Anda di halaman 1dari 8

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

ANALISIS KALIUM PADA MINERAL HASIL PEMISAHAN DARI BATUAN BEKU ANDESIT: PENGEMBANGAN SISTEM DEKSTRUKSI MINERAL SEBAGAI UPAYA PENENTUAN KADAR KALIUM UNTUK PENTARIKHAN K-Ar
Sam Permanadewi, Irfany Agustian.S dan Aladin Sianipar1
Abstrak Penentuan Kadar kalium merupakan salah satu tahapan dalam pentarikhan batuan pada dengan metoda K-Ar. Penentuan kadar kalium dilakukan dengan metoda spektroskopi serapan atom (AAS). Akurasi dan presisi sangat diperlukan dalam penentuan kadar K dengan AAS. Akurasi dan presisi akan dipengaruhi oleh metoda preparasi khususnya metoda dekstruksi. Saat ini metoda dekstruksi yang telah tervalidasi adalah metoda desktruksi sistem terbuka (Open vessel). Metoda Open vessel memerlukan waktu yang cukup lama dalam hal melarutkan semua mineral. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan dan memvalidasi metoda destruksi yang cepat, akurat dan presisi. Metoda yang dikembangkan adalah destruksi dengan sistem tertutup yaitu metoda Microwave. Destruksi metoda microwave untuk penentuan kadar kalium telah berhasil divalidasi meliputi presisi, akurasi. Presisi ditunjukkan dengan nilai persen RSD < 1% dan akurasi dilakukan dengan pengukuran kadar kalium material acuan standar biotit. Metoda destruksi ini juga dibandingkan metoda desktruksi sistem terbuka untuk analisis kalium dalam sampel batuan beku andesit. Kata kunci: microwave, penterikhan K-argon, penentuan kadar kalium, BIOTIT
Oleh

Laboratorium Geologi, Pusat Survei Geologi, Bandung

181

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

PENDAHULUAN

Salah satu tahapan penentuan umur mineral dalam batuan dengan metoda pentarikhan kalium-argon (K-Ar) adalah analisis unsur kalium yang terkandung dalam sampel batuan. Tahapan-tahapan penentuan umur batuan dengan pentarikhan K-Ar secara umum terdiri dari 3 tahap, yaitu pertama, pemisahan mineral dari batuan, kedua penentuan kadar kalium dan terakhir penetuan umur batuan1,2. Mineral biotit dari batuan diperoleh setelah melalui tahapan pemisahan. Prosedur preparasi sampel untuk penentuan kandungan kalium dalam batuan membutuhkan waktu dan langkah yang cukup panjang dan lama. Tahapan-tahapan preparasi sampel meliputi: grinding batuan yang diperolah dari hasil pemisahan (ukuran -36 mesh) hingga halus alat pulpulisher dan diayak sampai lolos 200 mesh. Sampel batuan yang sudah diayak di atas selanjutnya didestruksi dengan metoda terbuka dalam wadah cawan platina pada suhu 200oC selama 24 jam2. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi sistem destruksi metoda terbuka menjadi sistem tertutup menggunakan bom teflon dalam microwave. Metoda ini jauh lebih efektif dan tidak memerlukan waktu destruksi hingga 24 jam. Metoda destruksi tertutup dengan sistem bom teflon yang dikembangkan akan divalidasi dan diaplikasikan terhadap sampel dan standar batuan. II METODA PENELITIAN

1.1 Alat dan Bahan Semua bahan yang digunakan adalah grade analitikal, kecuali disebutkan. Bahanbahan yang digunakan meliputi : KH4C8PO4 (Merck), HF pekat (Merck), H2SO4 pekat (Merck), CS2SO4 (Merck) dan ultra pure water (UPW). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium, semua alat gelas sebelum dipakai direndam dalam asam nitrat 10%, dicuci dengan UPW kemudian dikeringkan. Penentuan kadar Kalium menggunakan spektrometri serapan atom (Spectra AA-40, Varian), penangas (Thermoline), furnace (Thermoline), Microwave (MARS 5, CEM Corp., USA) dengan kondisi sebagai berikut: power 400 w, tekanan 800 psi, temperatur 200oC dengan setting waktu (Rap Time) 15 menit, cawan teflon, bom teflon (XP1500 plus, CEM Corp., USA) (cawan teflon sebelum dipakai direndam dengan HNO3 10%). 1.2 Prosedur Penelitian 1. Destruksi Sistem tertutup Sampel yang telah digrinding dan diayak hingga lolos 200 mesh, ditimbang sebanyak 0,10-0,15 g 0,001 g dalam bom teflon kemudian ditambahkan 2 mL HF pekat. Bom teflon dimasukkan pada microwave. Destruksi dilakukan dalam microwave. Setelah selesai tahapan dari microwave, bom teflon yang berisi sampel dibilas dengan UPW hingga semua sampel terpindahkan ke cawan teflon. Cawan teflon dipanaskan secara bertahap dimulai dari suhu 120oC hingga volumenya menjadi setengah volume awal kemudian dilanjutkan pemanasan pada suhu 250oC hingga kisat. Setelah sampel kisat, 182

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 6 mL kemudian dilanjutkan pemanasan pada suhu 250oC hingga muncul uap putih, setelah uap putih sudah habis, pemanasan dilanjutkan hingga kisat. Cawan teflon didinginkan hingga suhu kamar ketika sampel sudah kisat. Sampel selanjutnya dilarutkan dengan UPW, jika belum larut pemanasan dilanjutkan hingga larut. Sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 200 mL ketika sampel sudah larut sempurna. Sebanyak 20 mL larutan Cesium 25000 mg/L ditambahkan kedalam labu ukur di atas, kemudian diencerkan hingga 10kali. 2. Destruksi Sistem Terbuka Sampel yang telah digrinding dan diayak hingga lolos 200 mesh, ditimbang sebanyak 0,15-0,17 g 0,001 g dalam cawan platina kemudian ditambahkan 5-10 mL HF pekat dan dibiarkan hingga dingin sampai 24 jam. Setelah 24 jam, ke dalam cawan platina ditambahkan 6 mL H2SO4 1:1 kemudian dipanaskan di atas penangas pada suhu 115oC selama 30 menit, kemudian secara perlahan suhu pemanasan dinaikkan menjadi 150oC hingga muncul uap putih. Setelah uap putih sudah habis, suhu dinaikkan menjadi 165oC dan pemanasan dilanjutkan hingga volume larutan menjadi setengah volume awal. Setelah volume berkurang hingga menjadi setengah volume awal, suhu pemanasan dinaikkan menjadi 300C hingga kisat. Sampel selanjutnya dilarutkan dengan UPW, jika belum larut pemanasan dilanjutkan hingga larut. Sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 200 mL ketika sampel sudah larut sempurna. Sebanyak 20 mL larutan Cesium 25000 mg/L ditambahkan kedalam labu ukur di atas, kemudian diencerkan hingga 10 kali2. 1.3 Penentuan Kadar Kalium 1. Pembuatan Larutan Cesium 25000 mg/L Sebanyak 34,035 g Cs2SO4 dimasukkan dalam labu ukur 1 Liter dan dilarutkan dengan H2SO4 1:1. 2. Pembuatan Standar Induk Kalium 500 mg/L Kalium hidrogen phatalat dipanaskan pada suhu 220 oC selama 24 jam, kemudian dikeringkan dalam desikator. Sebanyak 0,2611 g kalium hidrogen phatalat dilarutkan kedalam labu ukur 100 mL dengan UPW. 3. Pembuatan Deret Standar Kalium Deret standar kalium dibuat dengan seri standar 0,3;1; 3;7,5;15 mg/L, masing-masing dalam labu ukur 100 mL dari larutan standar induk kalium. Ke dalam masing-masing labu ukur yang berisi seri standar ditambahkan sebanyak 1,2 mL H2SO4 pekat sebelum ditandabataskan. 4. Pembuatan Blanko Setiap Analisis dilakukan pengukuran blanko. Pembuatan blanko dibuat dengan proses yang sama seperti sampel. 5. Penentuan Kadar Kalium Dengan Spektrometri Serapan Atom (AAS) Penentuan kadar kalium dilakukan dengan AAS pada panjang gelombang 769, 9 nm, celah 1,0 nm pada kuat arus lampu katoda 5 mA dengan gas pembawa asetilen (95%) dan udara. 183

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

1.4 Kinerja Analitik Evaluasi pengembangan metoda destruksi, dilakukan validasi metoda yang meliputi: presisi dan akurasi. Uji Presisi dan akurasi dilakukan dengan pengukuran standar Biotit. III PEMBAHASAN

Destruksi sampel khususnya sampel batuan beku sangat dipengaruhi oleh matrik dari sampel batuan. Destruksi sampel batuan beku dengan sistem destruksi asam juga sangat dipengaruhi sistem dan komposisi asam pendestruksi. Batuan beku andesit secara umum banyak mengandung silikat, salah satu diantaranya adalah batuan jenis andesit6. Batuan beku mengandung oksida silika (SiO2) sekitar 40-60% dan aluminium oksida berkisar 30 % serta mengandung kalium sekitar 9%3-5. Analisis kalium yang terkandung dalam batuan sangatlah dipengaruhi oleh matrik terutama komponen mayor seperti silikat dan aluminum oksida, oleh karena itu destruksi terbuka maupun tertutup dengan sistem destruksi asam menggunakan asam fluorida dan asam sulfat. Penelitian yang ini dikembangkan untuk mengefektifkan terutama dari sisi waktu analisis. Sampel akan lebih mudah terdestruksi jika dibantu dengan tekanan dan energi. Tekanan dan energi dimanfaatkan dari sistem microwave. Asam HF dan H2SO4 mampu melarutkan silikat dan aluminum oksida pada suhu tinggi6. 1.1 Pengukuran Kurva Kalibrasi Standar Pengukuran kurva kalibrasi seri standar dengan AAS, seperti tabel 1. Tabel 1 Absorbansi Pengukuran Seri Standar
Standar (mg/L) 1 0,3 1 3 7,5 15 0,064 0,174 0,468 1,022 1,552

Absorbansi 2 0,062 0,176 0,476 1,019 1,590 3 0,063 0,173 0,477 1,020 1,552 rerata 0,063 0,174 0,474 1,020 1,565

Dari Tabel 1 dapat dibuat kurva kalibrasi seri standar seperti kurva yang ditunjukkan Gambar 1.

184

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

Gambar 1 Kurva Kalibrasi Seri Standar Kalium Dari tetapan regresi liner (R2) berkisar 0,97 menunjukkan bahwa pengukuran standar dengan kondisi AAS sudah menunujukkan kinerja analitis yang cukup baik. pengukuran kalium dengan adisi standar 1.2 Analisis Kinerja analitik Destruksi mineral hasil pemisahan dari batuan beku andesit secara tertutup, di kontrol kinerja analitiknya dengan mendestruksi standar biotit 84 AM 19, Australia. Pengukuran standar biotit seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Analisis Kalium yang Dibandingkan Dengan Nilai Sertifikat Standar Mineral Biotit
Penimbangan (mg) 1 Blanko 125,15 100,02 Rerata 0, 00 6 0, 57 0, 5 2 0,00 6 0,575 0,493 Absorbansi 3 0,006 0,565 0,498 rerata 0,006 0,570 0,497 0,005 0,004 0,01 0,01 0,01 7,53 7,55 7,54 7,58660,2 09 Standar deviasi % RSD %K AAS %K sertifikat

Tabel 2 menunjukkan hasil analisis kalium standar biotit hasil destruksi dengan sistem tertutup terhadap nilai sertifikat, tampak cukup dekat. Tabel 2 juga menunjukkan pengukuran yang cukup presisi yaitu yang ditunjukkan sebagai nilai rata-rata % RSD 0,01% dan jika dilihat akurasi pengukuran sebagai fungsi proses destruksi tampak cukup baik yaitu perbandingan antara nilai rata-rata pengukuran terhadap nilai ratarata pada sertifikat adalah berkisar pada 99%, nilai ini masuk pada rentang kepercayaan 98-102%. Perbandingan hasil analisis kalium dengan sistem terbuka dan sistem tertutup ditunjukkan pada Tabel 3.

185

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

Tabel 3 Perbandingan Hasil Analisis Kalium Antara Sistem Terbuka Dengan Tertutup
*Pengulangan Sistem terbuka %K 1 2 Rerata % K 7,33 7,58 7,45 %RSD 0,78 0,12 0,45 7,54 7,58660,2098 %K tertutup %K sertifikat

*dilakukan dengan pengulangan destruksi

Destruksi sistem terbuka yang ditunjukkan oleh Tabel 3 tampak juga akurat yaitu dengan nilai kedekatan terhadap nilai sertifikat berkisar pada kepercayaan 98%. 1.3 Analisis Sampel dan Uji Recovery Analisis sampel dan uji recovery juga dilakukan untuk melihat kemampuan metoda analisis terhadap matriks sampel yaitu dengan metoda spike, seperti tampak pada Tabel 4. Tabel 4 hasil Analisis Sampel Hasil Pemisahan Batuan Beku Andesit dan Uji % Recovery
Spike (mg/L) Terbuka (mg/L K) Sampel Hasil destruksi Sistem terbuka % Recovery Tertutup (% K) %RSD 3,78 % Recovery %K *terbuka %K *tertutup

6,15 6,03 0 3,85 101,3 98 *sampel ditimbang sebanyak 125,1 mg. Persamaan regresi K (mg/L) = 0,174 Abs +0,098

IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Sistem destruksi tertutup menggunakan microwave yang telah dikembang dapat mampu mendestruksi mineral hasil pemisahan batuan beku andesit untuk selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kandungan kalium yang terdapat dalam mineral dengan muenggunakan spetrometri serapan atom. 4.2 Saran Metoda destruksi yang dikembangkan disarankan untuk dikaji lebih jauh untuk sampel batuan beku lainnya.

186

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

V 1. 2. 3.

DAFTAR PUSTAKA Alan W. Webb. 1980. Analysis and Trainees Analysis of Kingstons Biotite. Amdel Limited, Sidney Sam Permanadewi S. 1989. Potassium-Argon Geochronolgy. Report of on the job training in Australia Paasikallio A. 1999. Effect of Biotit, Zeolit, Heavy Clay, Bentonit And Apatite On The Uptake Ofradiocesium By Grass From Peat Soil. Plan and Soil, 206, 213222 Wilkinson J.F. 1986, Clasification and Average Chemical Composition of Commons Basalts and Andesites, J.Petrolgy. vol.27, 1, 31-33 Dwijesh Ray, Rajan S., Rasik R. And Jana A. 2011. Microtextur and Mineral Chemical Analyses of Andesites-Dacite From Barren and Narcondam Islands: Evidences for Mgma Mixing and Petrological Implications, J.earths Syst. Scientific, 120, No. 1, 145-155 Lewandowska Anna, Michal Banas and Karolin Zygon. 2007. K-Ar Dating Amphibholes From Andeste of Complexe Dyke in Dubie (Southern Poland), geochronometria 27, 11-15

4. 5.

6.

187

Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli 2011

188

Anda mungkin juga menyukai