Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELAS NO. ABSEN BID.

STUDI

: TAUFIK QODAR ROMADIANSYAH : XI IPA 3 : 33 : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TUGAS MERANGKUM BAB IV & V

I. BAB IV: Berperilaku Sifat-sifat yang Terpuji A. Tobat Menurut istilah yang dikemukakan ulama, pengertian tobat adalah: Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah. Membersihkan hati dari segala dosa. Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang pernah dilakukan karena mengangungkan nama Allah SWT dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya. Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa ini terhadap Allah SWT, maka syarat tobat ada 4 macam, yaitu: 1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam). 2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu. 3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu. 4. Mengikutinya dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan. Namun, apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat tobatnya selain yang 4 macam tersebut ditambah dengan dua syarat, yaitu: 1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimu (dianiaya) atau dirugikan. 2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaannya. B. Raja' Maksud raja' dalam pembahasan ini ialah mengharap keridaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Kebalikan dari sifat raja' ialah berputus harapan terhadap Allah dan rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah. Yang hukumannya haram dan merupakan ciri dari orang kafir. Muslim/Muslimat yang bersifat raja' tentu dalam hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berprikir kritis, dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah SWT. 1. Optimis Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Kebalikan dari sifat optimistis ialah sifat pesimistis. Sifat pesimistis ini seharusnya dijauhi, karena termasuk ke dalam sifat tercela. Seseorang yang pesimistis dapat diartikan berprasangka buruk kepada Allah. Dalam hidupnya kemungkinan besar ia tidak akan memperoleh kemajuan. 2. Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda "dynamish" yang berarti giat bekerja, mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka

orang itu termasuk yang tercela." (H.R. At-Tabrani). Kebalikan dari sifat dinamis adalah sifat statis. 3. Berpikir Kritis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa berpikir kritis artinya tajam dalam penganalisaan, bersifat tidak lekas percaya, dan sifat selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli memberi kritik atau memberikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus. 4. Mengenal Diri dengan Mengharap Keridaan Allah SWT. Seorang mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan menyadari bahwa dirinya adalah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Ia pun menyadari tujuan hidupnya adalah memperoleh keridaan Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. II. BAB V: Hukum Islam tentang Muamalah A. Pengertian Muamalah Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al Bai yang artinya jual dan Asy Syiraa yang artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka B. Penerapan Transaksi Ekonomi dalam Islam Jual Beli 1. Hukum Jual Beli Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut. ( ( Artinya : Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka. (HR Bukhari) 2. Rukun dan Syarat Jual Beli a. Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli) 1. Berakal 2. Balig 3. Berhak menggunakan hartanya. b. Sigat atau ucapan ijab dan kabul Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual c. Barang yang diperjualbelikan 1. Barang yang diperjualbelikan halal. 2. Barang itu ada manfaatnya. 3. Barang itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain. 4. Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya. 5. Barang itu diketahui oleh penjual dan pembeli dengan jelas, baik zatnya, bentuk dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.

3. Khiyar Khiyar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual -beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Hukum Islam membolehkan hak khiyar agar tidak terjadi penyesalan bagi penjual maupun pembeli, antara lain disebabkan merasa tertipu. Simpan Pinjam Rukun dan syarat utang piutang atau pinjam meminjam, menurut hukun Islam adalah sebagai berikut: a. Yang berpiutang (yang meminjami) dan yang berutang (peminjam), syaratnya adalah sudah balig dan berakal sehat. b. Barang (uang) yang diutangkan atau dipinjamkan adalah milik sah dari yang meminjamkan. Ijarah a. Pengertian Menurut pengertian kebahasaan kata ijarah berasal dari bahasa Arab yang artinya upah, sewa, jasa, atau imbalan. Salah satu bentuk kegiatan muamalat dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, dan jasa perhotelan. b. Macam-macam Ijarah 1. Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa-menyewa; toko, rumah, kendaraan, dan aneka busana. 2. Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaaan. b. Rukun Ijarah Menurut jumhur ulama, rukun ijarah itu ada 4, yaitu: a. Orang yang berakad b. Sewa/imbalan c. Manfaat d. Sigat atau ijab kabul C. Kerja Sama Ekonomi dalam Islam 1. Syirkah Syirkah berarti perseroan atau persekutuan, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk bekerjasama dalam suatu usaha, yaitu keuntungan atau hasilnya untuk mereka bersama. a. Syarikat harta (syarikah 'inan) Syarikat harta yaitu akad dari dua orang atau lebih untuk bersyarikat/berkongsi pada harta yang ditentukan dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Rukun syarikat harta: 1. Sigat atau lafal akad 2. Anggota-anggota syarikat 3. Pokok atau modal dan pekerjaan b. Syarikat kerja ('abdan) Syarikat kerja adalah gabungan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam suatu jenis pekerjaan dengan ketentuan bahwa hasil dari pekerjaan dibagikan kepada seluruh anggota syarikat sesuai dengan perjanjian. 2. Mudarabah Menurut istilah dalam fikih, mudarabah atau qirad adalah pemberian modal dari pemilik modal kepada seseorang yang akan memperdagangkan modal dengan ketentuan bahwa untungrugi ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian antara keduanya pada waktu akad. 3. Mussaqah Yang dimaksud musaqah adalah bentuk kerja sama dimana orang yang mempunyai kebun memberikan kebunnya kepada orang lain (petani) agar dipelihara dan penghasilan yang didapat

dari kebun itu dibagi berdua menurut perjanjian sewaktu akad Musaqah dibolehkan oleh agama karena banyak orang yang membutuhkannya. Ada orang yang mempunyai kebun, tapi dia tidak dapat memeliharanya. Sebaliknya, ada orang yang tidak mempunyai kebun, tapi terampil bekerja. Musaqah memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yakni pemilik kebun dan pengelola sehingga sama-sama memperoleh hasil dari kerja sama tersebut. 4. Muzaraah Muzaraah adalah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benih (bibit tanaman)nya dari pekerja (petani). Zakat hasil paroan ini diwajibkan atas orang yang punya benih. Oleh karena itu, pada muzaraah zakat wajib atas petani yang bekerja karena pada hakekatnya dialah (si petani) yang bertanam, yang mempunyai tanah seolah-olah mengambil sewa tanahnya, sedangkan pengantar dari sewaan tidak wajib mengeluarkan zakatnya. 5. Mukhabarah Mukhabarah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benihnya dari pemilik sawah/ladang. Adapun pada mukhabarah, zakat diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakekatnya dialah yang bertanam, sedangkan petani hanya mengambil upah bekerja. Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib dibayar zakatnya. Kalau benih dari keduanya, zakat wajib atas keduanya yang diambil dari jumlah pendapatan sebelum dibagi. Hukum kerja sama tersebut diatas diperbolehkan sebagian besar para sahabat. 6. Sistem Perbankan yang Islami Sistem perbankan yang islami maksudnya adalah sistem perbankan berdasar dan sesuai dengan ajaran Islam yang dapat dirujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis. Aktor utama pengelola sistem perbankan yang islami ini biasanya dikenal dengan nama bank Islam (bank Syariah). Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran, serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. 7. Sistem Asuransi Islam yang Islami Menurut pengertian bahasa, kata asuransi (yang bahasa Arabnya At-Ta'min) berarti pertanggungan. Menurut Istilah, asuransi adalah akad (perjanjian) antara penanggung (perusahaan asuransi) dan yang mempertanggungkan sesuatu (peserta perusahaan asuransi). Asuransi pada umumnya, termasuk asuransi jiwa, menurut pandangan Islam adalah termasuk masalah ijtihadiyah. Artinya, masalah tersebut perlu dikaji hukumnya karena tidak ada penjelasan yang mendalam didalam Al Qur'an atau hadis secara tersurat. Kini umat Islam di Indonesia dihadapkan kepada masalah asuransi dalam berbagai bentuknya (asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan) dan dalam berbagai aspek kehidupannya, baik dalam kehidupan bisnis maupun kehidupan keagamaannya.

Anda mungkin juga menyukai