai gain ternormalisasi terus mengalami peningkatan dengan kriteria sedang (cukup efektif). Peningkatan nilai gain ternormalisasi juga dapat dilihat pada gambar 4.1. Secara umum, berdasarkan rata-rata nilai gain ternormalisasi pembelajaran secara keseluruhan, efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis inkuiri termasuk kriteria sedang (cukup efektif).

Anda mungkin juga menyukai