Anda di halaman 1dari 8

Al Qodir Bentuk Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri

BY ADMIN 6 JUNI 2012POSTED IN: BERITA

ANGKA bunuh diri di Indonesia maupun di negara-negara di dunia cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan di Indonesia, fenomena bunuh diri di tanah air diyakini seperti puncak gunung es, yang kelihatan hanya sedikit padahal sesungguhnya jumlahnya jauh lebih banyak. Sayangnya, sampai saat ini pemerintah maupun institusi lain masih kurang memperhatikan fenomena tersebut. Masalah bunuh diri ini kan masalah yang sangat komplek, bisa karena faktor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, spiritual dan

sebagainya. Dari tahun ke tahun, angka bunuh diri juga terus meningkat. Apa yang diberitakan di media itu masih sangat kecil dan masih lebih banyak kasus yang tidak terungkap. Fenomena bunuh diri itu ibarat puncak gunung es. Tetapi ironisnya, perhatian pemerintah dan institusi lain terhadap masalah ini masih sangat kurang, kata KH Masrur Ahmad MZ, Pengasuh Ponpes Al Qodir, Cangkringan Sleman Yogyakarta, saat meresmikan berdirinya Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang2 Al Qodir. Menurut KH Masrur, sampai saat ini definisi bunuh diri juga masih menjadi pertentangan di berbagai kalangan. Pelaku bom WTC, misalnya, kata KH Masrur, ada pihak yang mengatakan bunuh diri tetapi ada pihak yang mengatakan jihad atau martir. Begitu pula dengan hara-kiri, kata dia, ada yang menganggap bunuh diri tetapi ada juga yang menilai perbuatan mulia. Selain itu, kata Masrur, pelaku bunuh ternyata juga berasal dari beragam kalangan tidak hanya didominasi orang miskin atau orang yang tingkat pendidikannya rendah. Kalangan terpelajar dan orang-orang kaya, kata Masrur, juga banyak yang melakukan aksi bunuh diri. Mahasiswa, politisi dan bos-bos perusahaan ada yang bunuh

diri. Ini tentu sangat memprihatinkan, kata Masrur. Atas berbagai pertimbangan, kata Masrur, Ponpes Al Qodir yang selama ini konsen pada nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan, merasa terpanggil untuk memelopori berdirinya lembaga yang konsen membahas masalah bunuh diri. Ponpes Al Qodir, kata Masrur, telah mendirikan Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri atau LKPBD Kunang2 di bawah naungan Yayasan Ponpes Al Qodir. LKPBD ini, kata Masrur, diharapkan bukan hanya mengkaji secara teori sebab musabab terjadinya bunuh diri, tetapi juga memberikan solusi agar masyarakat kembali punya semangat untuk meneruskan hidupnya dan tidak putus asa atau kehilangan akal sehat. Untuk kegiatan resmi pertama kali, kata Masrur, LKPBD akan menggelar seminar dan diskusi tentang Bunuh Diri Masa Kini pada Sabtu, 2 Juni 2012 di Ponpes Al Qodir. Sebagai pembicara dalam seminar tersebut, kata dia, Ketua LKPBD Kunang2 Al Qodir, Wiranata Adi Sasmita yang selama ini banyak melakukan riset soal bunuh diri dan Dicky Sofjan PhD dari ICRS Universitas Gadjah Mada.

Sementara itu Ketua LKPBD Kunang2 Al Qodir, Wiranata Adi Sasmita menambahkan, fenomena bunuh diri sudah ada sejak masa purba dan terus berkembang hingga sekarang. Fenomena bunuh diri terjadi di mana-mana dan di semua lapisan masyarakat. Model Dan caranya terus mengalami perkembangan, dan itu sangat memprihatinkan, kata Wiranata. LKPBD Kunang2 Al Qodir, kata Wiranata, didukung oleh beragam profesi Dan lintas disiplin ilmu. Selain kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta, kata Wiranata, LKPBD Kunang2 juga didukung oleh para tokoh dari lintas agama.*** Menurut Wiranata, perilaku bunuh diri merupakan fenomena yang sangat menarik banyak ahli psikiatri, psikologi, biologi, sosiologi, hukum, dan filsafat bahkan agama. Seorang filsof terkemuka Perancis, Albert Camus (1955) menuliskan kalimat pertama dalam buku The Myth of Sisyphus sebagai berikut : The only interesting philosophical question worth asking is suicide. Saat ini berbagai media cetak maupun elektronik sering memberitakan kasus bunuh diri sebagai bagian dari romantika kehidupan masyarakat.

Laporan World Health Organization (2000) diperkirakan 1 juta orang melakukan bunuh diri (commit suicide) pada tahun 2000. Sedangkan percobaan bunuh diri diperkirakan 20 30 kali lipat kejadiannya. Bunuh diri menempati salah satu dari sepuluh penyebab teratas kematian di setiap negara, dan merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15- 44 tahun, dan nomor dua untuk kelompok 10 24 tahun. Di Indonesia, pada tahun 2010 WHO melaporkan angka bunuh diri mencapai 1,6 1,8 per 100.000 jiwa. Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi. Dengan semakin majunya peradaban manusia melalui berbagai teknologi ternyata manusia mengalami kerentanan menghadapi diri sendiri maupun lingkungan yang akhirnya bermuara pada tindakan bunuh diri. Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan angka bunuh diri yang meningkat secara signifikan. Perkiraan WHO memperkirakan pada tahun 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per

100.000 jiwa dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa di tahun 1998. Hingga sekarang, belum ada kata sepakat mengenai definisi bunuh diri atau mengakhiri hidupnya sendiri. Sebab sebagian kalangan memaknai tidak semua tindakan yang mengakhiri hidupnya sendiri merupakan tindakan bunuh diri. Ini bisa dilihat dari sejarah, misalnya harakiri dan kamikaze, yang menyatakan sikap tersebut adalah perbuatan mulia. Namun secara umum, bunuh diri diartikan sebagai sebuah tindakan mengakhiri hidup secara sengaja (dalam bahasa latin, sui caedere yang artinya untuk membunuh diri sendiri). Sebuah tindakan yang sampai saat ini belum bisa diterima oleh orang dengan dengan segala latar belakangnya baik berupa agama/kepercayaan, moral, etika, hukum, dan budaya. Fenomena yang ada dewasa ini, kejadian bunuh diri justru semakin meningkat secara tajam dan bertindak seolah sebuah penyakit menular dengan berbagai cara untuk berkembang. Dengan memperhatikan pentingnya pembahasan perilaku bunuh diri dalam budaya modern kehidupan manusia saat ini, banyak lembaga formal dan non-formal tingkat

internasional telah memperlihatkan peningkatan perhatian secara signifikan selama 3-4 dekade akhir-akhir ini. Berbagai pendekatan disiplin keilmuan telah diterapkan tetapi belum memberikan hasil positip dalam menurunkan angka bunuh diri. Kajian bunuh diri sudah banyak dilakukan dengan pendekatan ilmu kedokteran jiwa, psikologi, sosiologi, biologi, agama, filsafat, hukum, budaya, sejarah, politik, ekonomi, klimatologi, kimia, bahkan sampai merambah dunia mistis. Namun sayangnya di Indonesia, sampai saat ini perhatian pemerintah maupun elemen lain terhadap masalah tersebut masih sangat terbatas atau bahkan bisa dibilang hampir tidak ada. Atas pertimbangan yang panjang tersebut, kami di Ponpes Al Qodir merasa tergugah untuk berbuat lebih banyak bagi sesama, khususnya terkait dengan persoalan masalah bunuh diri tersebut dengan membentuk Lembaga Kajian dan Pecegahan Bunuh Diri Kunang2 Al Qodir.***

Anda mungkin juga menyukai