Gua Maria itu bukan hanya miliknya umat wilayah Tengklik saja, tetapi milik umat Paroki Jumapolo pada umumnya. Penamaan Gua Maria Bunda Pemersatu memang tak lepas dari situasi umat yang mendambakan persatuan dan kesatuan. Melalui BundaMaria, Allah mempersatukan seluruh umat di tiga wilayah untuk membangun paguyuban umat beriman Paroki Jumapolo. Begitulah akhirnya Gua Maria dikelal dengan nama Gua Maria Bunda Pemersatu Tengklik, Paroki Jumapolo. Rencana Selanjutnya Pertengahan Agustus 2012 masuklah Romo Ag. Giyono Pr Sebagai Pastor Kepala Paroki St. Stephanus Jumapolo, tak lama kemudian diadakan rapat pengelola Gua Maria. Dua hal pokok disebut yaitu 1) Tanggal berapa nama Gua Maria Bunda Pemersatu itu diperingati oleh umat? 2) Bangunan Gua saat ini dirasa belum selesai dan perlu dibenahi kembali. Romo Giyono membentuk panitia dan badan kerja untuk melanjutkan pembangunan Gua Maria, mulai dari pembuatan proposal hingga tukang-tukang bangunan. Akhirnya pada 30 september 2012 Romo Giyono bertemu dengan kenalan yang dapat membantu dalam proses konstruksi bangunan, lalu Jumat 5 Oktober 2012 dia menyempatkan diri melihat lokasi dan berjanji akan segera membuat gambar dan proposalnya. Harapanya bulan Oktober ini proposal sudah selesai dan sejumlah material sudah bisa dicicil pengadaanya dan jika November 2012 sudah dapat dikerjakan maka pada tanggal 31 Mei 2013 siap untuk peresmian nama Gua Maria Bunda Pemersatu. Semoga, dan yakin Bunda Maria pasti menolong niat baik ini, salam hormat bagiMu, Oh Bunda, Tolonglah kami, Amin.(Oleh Adit) (Lebih lengkap silakan buka website paroki www.parokijumapolo.com) Tanggal 30 September 2012, di bawah sinar bulan purnama umat berbondong-bondong mengikuti Misa pembukaan bulan Rosario di pelataran Gua Maria Bunda Pemersatu. Misa pembukaan ini menggunakan bahasa Jawa dan dipimpin oleh Romo Petrus Sajiyono, Pr. Satu jam sebelum misa diadakan doa rosario hidup yang dipimpin oleh anak-anak PIA-PIR wilayah St. Theresia Tengklik. Misa kali ini juga bertepatan dengan pesta pelindung wilayah Tengklik, yaitu Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus (1 Oktober). Maka, dalam homili Romo Saji mengharapkan umat Paroki Jumapolo meneladan semangat St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Oleh karena itu, mari kita ulas mengenai St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Theresia dilahirkan pada 2 Januari 1873 di Kota Norman, Alenon, Perancis, ayahnya bermana Louis Martin. Theresia adalah bungsu dari sembilan bersaudara. Namun, ia telah kehilangan empat kakaknya. Keempat kakaknya yang masih hidup semuanya perempuan. Pada 1877, ibunya Zlie Guerin meninggal pada usia 46 tahun akibat kanker payudara. Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux. Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah menjadi "ibunya yang kedua", merawatnya dan mengajarinya segala hal, termasuk berdoa. Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Ketika umurnya lima belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux.
Umat yang berkeinginan menyampaikan salam dan pesan seperti diatas bisa SMS ke nomor 085642167289. Pesan paling menarik akan kami tampilkan di edisi berikutnya, atau bisa lewat media jejaring social berikut ini:
Apa yang dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, "Tuhan tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya." Jadi, Theresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang selalu mudah. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia. Hanya sembilan tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis (TBC) yang membuatnya sangat menderita. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang salib dan berbisik, "O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!" Pada tanggal 30 September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih dua puluh empat tahun. Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Semangat kesederhanaan dari St. Theresia itulah yang menjadi harapan semangat umat paroki St. Stephanus Jumapolo. St. Theresia tidak mengharapkan adanya kotak-kotak, melainkan persatuan umat. Berawal dari hal-hal sederhana dan kecil tetapi dilandasi dengan cinta kasih DOA seperti teladan St. Theresia. (Novi Nova) O Santa TheresiadariKanak-KanakYesus tolongpetikkanbagikusekuntummawar daritamansurgawidan kirimkanpadakudengansuatuamanatcinta. O Bunga Kecil dariYesus mintalahkepada Allah hariini untukmenganugerahkanrahmat yang sangatkubutuhkan (katakankepada St. Theresiapermohonanmu) Santa Theresia, bantulahakuuntuksenantiasapercaya kepadabelaskasih Allah yang sedemikianbesar, REDAKSI sebagaimanatelahengkauwujudkan di Pelindung : Romo Ag. Giyono dalamhidupmu , Pendamping : Pak Joko sehinggaakubolehmengikut i PimRed : Aditya Ristianang 'JalanKecil'musetiaphari . Bendahara : Ayu Titimurti Amin Jurnalis : Riski, Nova, Novi, Riksa, Novi P (doakepada St. Theresia Layout : Bowo dariKanak-Kanak . Hubungi : Yesus) parokijumapolo@gmail.com Atau 085642167289