Anda di halaman 1dari 64

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

BAB XIV PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

A.

PENDAHULUAN

Kegiatan pembangunan daerah dalam Repelita III merupakan kelanjutan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Repelita Peranan pembangunan daerah dalam Repelita III bertambah besar, karena dalam melanjutkan pelaksanaan Trilogi Pembangunan tekanan lebih diberikan kepada usaha pemerataan, khususnya pemerataan pembangunan diseluruh wilayah tanah air. Dalam GBHN dinyatakan bahwa kebijaksanaan dan langkahlangkah di bidang pembangunan daerah ditujukan untuk meningkatkan pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh wilayah tanah air, meningkatkan laju pertumbuhan setiap daerah, memperkuat kesatuan serta ikatan ekonomi dan sosial wilayah, dan lebih meningkatkan semangat dan gairah partisipasi masyarakat dalam meningkatkan hasilguna dan dayaguna kegiatan pembangunan di daerah. Pembangunan daerah juga diarahkan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah-daerah minus dan relatif terbelakang, daerah pedesaan, dan daerah perkotaan, serta usaha lain dalam rangka meningkatkan keserasian dan laju pertumbuhan antara kota dan daerah-daerah pedesaan. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial, maka pemanfaatan tanah harus diusahakan secara optimal sesuai dengan. kemampuan dan peruntukkannya, dengan cara penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan terus meningkat. Hal tersebut tercermin dengan makin bertambah besarnya dana pembangunan yang dikelola dan makin besarnya kemampuan aparatur Pemerintah Daerah, khususnya Bappeda dalam menyusun rencana pembangunan dan melaksanakannya. Pada tanggal 29 Maret 1980 telah dikeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 27 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang memberikan landasan hukum yang baru bagi. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, baik untuk Daerah Tingkat I maupun untuk Daerah Tingkat II.

813

Keserasian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan antar berbagai instansi tingkat pusat dan daerah di satu daerah, sangat menentukan tingkat kemanfaatan kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut. Untuk mencapai keserasian dimaksud, diadakan forum Konsultasi Regional dan forum Konsultasi Nasional. Yang pertama terutama ditujukan untuk mengusahakan keserasian antar daerah, sedang yang kedua untuk mengusahakan keserasian antar kepentingan daerah dan kepentingan nasional. Forum-forum konsultasi tersebut penting bagi pengembangan hubungan timbal balik baik untuk kepentingan antar sektor, antar daerah, maupun antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Forum konsultasi tersebut diselenggarakan dalam rangka penyusunan rencana tahunan dan anggaran, baik daerah maupun pusat. Selain mengkoordinasikan perencanaan pembangunan di daerah, Bappeda juga bertugas untuk melakukan pengendalian/monitoring pelaksanaan proyek-proyek pembangunan nasional di daerah. Kegiatan tersebut dapat memberikan data umpan balik yang sangat penting baik bagi pelaksanaan maupun perencanaan pembangunan selanjutnya. Untuk merangsang pembangunan di daerah, meningkatkan partisipasi daerah dalam pembangunan, serta meningkatkan keserasian antara pembangunan sektoral dan regional, maka Pemerintah Pusat memberikan bantuan pembangunan kepada berbagai tingkat pemerintahan daerah melalui Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Program Bantuan Pembangunan Desa, Program Bantuan Penunjangan Jalan, Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar, Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, Program Bantuan Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar, Program Pembangunan Daerah Timor Timur dan beberapa bantuan lainnya. Bantuan-bantuan tersebut telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana pembangunannya sendiri dan sekaligus melaksanakannya. Untuk memajukan daerahnya. Dengan demikian diharapkan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diatasi sendiri, dan kebutuhan serta aspirasi daerah dapat dipenuhi oleh kemampuan daerah di samping kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di daerah. Besarnya Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I setiap tahun ditingkatkan. Untuk tahun anggaran 1983/84 jumlah bantuan tersebut adalah Rp. 253 milyar, sedang untuk seluruh Repelita

814

III jumlahnya mencapai Rp. 989,722 milyar. Demikian pula bantuan minimum untuk Propinsi Daerah Tingkat I mengalami kenaikan sehingga pada tahun terakhir Repelita III, jumlah itu mencapai Rp. 9 milyar. Dengan makin meningkatnya bantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, maka pembangunan yang dilaksanakan di daerah, dapat lebih disesuaikan dengan prioritas dan keperluan daerah sendiri. Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II diberikan dengan tujuan untuk menciptakan dan memperluas kesempatan kerja di Daerah-daerah Tingkat II. Besarnya bantuan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di masing-masing Daerah Tingkat II. Besarnya bantuan per penduduk ini terus meningkat dari; tahun ke tahun. Dalam tahun 1983/84 bantuan per penduduk menjadi Rp. 1.150,- sedang bantuan minimum telah menjadi Rp. 160 juta untuk Daerah Tingkat II. Jumlah seluruh Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II untuk tahun 1983/84 adalah Rp. 189.719,6 juta, sedang selama Repelita III adalah Rp. 731,829 milyar dan telah digunakan untuk melaksanakan 2.686 buah proyek, berupa prasarana perhubungan, prasarana pengairan dan proyek-proyek lain seperti pasar, riool, terminal bus dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk di pedesaan serta mempercepat pembangunan pedesaan, maka jumlah bantuan melalui Program Bantuan Pembangunan Desa yang diberikan kepada setiap desa terus ditingkatkan. Pada tahun anggaran 1983/84 jumlah tersebut telah menjadi Rp. 1.250.000,per desa, termasuk Rp. 250.000,- untuk kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Di samping itu diberikan pula bantuan-bantuan lain yang berupa bantuan keserasian, bantuan hadiah pemenang lomba desa, dan bantuan untuk pembinaan dan pengendalian pembangunan desa tingkat kecamatan. Jumlah seluruh bantuan yang telah diberikan untuk pembangunan desa pada tahun anggaran 1983/84 adalah sebesar Rp. 91,611 milyar, sedang untuk selama Repelita III adalah Rp. 332,255 milyar. Dengan biaya tersebut telah dilaksanakan sebanyak 861.862 buah proyek prasarana desa. Dalam rangka tertib penggunaan, penguasaan, dan pemilikan atas tanah, kegiatan program pengembangan tataguna tanah dan program tata agraria terus ditingkatkan. Kegiatan pemetaan tataguna tanah dalam tahun 1983/84 mencapai luas 85.872 Km2, sedang sampai pada tahun terakhir Repelita III telah mencapai 605.638 km2. Kegiatan pemetaan situasi tanah dan penerbitan SK berbagai hak atas tanah telah meningkat dari tahun ke ta-

815

hun, sehingga makin meningkat jumlah anggota masyarakat yang memperoleh kepastian hukum atas tanah mereka. Dengan makin meningkatnya kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di daerah, makin diperlukan dukungan kemampuan dan keterampilan aparatur pembangunan yang memadai. Untuk itu telah dilakukan usaha-usaha peningkatan kemampuan dan keterampilan aparatur pemerintah daerah melalui berbagai kursus dan latihan yang dilaksanakan baik oleh Pemerintah bekerjasama dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi, maupun oleh Pemerintah Daerah sendiri. Selama Repelita III telah dilatih kurang lebih 25.659 orang aparat Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II melalui berbagai kursus dan latihan. Untuk pembangunan Timor Timur, yang terutama diarahkan pada peningkatan taraf hidup rakyatnya, dalam tahun 1983/84 telah dikeluarkan biaya sebesar Rp. 41.963,266 juta, sedangkan selama Repelita III adalah Rp. 141.204,5 juta. Dengan usaha ini diharapkan dalam waktu yang relatif singkat taraf hidup masyarakat di daerah tersebut dapat sejajar dengan taraf hidup, masyarakat di daerah-daerah lain di Indonesia. Kegiatan lain dalam rangka pembangunan daerah berupa penelitian regional dan daerah, yang terutama dimaksudkan untuk mempelajari berbagai potensi daerah, aspek sosial, ekonomi, politik, dan kelembagaan pemerintahan di daerah. Di samping itu diadakan juga penelitian pada bidang pertanahan dan agraria terutama dalam rangka mempersiapkan penyusunan Rencana Undang-Undang Tata Guna Tanah. Untuk kepentingan penyusunan kebijaksanaan tentang penyelenggaraan dan pembinaan Daerah Otonom, selama Repelita III telah diadakan penelitian di beberapa Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II di 15 Propinsi Daerah Tingkat I. B. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 1. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I

Guna lebih memanfaatkan potensi pembangunan yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, Pemerintah berusaha meningkatkan pembangunan di daerah melalui berbagai program yang terarah, baik yang dilaksanakan oleh berbagai departemen melalui aparaturnya di daerah maupun oleh Pemerintah Daerah sendiri. Untuk merangsang pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah daerah, sejak Repelita II Pemerintah telah

816.

memberikan bantuan pembangunan langsung kepada tiap-tiap Propinsi Daerah Tingkat I dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan Daerah dalam pembangunan, tercapainya keselarasan pembangunan sektoral dan regional, dan tercapainya keserasian pembangunan antar Daerah. Jumlah bantuan pembangunan tersebut baik secara keseluruhan maupun untuk setiap Propinsi Daerah Tingkat I, setiap tahun terus meningkat sejak program ini dimulai pada tahun 1974/75. Pada tahun 1974/75 yaitu tahun pertama Repelita II, jumlah bantuan adalah Rp. 43.950 pada tahun 1978/79 meningkat menjadi Rp. 85.674 juta, berarti kenaikan sebesar 94,9%. Kemudian pada tahun 1979/80 yaitu awal Repelita III bantuan menjadi Rp. 102.222 juta, berarti naik sebesar 19,3%. Kemudian tahun 1980/81 ditingkatkan lagi menjadi Rp. 166.950 juta, yaitu naik 62,9 % dan pada tahun 1981/82 naik lagi 29,1 % menjadi Rp. 215.000 juta dan seterusnya pada tahun 1982/83 meningkat 17,7 % menjadi Rp 253.000 juta. Pada tahun 1983/84 tetap sebesar Rp. 253.000 juta. Selama Repelita III jumlah seluruh Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I adalah sebesar Rp. 989.812 juta. Perincian jumlah bantuan masing-masing Daerah Tingkat I selama Repelita II yaitu dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 tercantum dalam Tabel XIV - 1. Guna lebih menjamin berhasilnya penggunaan dana-dana tersebut, dalam rangka mencapai keselarasan antara tujuan pembangunan nasional dan daerah, memanfaatkan potensi daerah serta sekaligus memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah, maka bantuan tersebut dibagi atas dua bagian, yaitu :

1). Dana bantuan yang ditetapkan dipergunakan untuk membiayai


penunjangan jalan dan jembatan, peningkatan dan penyempurnaan irigasi serta biaya eksploitasi dan pemeliharaan pengairan;

2) Dana bantuan yang diarahkan dipergunakan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun proyek-proyek yang bersifat ekonomis produktif, pengembangan daerah minus, pembangunan perkotaan, peningkatan aparatur pemerintah, pembinaan generasi muda, pembinaan golongan ekonomi lemah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.

Guna memperlancar pelaksanaan tersebut disusun berbagai kebijaksanaan, antara lain pengaturan mekanisme perencanaan yang mengatur tata cara pengajuan rencana dan penilaian proyek, penyusunan dan pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan

817

TABEL XIV 1 PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 1978/79 - 1983/84 (dalam jutaan rupiah)

1)

1)

Angka APBN, termasuk bantuan unruk fasilitas Universitas, pengembangan wilayah dan monitoring proyek.

820

dan Belanja Daerah kepada DPRD, sistem pengendalian pelaksanaan proyek serta sistem pengawasannya. Untuk tahun anggaran 1983/84 besarnya bantuan berjumlah R p. 253.000 j u t a . Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp. 77.188 juta (30,5%) penggunaannya ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1)

2)

3)

Penunjangan jalan dan jembatan Propinsi, dengan biaya se-besar Rp. 35.080 juta meliputi pembiayaan penunjangan ja-lan 7.352,783 km, penunjangan jembatan 8.321,5 m, gorong-gorong 1.742 m dan penggantian jembatan 2.650,5 m. Perbaikan dan peningkatan i r i g a s i dengan biaya sebesar Rp. 9.138 juta meliputi pembiayaan untuk s e k i t a r 57 buah bendung, saluran 280,669 km, bangunan bagi 375 buah dan bangunan pelengkap 438 buah. Eksploitasi dan pemeliharaan pengairan sejumlah Rp. 32.970 juta meliputi pembiayaan bendung 11.954 buah, bangunan a i r 112.082 buah, saluran pembawa 61.748,20 km, saluran pembuang 16.880,63 km, fasilitas e k s p l o i t a s i 3.907 buah, tanggul banjir 5.225,05 km, jalan inspeksi 7.047,95 km, pompa a i r 11.850 PK, waduk 1.774,223 juta M3 dan jaringan telepon 3.728,193 km.

Perincian jumlah bantuan yang ditetapkan dan diarahkan tahun 1983/84 untuk masing-masing Propinsi Daerah Tingkat I tercantum pada Tabel XIV - 2. Bantuan yang diarahkan penggunaannya berjumlah Rp. 175.812 j u t a , digunakan untuk membiayai berbagai macam kegiatan pembangunan baik di bidang ekonomi sosial maupun kebudayaan dan olah raga yang dilaksanakan oleh a p a r a t u r Pemda, seluruhnya berjumlah 2.532 proyek sebagai berikut a. b. c. d. e. f. g. h. Proyek-proyek Proyek-proyek Proyek-proyek Proyek-proyek Pariwisata Proyek-proyek Perindustrian Proyek-proyek Proyek-proyek Proyek-proyek dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan Sekretariat Daerah 800 buah; Pekerjaan Umum 646 buah; Pertanian 380 buah; Perhubungan dan 54 buah; Pertambangan, dan 95 buah; Sosial Budaya 276 buah; Pembangunan Desa 69 buah; lainnya 212 buah.

Sebagian dana yang diarahkan, sebesar Rp. 4.662,912 juta

819

TABEL XIV - 2 JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I*) MENURUT DAERAH TINGKAT I DAN JENIS KEBUTUHAN, 1983/84 (ribu rupiah)

*) Angka APBN

820

digunakan sebagai dana pendamping (biaya rupiah) bagi proyek bantuan luar negeri yang berasal dari Pemerintah Amerika Serikat, Bank Dunia, Republik Federasi Jerman, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan wilayah yang meliputi kegiatan peningkatan aparatur pemerintahan, penyempurnaan i r i gasi, pertanian pangan, perkebunan, perkebunan rakyat, perikanan, peternakan, industri kecil dan kehutanan yang dilaksanakan di 10 Propinsi Daerah Tingkat I yaitu Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian jumlah bantuan kepada Propinsi Daerah Tingkat I menjadi lebih besar dari Rp. 253.000 juta, karena ditambah dengan bantuanbantuan dari luar negeri. Dengan adanya Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I yang dilaksanakan sejak Repelita I I , Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I semakin mampu untuk melaksanakan pembangunan pada masa-masa yang akan datang. 2. Pengembangan Wilayah Program Pengembangan Wilayah yang dikenal dengan PPW, mempunyai beberapa tujuan. Tujuan pertama adalah meningkatkan secara langsung, pendapatan anggota masyarakat yang r e l a t i f miskin dengan melaksanakan berbagai proyek pembangunan yang sederhana yang dapat menyentuh penghidupan masyarakat tersebut, baik berupa peningkatan keterampilan, penyediaan prasarana dan memberikan kredit permodalan, dengan cara yang sangat sederhana agar dapat diikuti oleh mereka. Tujuan kedua adalah meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah Daerah baik Pemerintah Daerah Tingkat I, maupun Pemerintah Daerah Tingkat I I dalam merencanakan, mengendalikan dan memonitor pelaksanaan serta mengadakan evaluasi dampak pembangunan tersebut bagi masyarakat, melalui pelaksanaan kegiatan dilapangan. Tujuan ketiga adalah mengisi kekosongan (gaps) dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang belum terlaksana oleh berbagai kegiatan yang telah ada. Melalui program ini kekosongan dimaksud dapat d i i s i sehingga keseluruhan pembangunan dalam wilayah yang bersangkutan bersambung dan saling menunjang sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Program Pengembangan Wilayah mulai dilaksanakan menjelang Repelita I I I dengan memilih lokasi di Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Jawa Tengah. Berdasarkan pengalaman dari dua daerah tersebut, kemudian diperluas ke Jawa Timur, Bengkulu, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan

821

Selatan. Pada masing-masing Propinsi Daerah Tingkat I dipilih beberapa Kabupaten Daerah Tingkat II, dan pada Kabupaten Daerah Tingkat II dipilih beberapa Kecamatan yang relatif ketinggalan. Pada Kecamatan yang terpilih, diadakan penelitian yang intensif terhadap keluarga-keluarga yang dianggap memerlukan bantuan, serta jenis bantuan yang akan diberikan. Dengan cara demikian diharapkan bantuan tersebut betul-betul dapat bermanfaat dan dapat menjangkau anggota masyarakat yang paling memerlukan. Dalam rangka pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah, Pemerintah mendapat bantuan dari beberapa negara donor, baik berupa bantuan teknik maupun bantuan proyek, dalam bentuk hibah dan pinjaman. Sejak dilaksanakannya program tersebut pada tahun 1978/79, sampai dewasa ini jumlah Kabupaten Daerah Tingkat II yang mendapat bantuan terus bertambah. Pada tahun 1978/79 meliputi 7 Kabupaten Daerah Tingkat II di 2 Propinsi Daerah Tingkat I, pada tahun berikutnya (1979/80) meningkat menjadi 21 Kabupaten Daerah Tingkat II di 7 Propinsi Daerah Tingkat I yang meliputi 209 proyek dengan biaya Rp. 4.183,6 juta. Pada tahun berikutnya meningkat lagi menjadi 28 Kabupaten Daerah Tingkat II di 10 Propinsi Daerah Tingkat I dengan biaya sebesar Rp. 8.829,8 juta untuk melaksanakan 450 proyek dan pada tahun 1983/84 meningkat menjadi 32 Kabupaten Daerah Tingkat II di 10 Propinsi Daerah Tingkat I dengan biaya sebesar Rp. 10.402,62 juta untuk melaksanakan 448 proyek. Selama Repelita III jumlah proyek yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan wilayah adalah 1.836 proyek dengan jumlah biaya sebesar Rp. 45.554,62 juta. Tabel XIV - 3 menunjukkan perkembangan jumlah Propinsi Daerah Tingkat I, Kabupaten Daerah Tingkat II dan jumlah proyek dalam rangka Pengembangan Wilayah tersebut. Negara donor dan Lembaga Internasional yang membantu adalah Amerika Serikat, Republik Federasi Jerman, Belanda dan Bank Dunia. Melalui program ini, Pemerintah Daerah dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, mengendalikan, memonitor serta mengevaluasi dampak manfaat berbagai kegiatan pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. C. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II 1. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II adalah bantuan yang disediakan di dalam anggaran pembangunan nasional untuk mem-

822

TABEL JUMLAH ANGGARAN DAN JUMLAH 1978/79 (juta

XIV 3 PROYEK PEMBANGUNAN WILAYAH, 1983/84 rupiah)

1) Termasuk tambahan dana untuk 2) Termasuk tambahan dana untuk 3) Termasuk tambahan dana untuk sebesar Rp.364,4 juta; 4) Termasuk tambahan dana untuk 5) Termasuk tambahan dana untuk Jawa Tengah sebesar Rp.344,0 6) Termasuk tambahan dana untuk

Proyek DAS di Jawa Tengah sebesar Rp.90,0 juta; Proyek DAS di Jawa Barat sebesar Rp.135,0 juta; Proyek Central Java Enterprise Development di Jawa Tengah Proyek DAS di Jawa Barat sebesar Rp.132,3 juta; Proyek CJEDP sebesar Rp.143,0 juta dan DAS Citanduy juta; Proyek DAS Citanduy di Jawa Barat sebesar Rp.516,12 juta;

823

bantu Pemerintah Daerah Tingkat II dalam melaksanakan pembangunan, dalam rangka memanfaatkan potensi pembangunan yang ada di daerahnya, serta mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan. Bantuan ini telah dilaksanakan sejak tahun kedua Repelita I yaitu tahun anggaran 1970/71. Bantuan tersebut bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja dengan melaksanakan pembangunan/rehabilitasi prasarana yang merupakan tanggungjawab Pemerintah Daerah Tingkat II. Dengan demikian Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II mempunyai tujuan ganda, yaitu memperluas kesempatan kerja dan sekaligus memperbaiki serta membangun berbagai prasarana, terutama prasarana ekonomi di daerah. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan tercipta lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung , sedang melalui penciptaan lapangan kerja diharapkan adanya pemerataan pendapatan dikalangan masyarakat luas. Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II diselenggarakan sedemikian rupa sehingga keputusan-keputusan tentang pemilihan proyek, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya dilakukan oleh Daerah Tingkat II sendiri. Oleh sebab itu maka alokasi keuangan yang tersedia disalurkan secara langsung kepada masing-masing Daerah Tingkat II sekaligus sebagai sumber keuangan untuk pembangunan Daerah Tingkat II. Sesuai dengan maksud dan tujuan tersebut di atas, maka besarnya bantuan yang diterima oleh masing-masing Daerah Tingkat II, baik Kabupaten maupun Kotamadya, dihitung berdasarkan atas jumlah penduduk yang ada. Kepada Daerah Tingkat II yang ternyata mempunyai jumlah penduduk kurang dari suatu jumlah tertentu , disediakan bantuan keuangan minimum yang cukup besar jumlahnya, dengan maksud agar Daerah Tingkat II tersebut dapat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan daerahnya. Dengan tersedianya bantuan keuangan dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II maka masing-masing Daerah Tingkat II dapat lebih leluasa melaksanakan pembangunan daerahnya, terutama dalam rangka memanfaatkan potensi alam dan tenaga kerja yang tersedia di daerahnya masing-masing guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan semakin baiknya prasarana dan saran ekonomi yang terdapat di daerah-daerah berarti semakin leluasa pula masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonominya . Dengan tersedianya prasarana produksi seperti saluran, bangunan irigasi dan sebagainya, yang sangat penting

824

untuk kegiatan pertanian maka masyarakatpun dapat meningkatkan usaha dan produksi pertaniannya. Usaha ini semakin lancar dengan tersedianya prasarana perhubungan yang lebih baik. Berbagai keperluan pertanian seperti bibit, pupuk, anti hama dan sebagainya dengan mudah dibawa ke sawah dan ladang. Sebaliknya hasil pertanian dengan mudah pula dibawa ke pusat-pusat pengumpulan dan pasar. Secara keseluruhan maka tersedianya kemudahan-kemudahan ini telah dapat meningkatkan perekonomian dan penghasilan masyarakat di daerah-daerah. Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat telah pula ditunjang dengan pembangunan berbagai fasilitas umum seperti los-los pasar, terminal bus, pelabuhan sungai dan lain-lain. pembangunan juga telah dilaksanakan untuk memperbaiki lingkungan hidup penduduk, terutama untuk lingkungan hidup mereka yang tergolong berpenghasilan rendah. Dengan lingkungan yang lebih sehat maka gairah masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif didalam usaha pembangunan akan semakin meningkat pula. Keadaan yang bertambah baik seperti tersebut diatas secara keseluruhan telah pula meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya didalam membayar pajak, terutama Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) mengingat bahwa pajak ini mempunyai hubungan langsung dengan kenaikan produksi dan produktifitas tanah. Walaupun pajak ini adalah pajak Pemerintah namun hampir seluruh hasilnya diserahkan kepada Daerah Tingkat II untuk keperluan pembiayaan pembangunan. Dengan semakin tersedianya keuangan dari sumber i n i maka semakin lebih leluasa pula Daerah Tingkat II melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Dengan meningkatnya kemampuan membangun maka wibawa Pemerintah Daerah T i ngkat II pun menjadi semakin tinggi pula dan pembangunanpun menjadi bertambah lancar. Dorongan untuk meningkatkan hasil Iuran Pembangunan Daerah dilaksanakan dengan memberikan dana rangsangan bagi Daerah Tingkat II yang dapat melampaui target hasil pajak yang ditentukan bagi masing-masing daerah. Mengingat Daerah Tingkat II pada umumnya masih sangat kekurangan peralatan kerja yang penting bagi pelaksanaan konstruksi proyek-proyek, seperti mesin gilas, mesin pemadat tanah dan sebagainya, maka didalam alokasi keuangan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II disediakan pula dana untuk pengadaan alat-alat tersebut. Untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah dikemukakan terdahulu dengan sebaik-baiknya maka diperlukan serangkaian langkah-langkah dan kebijaksanaan. Mengenai proyek-proyek

825

yang dapat dibiayai dengan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II telah digariskan sedemikian rupa meliputi proyek-proyek prasarana fisik perhubungan, seperti jalan dan jembatan dan bangunan pelengkap lainnya; proyek-proyek prasarana fisik produksi seperti saluran, bangunan irigasi serta bangunan pelengkap lainnya; proyek-proyek prasarana lingkungan terutama lingkungan masyarakat yang berpenghasilan rendah seperti riool, jalan-jalan di perkampungan, gang dan sebagainya; dan proyek-proyek prasarana serta fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak seperti los-los pasar, stasiun bus, pelabuhan sungai dan lain-lain. Proyek-proyek yang dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II meliputi berbagai tingkat penanganan seperti pembangunan baru, peningkatan, perbaikan, penunjangan serta pemeliharaan. Mengingat tingkat kerapatan jalan yang ada sudah relatif tinggi maka pembangunan jalan baru di daerahdaerah di pulau Jawa sangat dibatasi, sebaliknya prioritas diberikan kepada kegiatan pemeliharaan jalan-jalan yang sudah ada. Untuk mengarahkan penggunaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II kepada sasaran-sasaran dimaksud di atas, maka setiap proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1) (2) (3) Menciptakan dan memperluas kesempatan kerja dalam pembangunan;

Menggunakan tenaga kerja dan bahan yang tersedia setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor; Mempertinggi produksi dan memperlancar distribusi hasil pertanian serta memperbaiki lingkungan hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah; Meningkatkan partisipasi penduduk dalam pembangunan; Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan; Pembangunannya dilakukan atas dasar pengupahan yang wajar dan bukan dengan gotong-royong; Dapat direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh tenaga teknis yang ada di daerah; Pelaksanaannya tidak tergantung pada proyek-proyek lain;

(4) (5) (6) (7) (8)

826

(9) (10)

Dapat diselesaikan bersangkutan;

dalam

tahun

anggaran

yang

Serasi dengan proyek-proyek lain, yaitu proyekproyek Daerah Tingkat II, proyek-proyek Daerah Tingkat I dan proyek-proyek Nasional di daerah.

Seperti juga proyek-proyek Daerah Tingkat II lainnya maka proyek-proyek yang dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan masing-masing Daerah Tingkat II. Agar proyek-proyek tersebut serasi dengan proyek-proyek Daerah Tingkat I dan proyek-proyek sektoral Nasional maka usulan proyek-proyek Dati II tersebut terlebih dahulu harus ditelaah dan disetujui oleh tingkat Propinsi Daerah Tingkat I. Penelaahan ini meliputi segi-segi perencanaan umum, perencanaan teknis, dan kesempatan kerja. Agar supaya dana yang disediakan dapat tersalurkan dengan lancar ke Daerah Tingkat II maka penyaluran dana Bantuan pembangunan Daerah Tingkat II dilaksanakan melalui sistem perbankan. Kecuali untuk Daerah Tingkat II di Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya dan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur maka penyaluran Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dilakukan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan sistem ini maka tagihan-tagihan dari pihak ketiga dapat dibayarkan dengan prosedure yang sangat sederhana oleh masing-masing Cabang BRI di masing-masing Daerah Tingkat II. Penyaluran untuk Daerah Tingkat II di Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya dan Timor Timur dilakukan masing-masing melalui Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII) dan Bank Dagang Negara (BDN). Melalui sistem penyaluran seperti tersebut di atas maka monitoring terhadap realisasi keuangan dapat dilaksanakan dengan lebih seksama, di samping pelaporan-pelaporan yang secara berkala disampaikan oleh Daerah Tingkat II kepada Daerah Tingkat I dan dari Daerah Tingkat I kepada Pemerintah. Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II telah ditingkatkan tahun demi tahun sejak dilaksanakannya pada tahun anggaran 1970/71. Besarnya alokasi keuangan per penduduk telah ditingkatkan dari Rp. 50,- pada tahun 1970/71, menjadi Rp.150,- pada tahun terakhir Repelita I, menjadi Rp.450,- pada tahun terakhir Repelita II, dan menjadi Rp. 1.150,- pada tahun terakhir Repelita III. Bersamaan dengan itu, juga ditingkatkan jumlah bantuan pembangunan minimum kepada Daerah

827

Tingkat II tertentu. Selama Repelita III jumlah seluruh Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II adalah sebesar Rp. 731.829,3 juta. Perincian perkembangan jumlah Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II setiap tahunnya selama Repelita III dapat dilihat pada Tabel XIV - 4. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II untuk tahun 1983/84 adalah sebesar Rp. 197.167 juta. Dari jumlah tersebut, Rp. 189.719,551 juta atau 96,25% telah disalurkan kepada Daerah Tingkat II secara langsung. Dari jumlah ini, Daerah Tingkat II menerima sebesar Rp. 181.969,551 juta atas dasar Rp. 1.150,- per penduduk dan dengan bantuan pembangunan minimum sebesar Rp. 160 juta bagi 61 Daerah Tingkat II. Sisanya yaitu sebesar Rp. 7.750 juta, diterima oleh 220 Daerah Tingkat II sebagai dana perangsang IPEDA karena telah berhasil memungut IPEDA lebih besar dari target yang telah ditentukan. Lebih kurang 3,75% dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II tahun 1983/84 telah digunakan untuk pengadaan 189 buah mesin gilas jalan serta biaya pembinaan pada tingkat Propinsi Daerah Tingkat I. Dari seluruh bantuan pembangunan yang diterima oleh seluruh Daerah Tingkat II, telah dipergunakan untuk melaksanakan 4.325 buah proyek dengan perincian sebagai berikut : (1) 3.236 atas: buah proyek prasarana perhubungan yang terdiri

- 2.673 proyek jalan dengan berbagai jenis penanganannya untuk jalan sepanjang 17.580 Km; - 563 proyek jembatan dengan berbagai jenis penanganannya untuk jembatan sepanjang 22.812 M; (2) 341 buah proyek prasarana pengairan yang terdiri atas berbagai macam dan jenis penanganannya, antara lain untuk mengairi areal persawahan seluas 44.316 Ha; (3) 748 buah proyek lain-lain seperti pasar, riool, pelabuhan sungai, pengendalian banjir, terminal bus dan lain-lain. Perkembangan hasil fisik dari proyek-proyek yang dilaksanakan selama Repelita III dapat dilihat pada Tabel XIV - 5. Seperti telah digariskan, maka dari dana yang disediakan pada tahun 1983/84 dapat pula digunakan oleh Daerah Tingkat II

828

TABEL XIV - 4 PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II *) MENURUT DAERAH TINGKAT I 1978/79 - 1983/84 (Rp. juta)

*) Angka APBN tidak termasuk bantuan mesin gilas jalan dan pembinaan

829

TABEL XIV - 5 HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II, 1978/79 - 1983/84

830

untuk membiayai kegiatan perencanaan proyek-proyek untuk t a h u n 1984/85, dan berbagai kegiatan dalam rangka penyelengaraan proyek-proyek tahun 1983/84 sendiri. Jumlah dana yang disediakan untuk kedua kegiatan ini meliputi lebih kurang 6% dari seluruh Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I I . Selanjutnya atas dasar rencana biaya proyek-proyek yang telah disusun oleh Daerah Tingkat II diperoleh kesimpulan bahwa 17,6% diantaranya adalah biaya untuk pembayaran upah kepada mereka yang bekerja di proyek-proyek, 36,0% adalah b i a y a pembelian bahan-bahan setempat, sedangkan sisanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan-bahan non lokal, penggantian tanaman yang terkena proyek dan biaya lain-lain, termasuk pajak. Mereka yang terserap bekerja, baik sebagai pekerja kasar tukang, tukang kepala maupun para pegawai bidang administ r a s i selama pelaksanaan proyek-proyek tersebut di atas, diperkirakan meliputi lebih dari 245.810 orang. Mereka yang terlibat di dalam pengadaan bahan-bahan lokal, termasuk pengangkutannya meliputi 240.795 orang. Dengan demikian maka seluruh kesempatan kerja yang dapat tercipta dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek itu meliputi jumlah sebanyak 486.605 orang. 2. Koordinasi Pembangunan di Daerah Tingkat II Penyediaan bantuan keuangan untuk Daerah Tingkat II terus ditingkatkan untuk berbagai bidang tugas Daerah Tingkat II. Sejak tahun anggaran 1973/74 telah disediakan pula bantuan keuangan untuk pelaksanaan Program-program Pembangunan Sekolah Dasar, Pembangunan Sarana Kesehatan dan Penghijauan. Bantuan Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar telah disediakan s e j a k tahun anggaran 1976/77, sedang Bantuan Penunjangan Jal a n telah disediakan sejak tahun anggaran 1979/80. Peningkatan dan perluasan kegiatan pembangunan yang merupakan tugas-tugas Daerah Tingkat II memerlukan peningkatan kemampuan Daerah Tingkat II sendiri, baik di bidang perencanaan, maupun pelaksanaan dan pengawasannya. Agar berbagai program tersebut benar-benar mencapai sasarannya, maka kemampuan koordinasi kegiatan-kegiatan tersebut harus pula ditingkatkan. Dalam hubungan ini maka dengan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 telah dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Tingkat I I . Badan ini merupakan satuan staf yang bertanggungjawab langsung kepada Bupati/Walikota

831

madya Kepala Daerah Tingkat II dalam bidang perencanaan dan pengendalian pembangunan. Untuk tujuan yang dimaksud diatas maka secara bertahap telah dilaksanakan penataan kembali unit-unit organisasi di Daerah Tingkat II sesuai dengan ruang lingkup fungsi dan tugas masing-masing unit. Pemimpin proyek-proyek konstruksi secara bertahap diserahkan kepada para petugas dari instansi teknis yang bersangkutan. Tugas pengendalian pelaksanaan proyek merupakan tugas dari Bagian Pembangunan, sedang tugas perencanaan umum dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II. Demikian pula dengan tugas pengawasan menjadi wewenang Instansi Inspektorat. Dengan demikian maka Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II lebih dapat melaksanakan tanggungjawab umumnya secara lebih intensif. Mengingat dana pembangunan yang disediakan dari Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dan program-program bantuan lainnya sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana, kegiatan dan biaya pembangunan Daerah Tingkat II sendiri, maka sudah sepantasnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai bagian dari Pemerintah Daerah, berpartisipasi aktif mengawasi pemanfaatan dana yang tersedia secara optimal untuk kepentingan masyarakat di Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Prinsip pengelolaan proyek secara terbuka diterapkan sehingga masyarakat dapat segera mengetahui isi proyek dari papan nama proyek, yang memuat perincian proyek, dan dipasang di setiap lokasi proyek. Dengan demikian masyarakat dapat melakukan pengawasan sosial terhadap pelaksanaan pembangunan di daerah. 3. Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten Mengingat bahwa Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II ternyata lebih berorientasi kepada daerah-daerah padat penduduk, maka sejak tahun anggaran 1979/80 Pemerintah melaksanakan Program Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten sebagai semacam kompensasi untuk daerah-daerah yang jarang penduduknya. Dengan program ini, diusahakan agar daerah-daerah yang dimaksud di atas dapat dibantu membuka bagian-bagian daerahnya yang masih terisolasi dan menunjang pembukaan daerah yang dilaksanakan melalui program-program lain, seperti perkebunan, transmigrasi dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan di atas, maka dana yang tersedia dari Program Bantuan Penunjangan Jalan dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut :

832

(1) Pembangunan baru dan perbaikan badan jalan serta perkerasan jalan Kabupaten Daerah Tingkat II yang tingkat pela-yanannya sudah berkurang; (2) Perbaikan serta penggantian jembatan dan gorong-gorong yang sudah tua pada jalan kabupaten Daerah Tingkat II; dan (3) Pendidikan dan Latihan tenaga Dines Pekerjaan Umum Daerah Tingkat II dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang teknis pembangunan jalan dan administrasi proyek. Seperti juga halnya dengan proyek-proyek yang dibiayai dengan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, maka proyekproyek yang dibiayai dengan Bantuan Penunjangan Jalan dipilih dan direncanakan oleh Daerah Tingkat II sendiri. Proyek-proyek tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan dan kebijaksanaan tahunan masing-masing Daerah Tingkat II. Dengan demikian maka proyek-proyek tersebut harus diserasikan dengan proyek-proyek lain yang dibiayai dari berbagai sumber pembiayaan dan dengan proyek-proyek daerah-daerah tetangga. Untuk kepentingan ini maka proyek-proyek yang diusulkan itu, perlu terlebih dahulu dikaji dan dinilai tingkat Propinsi Daerah Tingkat I. Besarnya bantuan yang disediakan untuk sesuatu Daerah Tingkat II melalui Bantuan Penunjangan Jalan ditentukan oleh besarnya kebutuhan untuk menunjang berbagai kegiatan produksi, pembukaan daerah baru dan penyelesaian terhadap masalahmasalah tertentu. Di masa mendatang kebutuhan tersebut akan diukur dengan cara dan ukuran yang lebih baik antara lain dengan mempertimbangkan luas areal dan panjang jalan Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Di dalam tahun anggaran 1979/80 yaitu tahun pertama dilaksanakannya program Bantuan Penunjangan Jalan, jumlah bantuan disediakan sebesar Rp. 13 milyar. Jumlah ini ditingkatkan menjadi Rp. 15 milyar pada tahun anggaran 1981/82. Jika pada tahun anggaran 1979/80 jumlah kabupaten yang memperoleh bantuan sebanyak 60, maka pada tahun anggaran 1981/82 meningkat menjadi 231 Kabupaten. Pada tahun anggaran 1981/82 juga disediakan bantuan peralatan berupa peralatan berat sebanyak 766 unit dan kendaraan roda 4 sebanyak 45 buah. Bantuan peralatan ini diberikan sebagai pelaksanaan bantuan yang diterima dari Jepang. Di samping dari Jepang bantuan peralatan dan konstruksi diberikan pula oleh Bank Dunia sejak tahun 1982/83, di sam-

833

ping juga untuk konstruksi. Pada tahun 1982/83 jumlah bantuan yang diterima oleh 235 Daerah Tingkat II melalui Bantuan Penunjangan Jalan meliputi Rp. 80,1 milyar, 20 diantaranya adalah Kotamadya Daerah Tingkat II. Pada tahun terakhir Repelita III, yaitu tahun anggaran 1983/84 jumlah bantuan yang diberikan melalui program Penunjangan Jalan meliputi Rp. 80,1 milyar. Jumlah yang disediakan oleh Bank Dunia adalah Rp. 2,54 milyar. Pada tahun anggaran yang sama, bantuan juga diterima dari Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar Rp. 1,78 milyar. Dengan demikian jumlah seluruhnya menjadi Rp. 84,418 milyar. Di samping itu, khusus kepada 14 kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah, ADB juga telah memberikan bantuan berupa peralatan masing-masing 1 perangkat untuk tiap kabupaten. Selama Repelita III jumlah seluruh Bantuan Penunjangan Jalan adalah sebesar Rp. 261.996,5 juta. Perkembangan alokasi keuangan dan bantuan peralatan melalui Bantuan Penunjangan Jalan dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel XIV - 6a, Tabel XIV - 6b. Adapun bantuan penunjangan yang tersedia melalui program ini dalam tahun anggaran 1983/84 seluruhnya berjumlah Rp. 84,418 milyar, telah disalurkan secara langsung kepada 234 Kabupaten dan 25 Kotamadya sebesar Rp. 82,250 milyar. Sisanya, sejumlah Rp. 1,2 milyar telah digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga teknis Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat II, sejumlah Rp. 0,3 milyar digunakan untuk kegiatan Proyek Sekretariat di tingkat Pusat, dan Rp. 0,7 milyar digunakan untuk pembangunan bengkel kerja di 14 Kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bantuan Penunjangan Jalan yang diterima oleh 259 Daerah Tingkat II tersebut di atas telah dipergunakan untuk 858 buah proyek sebagai berikut : (1) 7,414 km jalan dengan biaya seluruhnya Rp. 61.525,73 juta; (2) 59.658 m gorong-gorong Rp. 4.934,47 juta; dengan biaya seluruhnya sebanyak

(3) 14.023 m pembangunan, 1.341 m penggantian, 841 m peningkatan, 3.113 m penunjangan dan 415 m pemeliharaan jembatan yang seluruhnya menghabiskan biaya sebesar Rp. 15.790,1 juta. Perincian dari hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel XIV 6c.

834

TABEL XIV - 6.a. JUMLAH DAN SUMBER BANTUAN PENUNJANG JALAN KABUPATEN TAHUN 1979/1980 1983/84 (Rp. Juta)
1)

1) Angka APBN 2) Mulai tahun 1979/80

835

TABEL XIV - 6.b. PENGGUNAAN BANTUAN PENUNJANGAN JALAN DAN JEMBATAN KABUPATEN, 1978/79 - 1983/84 (Rp. juta)

836

TABEL XIV - 6.c. PERKEMBANGAN HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK BANTUAN PENUNJANGAN JALAN KABUPATEN, 1978/79 - 1983/84

837

D. PEMBANGUNAN PEDESAAN 1. Umum Program Pembangunan Pedesaan merupakan salah satu usaha Pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan yang dewasa ini meliputi lebih kurang 80% dari penduduk Indonesia. Tujuan pembangunan pedesaan adalah untuk meletakkan landasan yang kokoh kuat bagi masyarakat pedesaan untuk berkembang atas kekuatan dan kemampuan sendiri di dalam melaksanakan pembangunan desanya, sedangkan peranan Pemerintah dalam hal ini hanyalah memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan dan pengendalian yang dapat meningkatkan usaha swadaya gotong-royong masyarakat desa untuk tumbuh dan berkembang dari desa swadaya menjadi desa swakarya dan desa swasembada. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran pembangunan Pedesaan dalam jangka pendek adalah menunjang atau mendukung keberhasilan pembangunan sektor-sektor yang menjadi prioritas desa untuk meningkatkan produksi, perluasan lapangan kerja, pemerataan dan penyebaran penduduk, pengembangan koperasi, keluarga berencana, pendidikan dan kesehatan. Sasaran pembangunan pedesaan dalam jangka panjang adalah untuk meletakkan landasan pembangunan nasional yang sehat dan kuat agar desa-desa mampu melaksanakan pembangunan desanya sendiri secara swadaya dan gotong-royong. Seluruh kegiatan pembangunan itu dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan keserasian antara perkembangan pedesaan dan perkotaan didalam rangka pembangunan regional dan nasional. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dalam Repelita III tersebut, Pemerintah telah mendorong pembangunan pedesaan melalui berbagai kegiatan sebagai berikut :

a.

Memberikan Bantuan Pembangunan Desa, yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan kegiatan pembangunan dan hasilhasilnya ke seluruh wilayah Indonesia dengan mendorong dan menggerakkan potensi swadaya gotong-royong masyarakat desa untuk melaksanakan pembangunan desanya.

b.

Membangun dan membina Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai suatu wadah dan sistem perencanaan dan pelaksana-

838

an pembangunan secara menyeluruh, terkoordinasi dan terpadu yang dimulai dari bawah di wilayah kecamatan.

c. Meningkatkan

prakarsa dan swadaya masyarakat desa untuk melaksanakan pembangunan desa dengan membentuk Kader-kader Pembangunan Desa (KPD) sebagai motor penggerak Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang merupakan wadah peranserta masyarakat dalam pembangunan.

d. Melaksanakan pemukiman kembali penduduk (resettlement) desa dengan tujuan memukimkan kembali kelompok-kelompok penduduk yang hidup terpencil dan terpencar di pedalaman dengan mata pencaharian bercocok tanam secara berpindah-pindah, ke lokasi pemukiman baru yang lebih baik sehingga dapat tinggal menetap dan mengusahakan mata pencaharian-nya secara teratur. e. Mengusahakan pemugaran perumahan dan lingkungan desa, sebagai salah satu usaha Pemerintah untuk membantu masyarakat desa yang miskin dan tidak mampu membangun atau memperbaiki rumahnya sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi tingkat perkembangan desa, sehingga dapat diikuti dan diketahui tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dari desa swadaya menjadi desa swakarya dan swasembada. 2. Bantuan Pembangunan Desa a. Pendahuluan

Bantuan Pembangunan Desa merupakan salah satu kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka melaksanakan pembangunan di desa. Oleh karena itu Bantuan Pembangunan Desa diberikan langsung kepada desa-desa/kelurahan, dengan maksud dapat mendorong peningkatan usaha swadaya gotong-royong masyarakat desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan desanya/kelurahannya. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan desa/kelurahan itu, maka peranan wanita akan lebih ditingkatkan dengan memberikan bantuan khusus yang disisihkan dari Bantuan Pembangunan Desa. Keberhasilan pembangunan desa akan lebih dirasakan apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa/kelurahan yang bersangkutan. Oleh kare-

839

na itu pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa harus direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dipelihara hasilnya oleh masyarakat/kelurahan itu sendiri secara bergotong-royong. Tatacara penyusunan rencana dan pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa dilakukan dengan sistem perencanaan dari bawah. Kepala Desa/Kepala Kelurahan dibantu oleh LKMD membuat suatu daftar kebutuhan masyarakat desa/kelurahan yang sangat mendesak dan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kemudian diadakan penelitian untuk memperoleh data guna penyusunan rencana proyeknya. Rencana proyek tersebut dibahas di dalam musyawarah LKMD dan selanjutnya ditetapkan dalam rapat Lembaga Musyawarah Desa (LMD) untuk desa-desa, dan oleh rapat paripurna LKMD untuk kelurahan. Di dalam musyawarah LKMD tersebut, sekaligus ditentukan pula bentuk, jenis dan besarnya swadaya masyarakat yang diperuntukkan bagi pembangunan desanya/kelurahannya. Hasil keputusan musyawarah LKMD tersebut dituangkan dalam Keputusan Kepala Desa/Kepala Kelurahan. Rencana kegiatan PKK, disusun oleh Ketua Seksi PKK dalam LKMD dibantu oleh pengurus dan anggota PKK. Kemudian rencana tersebut dimusyawarahkan dan ditetapkan dalam rapat PKK, dan hasilnya dituangkan ke dalam berita acara keputusan musyawarah PKK. Berdasarkan keputusan tersebut, Ketua Seksi PKK menyampaikan rencana proyek tersebut kepada Kepala Desa/Kepala Kelurahan. Berdasarkan rencana proyek yang telah disahkan tersebut, Kepala Desa/Kepala Kelurahan dan Ketua Seksi PKK dari suatu wilayah kecamatan, menerima langsung bantuan dari bank yang ditunjuk Pemerintah pada rapat dinas di kantor Camat yang dihadiri oleh pengurus LKMD, Kepala Urusan Pembangunan Desa dan Camat. b. Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa Bantuan Pembangunan Desa diberikan langsung kepada setiap desa di, seluruh Indonesia. Jumlah desa dan bantuan tiap desa, setiap tahun terus meningkat. Oleh karena itu jumlah bantuan setiap tahun terus meningkat pula. Pada tahun 1978/79 yaitu tahun terakhir Repelita II, jumlah desa 60.645 desa dengan bantuan Rp. 350.000,- tiap desa. Kemudian pada tahun 1979/80 (awal Repelita III) jumlah desa telah menjadi 62.875 desa dengan bantuan Rp. 450.000,- tiap

840

desa. Pada tahun 1981/82 jumlah desa menjadi 64.650 desa dengan bantuan Rp. 1.000.000,- tiap desa termasuk bantuan untuk PKK sebesar Rp. 200.000,-, pada tahun 1982/83 jumlah desa bertambah menjadi 65.127 desa dengan bantuan Rp. 1.250.000,tiap desa termasuk bantuan untuk PKK sebesar Rp. 250.000,dan pada akhir Repelita III (tahun 1983/84) jumlah desa telah meningkat lagi menjadi 66.437 desa dengan bantuan tiap desa R p . 1.250.000,- termasuk bantuan untuk PKK Rp. 250.000,-. Bertambahnya jumlah desa setiap tahun tersebut, disebabkan adanya penyerahan desa-desa transmigrasi/resettlement yang terjadi diluar Jawa, sedang pemekaran desa terutama terjadi di pulau Jawa. Di samping bantuan yang diberikan langsung kepada desa/ kelurahan tersebut, diberikan pula bantuan lainnya yang berupa bantuan keserasian, bantuan khusus untuk hadiah bagi pemenang perlombaan desa juara kesatu, kedua dan ketiga pada tingkat Kabupaten/Kotamadya Daerah tingkat II dan tingkat Propinsi Daerah Tingkat I, dan bantuan untuk pembinaan pada tingkat kecamatan. Dengan berbagai jenis bantuan tersebut, maka jumlah Bantuan Pembangunan Desa untuk setiap tahunnya selama Repelita cukup besar seperti terlihat pada Tabel XIV - 7. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah bantuan selama Repelita III telah mencapai sebesar Rp. 332.255 juta. I Jumlah Bantuan Pembangunan Desa pada tahun 1983/84 adalah sebesar Rp. 91.611 juta, telah disalurkan kepada desa-desa/ kelurahan di seluruh Indonesia melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI), kecuali untuk Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya melalui Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII), dan untuk Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur melalui Bank Dagang Negara (BUN). Untuk pembiayaan pembangunan pedesaan, di samping menggunakan bantuan yang diperoleh dari Pemerintah, juga diperoleh dari Pemerintah Daerah sebesar Rp. 250 juta dan dari hasil swadaya gotong-royong masyarakat bernilai sebesar kurang lebih Rp. 29.753 juta. Dengan demikian jumlah investasi untuk pembangunan proyek-proyek desa tersebut mencapai jumlah Rp. 78.417 juta, sedang jumlah proyek yang telah dibangun adalah 102.739 buah proyek yang terdiri dari proyek prasarana produksi 30.113 buah (29,3%), proyek prasarana perhubungan 17.512 buah proyek (17,0%), proyek prasarana pemasaran 3.241

841

TABEL XIV - 7 PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1978/79 - 1983/84

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Bantuan Pemerintah Pusat dalam angka APBN Belum termasuk jumlah desa di Propinsi Timor Timur Termasuk bantuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebesar Rp. 100.000,- per desa Termasuk bantuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebesar Rp. 200.000,- per desa Termasuk bantuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebesar Rp. 250.000,- per desa Digunakan untuk provisi Bank

842

buah proyek ( 3 , 2 % ) dan proyek prasarana sosial sebanyak 5 1 . 8 7 3 buah proyek ( 5 0 , 5 % ) . Sekalipun Bantuan Pembangunan Desa ini untuk setiap desanya masih relatif kecil, namun hasil yang dicapai telah cukup meningkat baik dalam bentuk fisik seperti prasarana desa maupun dalam bentuk non fisik seperti semakin berfungsinya kelembagaan yang ada di desa seperti LKMD, LMD dan PKK serta terpeliharanya sifat kegotong-royongan masyarakat desa secara lestari. Peranserta masyarakat dalam pembangunan desa selama Repelita III yang diperlihatkan dalam bentuk swadaya gotongroyong adalah cukup besar, yaitu bernilai sekitar Rp. 166,466 milyar atau 5 0 , 0 % dari jumlah bantuan Pemerintah. Besarnya swadaya gotong-royong masyarakat setiap tahun terlihat pada T a b e l XIV-8. 3. Pembangunan dan ngunan (UDKP) Pembinaan Unit Daerah Kerja Pemba-

Dalam Repelita III pembangunan desa diarahkan kepada pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh penjuru tanah air dengan tata cara yang semakin baik, yaitu melalui UDKP. UDKP adalah suatu wadah dan sistem perencanaan dan pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan yang terkoordinasikan dan terpadu di suatu wilayah kecamatan. Penerapan sistem UDKP dimaksudkan untuk melaksanakan sistem penyusunan rencana dari bawah yang didasarkan atas kebutuhan dasar masyarakat desa di wilayah kecamatan. Dengan adanya keterpaduan pembangunan yang dibiayai dari berbagai sumber dana dan dengan rencana yang terkoordinasi pada wilayah kecamatan tersebut, diharapkan dapat memberikan hasil pembangunan yang nyata bagi wilayah atasannya secara keseluruhan sampai pada tingkat Propinsi Daerah Tingkat I. Pelaksanaan pembangunan dengan sistem UDKP ini, diutamakan pada wilayah-wilayah kecamatan yang tergolong miskin/minus, rawan, terbelakang, daerah perbatasan atau kepulauan dan daerah padat penduduk, sedang rata-rata pendapatan penduduknya sangat rendah. Dengan demikian diharapkan agar kecamatan-kecamatan tersebut dapat berkembang lebih pesat dan serasi dengan tingkat perkembangan kecamatan-kecamatan lainnya.

843

TABEL XIV - 8 PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMERINTAH PUSAT, BANTUAN PEMERINTAH DAERAH DAN SWADAYA MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1978/79 - 1983/84 (ribu rupiah)

*) Angka sementara

844

Sampai dengan tahun 1983/84; jumlah kecamatan diseluruh Indonesia adalah 3.427 kecamatan, sedang yang telah melaksanakan sistem UDKP adalah 2.045 kecamatan (60,0%). Untuk mengisi wilayah kecamatan UDKP tersebut dengan program pembangunan, telah dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain penataran para Camat UDKP.. Pada tahun 1983/84 telah ditatar 290 orang Camat, dan penempatan 520 orang TKS BUTSI. Dalam Repelita III telah diadakan penataran camat sebanyak 1093 orang, penempatan TKS-BUTSI sebanyak 1.183 orang, kursus para Kepala Urusan Pembangunan Desa tingkat kecamatan sebanyak 3.429 orang, kegiatan musyawarah LKMD, diskusi UDKP/ Temu Karya LKMD di kecamatan dan rapat-rapat koordinasi di tingkat Propinsi. Dengan pengisian kegiatan-kegiatan tersebut, maka laju pertumbuhan desa swasembada di wilayah kecamatan UDKP ratarata mencapai 6,7% setiap tahun, sedangkan laju pertumbuhan desa swasembada di wilayah kecamatan non-UDKP rata-rata hanya mencapai sekitar 3,2% setiap tahun. Rata-rata kegiatan pembangunan yang berasal dari berbagai sumber dana yang mengisi wilayah kecamatan UDKP baru 25 proyek setiap tahun. 4. Peningkatan Prakarsa dan Swadaya Masyarakat Desa adalah landasan bagi ketahanan nasional. Agar desa tersebut menjadi kuat, maka setiap desa harus memiliki lembaga yang mampu menggerakkan dan mengembangkan prakarsa dan swadaya masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara bergotong-royong. Dengan adanya lembaga di desa seperti LKMD, dapat ditumbuhkan dan dikembangkan peran aktif swadaya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui pembangunan. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk mendorong pengembangan, peningkatan dan pembinaan LKMD. Dalam tahun 1983/84 telah terbentuk sebanyak 1.428 buah LKMD, sedang selama Repelita III telah terbentuk sebanyak 63.698 LKMD atau 96.0 % dari seluruh jumlah desa. Pembentukan LKMD di desa-desa lainnya akan terus dilaksanakan setelah berbagai hambatan diatasi dan syarat-syarat terpenuhi, seperti adanya prasarana perhubungan yang baik, aparatur desa yang memadai, dan sebagainya. Dilihat dari tingkat perkembangannya, dari 63.698 LKMD itu dapat dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu katagori pasif sebanyak 10.207 LKMD (16.0%), katagori berkembang 25.297 LKMD (39,7%) dan katagori aktif 28.194 LKMD (44,3%).

845

Untuk mempercepat terwujudnya LKMD yang benar-benar aktif berfungsi, selama Repelita III telah dilaksanakan berbagai kegiatan yaitu dengan mengembangkan LKMD percontohan sebanyak 4.755 LKMD yang diharapkan nantinya akan menjadi LKMD teladan, meningkatkan bimbingan dan pengembangan/pembinaan oleh Team Pembina LKMD dan Team Penggerak PKK untuk semua tingkat pemerintahan, menyelenggarakan latihan/kursus untuk para Pelatih Kader Pembangunan Desa. (KPD). Dalam usaha meningkatkan fungsi LKMD telah diselenggarakan latihan pelatih tingkat propinsi sebanyak 526 orang, latihan untuk pelatih/instruktur PL-LKMD sebanyak 6.488 orang, Kader LKMD/KPD sebanyak 34.167 orang, latihan orientasi Kepala Instansi Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II dan Camat sebanyak 1.475 orang, latihan pembina teknis LKMD/KPD tingkat Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II sebanyak 1 . 2 9 8 orang dan petugas lapangan serta Kepala Desa/Kelurahan sebanyak 337 orang. Dalam rangka usaha tersedianya tenaga terlatih dan terampil dalam pembangunan pedesaan, telah dilaksanakan latihan/ kursus di bidang perekonomian desa, teknologi desa, tata desa dan prasarana desa. Selama Repelita III, kursus ini telah diikuti oleh 734 orang. Latihan untuk pengurus LKMD, pemuka/tokoh dan anggota masyarakat telah diikuti oleh sebanyak 2 3 . 7 4 8 orang. Latihan teknologi desa untuk masyarakat, latihan keterampilan dalam pembangunan/pemugaran perumahan desa, latihan keterampilan dalam pelaksanaan pemukiman kembali penduduk dan ketrampilan dalam rangka penciptaan lapangan kerja telah diikuti oleh sebanyak 4 2 . 3 1 5 orang. Di samping kegiatan-kegiatan tersebut, telah pula dilaksanakan penyuluhan dan peningkatan motivasi terutama untuk desa-desa yang relatif terbelakang. Latihan sosiodrama diikuti oleh 9.575 peserta dari kelompok kesenian rakyat. Pementasan kegiatan LKMD melalui TVRI, siaran pedesaan melalui RRI diikuti oleh sebanyak 39.200 kelompok pendengar. Kecuali itu telah diterbitkan dan disebarkan berbagai folder/poster serta brosur-brosur penyuluhan. Berkaitan dengan pembinaan LKMD, telah dilaksanakan berbagai usaha untuk meningkatkan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), melalui kursus-kursus guna membentuk kader-kader PKK. Jumlah peserta yang telah mengikuti berbagai kursus tersebut sampai akhir Repelita III adalah 256.608 orang, sedang yang mengikuti kursus PKK tahun 1 9 8 3 / 8 4 adalah 3 3 . 9 9 0 orang. Dalam tahun 1 9 8 3 / 8 4 telah pula dilaksanakan pembinaan kepada Team-team Penggerak PKK di daerah oleh Team Pusat.

846

5. Pemukiman Kembali Penduduk (Resettlement) Desa Program Pemukiman Kembali Penduduk Desa dilaksanakan dal a m usaha untuk meningkatkan taraf hidup kelompok-kelompok penduduk yang hidupnya masih terpencil dan terisolasi, mempunyai mata pencaharian bercocok tanam secara berpindah-pindah. Cara tinggal dan bercocok tanam yang demikian itu, dapat m erusak dan mengganggu keutuhan atau kelestarian hutan serta merusak lingkungan hidup. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang demikian itu, maka kelompok-kelompok penduduk tersebut perlu dimukimkan kembali pada lokasi-lokasi pemukiman baru yang lebih baik dengan menyediakan rumah, tempat ibadah, sekolah, balai kesehatan, lahan pertanian, sarana air minum, MCK, prasarana jalan dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan mereka akan dapat bertempat tinggal dan mengusahakan mata Pencahariannya secara menetap, sehingga taraf hidup dan kesejahteraannya dapat meningkat. Pada tahun 1983/84 kelompok penduduk yang telah dimukimkan sebanyak 5.007 KK. Dalam Repelita III kelompok penduduk yang telah dimukimkan sebanyak 15.258 KK pada 115 lokasi yang tersebar di 21 propinsi, sedang mereka yang dibina berjumlah 20.713 KK. 6. Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka usaha mengembangkan pembangunan dan perbaikan rumah-rumah penduduk desa yang tergolong miskin, sehingga mereka mampu membangun atau memperbaiki rumah dan lingkungannya dengan baik sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. Melalui program ini, Pemerintah mendorong masyarakat untuk melaksanakan sendiri pemugaran atau perbaikan rumah dan lingkungannya secara swadaya gotong-royong. Bantuan Pemerintah yang diberikan berbentuk peralatan pertukangan, bahan bangunan non lokal, penyuluhan, latihan dan bimbingan. Pada tahun 1983/84 telah dipugar sebanyak 8.000 rumah pedesaan di 23 propinsi. Dalam Repelita III jumlah rumah yang telah dipugar mencap a i 26.880 buah, tersebar di 672 desa pada 23 propinsi. 7. Perlombaan Desa dan Evaluasi Tingkat Perkembangan Desa Perlombaan desa diadakan dengan tujuan untuk mendorong

847

dan menggairahkan desa-desa agar lebih giat melaksanakan pembangunan desanya, sehingga menjadi desa yang maju baik di bidang administrasi pemerintahan maupun di bidang ekonomi, sosial budaya dan ketahanan wilayahnya. Perlombaan desa diadakan setiap tahun. Desa-desa yang dipilih sebagai pemenang perlombaan desa juara kesatu, kedua dan ketiga pada tingkat Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II atau tingkat Propinsi Daerah Tingkat I, adalah desa-desa yang telah menunjukkan prestasi tinggi dalam melaksanakan pembangunan desanya pada tahun yang bersangkutan. Kepada Desa-desa juara tersebut diberikan penghargaan dan hadiah oleh Pemerintah, dalam bentuk proyek yang dapat bermanfaat bagi kepentingan pembangunan desa yang bersangkutan. Dengan demikian diharapkan akan dapat menggugah desa-desa lainnya untuk meningkatkan pembangunan desanya masing-masing. Hasil penilaian terhadap 2 7 propinsi menunjukkan bahwa desa-desa yang menjadi juara perlombaan desa, telah dapat mengembangkan desanya lebih cepat dan berhasil baik. Sampai akhir Repelita III jumlah desa yang telah menjadi juara perlombaan desa dari semua kejuaraan tingkat Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II dan Propinsi Daerah Tingkat I adalah sebanyak 4.791 desa. Dengan dilaksanakannya perlombaan desa ini, akan mempercepat pertumbuhan desa dari desa swadaya menjadi desa swakarya dan desa swasembada. Sampai akhir Repelita III, dari 65 . 1 2 7 desa termasuk 1..717 desa. di Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur, tercatat 13.281 desa swadaya (20,4%), 35.461 desa swakarya ( 5 4 , 4 % ) dan 16.385 desa swasembada (25,2%). 8. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan Di samping pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan seperti tersebut di atas, dilaksanakan pula pembangunan dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa pemerintahan kepada masyarakat di daerah sampai pada tingkat desa/kelurahan. Untuk meningkatkan effektivitas kerja dalam pelayanan kepada masyarakat yang sebaik-baiknya, diperlukan penyempurnaan prasarana fisik. Oleh karena itu maka kegiatan pembangunan prasarana fisik perkantoran dan penyediaan fasilitas serta mobilitas perlu dilakukan. Selama Repelita III telah dilaksanakan pembangunan, gedung baru untuk kantor Direktorat Jenderal

848

Pembangunan Jawa Barat. Pusat-pusat fasilitas E.

Desa di Pusat dan di Propinsi Daerah Tingkat I Kecuali itu telah dilaksanakan pula rehabilitasi Pendidikan di Malang dan Medan, serta penyediaan perkantoran dan mobilitas untuk pusat dan daerah.

PEMBINAAN TATA RUANG 1. Pendahuluan

Dengan semakin meningkatnya usaha-usaha pembangunan yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, maka pembinaan tata ruang semakin dirasakan pentingnya. Pembinaan tata ruang sebagai salah satu usaha untuk menciptakan keserasian antara berbagai sektor pembangunan dalam satu wilayah, merupakan hal yang semakin meminta perhatian dan penanganan yang sungguhsungguh. Oleh karenanya kegiatan pembinaan tata ruang yang telah dilaksanakan selama Repelita III, merupakan kelanjutan dari kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Repelita-Repelita sebelumnya. Pembinaan tata ruang yang telah dilaksanakan, telah berhasil mengurangi akibat sampingan yang negatif dari pengaruh-pengaruh pembangunan yang merusak lingkungan hidup dan kese-rasian tata ruang. Dalam pada itu melalui pembinaan tata ru-ang diharapkan penguasaan dan penggunaan tanah akan lebih se-rasi dan bermanfaat optimal sesuai dengan kemampuan lahan dan peruntukannya, sehingga dengan demikian akan lebih mendorong lagi usaha-usaha pembangunan, baik di daerah pedesaan maupun d i daerah perkotaan. Kegiatan pembinaan tata ruang yang telah dilaksanakan da-lam Repelita III meliputi pengembangan tataguna tanah, tata kota dan tata daerah serta tata agraria. 2. Pelaksanaan Program. Pengembangan Tata Guna Tanah 1979/80 - 1983/84

Pelaksanaan pembangunan keagrariaan dilaksanakan dalam dua program, yaitu program pengembangan tata guna tanah dan program tata agraria. Selain itu dilaksanakan pula kegiatankegiatan keagrariaan guna menunjang program pembangunan sektor lain, seperti transmigrasi, perkebunan, pertanian tanaman pangan dan sebagainya. Dalam rangka program pengembangan tata guna tanah, selama Repelita III penyusunan rencana tata penggunaan tanah di-

849

teruskan dan ditingkatkan bagi masing-masing daerah, untuk menetapkan daerah-daerah yang direncanakan bagi berbagai kepentingan pembangunan yang erat hubungannya dengan penggunaan tanah seperti daerah pertanian, kehutanan,, transmigrasi, industri, pemukiman dan lain sebagainya. Penataan penggunaan tanah yang telah dilaksanakan juga ditujukan untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup, agar sumber daya alam tanah dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan-kegiatan pemetaan. penggunaan tanah pedusunan dan perkotaan, pemetaan kemampuan tanah, pemetaan penggunaan tanah detail dan revisi pemetaan penggunaan tanah, merupakan rangkaian kegiatan di bidang pengembangan tata guna tanah. Dalam kegiatan program ini dilaksanakan pula penyusunan rencana tata guna tanah kabupaten, perhitungan produktifitas tanah, monitoring lokasi daerah kritis, serta monitoring daerah penghijauan. Dalam Repelita III telah dapat diselesaikan pemetaan penggunaan tanah seluas 605.638 km2 yang tersebar di seluruh propinsi (Tabel XIV - 9) sedang dalam tahun 1983/84 telah dapat dilaksanakan pemetaan penggunaan tanah seluas 85.872 km2. Di samping itu dalam Repelita III telah dapat diselesaikan pemetaan penggunaan tanah kota di 110 kota kabupaten/kotamadya, sedang dalam tahun 1983/84 diselesaikan 13 kota. Selama Repelita III pemetaan penggunaan tanah kota kecamatan diselesaikan sebanyak 565 kota kecamatan, sedang dalam tahun 1983/84 diselesaikan untuk 84 kota; perencanaan tataguna tanah kabupaten sebanyak 150 kabupaten yang dalam tahun 1983/84 selesai 12 kabupaten. Selama Repelita III diselesaikan perhitungan produktifitas tanah untuk 174 kabupaten, sedang dalam tahun 1983/84 diselesaikan untuk 25 Kabupaten serta monitoring penghijauan dan reboisasi untuk daerah seluas 1.132.606 ha. Kegiatan lainnya adalah meliputi pengukuran dan pemetaan skala besar terdiri dari pemetaan topografi, penggunaan tanah, kemampuan tanah, gambaran umum status tanah, kerapatan pohon, analisa tata guna tanah, yang kesemuanya dilaksanakan dalam rangka menunjang program transmigrasi. Selama Repelita III telah dapat diselesaikan pengukuran dan pemetaan tata guna tanah daerah transmigrasi seluas kurang lebih 1.801.130 ha yang tersebar di 18 propinsi. Sedang dalam tahun 1983/84 pengukuran dan pemetaan tata guna tanah daerah transmigrasi yang dapat diselesaikan ialah seluas 91.780 ha. Selain daripada itu, untuk menunjang kegiatan sektor-sektor pembangunan

850

TABEL XIV - 9 PERKEMBANGAN HASIL PELAKSANAAN PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH MENURUT DAN TINGKAT I, 1978/79 - 1983/84 (dalam km2)

1)

Angka sementara

851

lainnya, telah dilaksanakan perencanaan tata guna tanah bagi kepentingan pengembangan perkebunan seperti NES/PIR, PRPTE, perkembangan pertanian tanaman pangan seperti pencetakan sawah baru, dan lain sebagainya. 3. Pelaksanaan Program 1979/80-1983/84 Tata Kota dan Tata Daerah

Dalam GBHN, disebutkan bahwa pembangunan dan pengembangan kota akan lebih memperhatikan keserasian hubungan antara kota dengan lingkungannya dan antara kota dengan daerah pedesaan sekitarnya. Dalam hubungan ini maka dalam Repelita III, pelaksanaan program tata kota dan tata daerah semakin ditingkatkan, baik mengenai jumlahnya maupun mengenai mutu rencananya. Pada hakekatnya kegiatan program tata kota dan daerah adalah penyusunan rencana tata ruang dalam berbagai ruang lingkup, antara lain wilayah, daerah, kota dan kawasan-kawasan. Rencana tata ruang ini dimaksudkan akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan pembangunan nasional baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh masyarakat, dalam rangka pemanfaatan ruang secara optimal. Di samping itu juga sebagai alat untuk mengkoordinasikan dan menyerasikan perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan di daerah. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan akan tetap terarah kepada terselenggaranya lingkungan hidup manusia yang lebih baik dan terpeliharanya keserasian hubungan antara kota dan desa sekitarnya. Dalam Repelita II, kegiatan program ini diarahkan kepada perencanaan wilayah, daerah, kota dan kawasan beserta kegiatan penunjangan berupa pelaksanaan studi potensi wilayah/kota, penyusunan masukan pengaturan serta pembinaan institusi perencanaan di pusat dan daerah. Pelaksanaan diprioritaskan antara lain untuk pengaturan tata ruang kota/daerah yang berkembang dengan laju yang cepat, menunjang pelaksanaan program transmigrasi, peningkatan produksi pangan, perkembangan industri dan pelestarian sumber daya alam. Dalam rangka menunjang program transmigrasi, dalam tahun 1 9 8 3 / 1 9 8 4 telah disusun Rencana Tehnis Satuan Pemukiman di 111 Satuan Kawasan Pemukiman tersebar di 10 Propinsi. Dalam Repelita III telah diselesaikan penyusunan Rencana Tehnis bagi 436 Satuan Pemukiman di 1 8 propinsi. Studi potensi wilayah meliputi pendataan potensi serta

852

analisa tingkat perkembangan wilayah berdasarkan potensi daerah yang bersangkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang, baik bagi perencanaan wilayah, daerah, maupun kawasan daerah. Pengumpulan data potensi wilayah dilakukan antara lain melalui berbagai studi regional. Dalam tahun 1983/84 studi regional yang dilakukan dalam tahun-tahun sebelumnya dilanjutkan dengan analisa potensi wilayah di 8 propinsi sehingga selama Repelita III telah dilakukan analisa potensi di l2 propinsi. Di samping itu telah dilakukan Pula inventarisasi sarana dan prasarana dalam rangka menunjang program peningkatan produksi pangan di 18 propinsi. Kegiatan Perencanaan Tata Kota ditujukan kearah penyusunan Kerangka Umum Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota. Kegiatan perencanaan tata kota dalam tahun 1983/ 84 merupakan bagian dari kegiatan pencapaian target Repelita III bagi penunjangan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman untuk 200 kota besar, sedang dan kecil dengan menyelesaikan Rencana Kerangka Umum 13 kota (Palembang, Tanjung Karang, Teluk Betung, Banjarmasin, Bengkulu, Mojokerto, Denpasar, Kupang, Cimahi, Ungaran, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Celukan Bawang dan Banjarbaru), Rencana Umum Tata Ruang 8 kota industri (Lhok Nga, Cibinong, Cilacap, Asahan, Gerbangkertosusila, Jabotabek, Bandung Raya dan Medan. Raya), dan Rencana Detail Tata Ruang 2 kawasan kota (Malioboro Yogyakarta dan Kawasan 16 Ilir Palembang). Dengan demikian selama Repelita III telah diselesaikan Rencana Kerangka Umum 178 kota, termasuk 8 Rencana Kerangka Umum Tata Ruang Kota Industri dan 4 Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota. Kegiatan tata perencanaan diikuti dengan kegiatan pelaksanaan yaitu penyusunan indikasi program/proyek sektoral 5 tahunan baik untuk kota maupun untuk daerah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Daerah menyusun rencana pembangunan secara terpadu, baik yang akan dilakukan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, maupun yang akan dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan tahun 1983/84 diarahkan pada penyusunan indikasi program/proyek pembangunan kota Banyuwangi, Ponorogo, Purbolinggo dan Tanggerang, sehingga dalam Repelita III penyusunan indikasi program/proyek pembangunan ini meliputi 4 5 kota. Sedangkan dalam tahun 1983/1984 meliputi NTB, NTT, Sulawesi, Maluku dan Nias, sehingga dalam Repelita III mencakup 13 propinsi Kegiatan di bidang sarana penunjang, dalam tahun 1983/ 1984 dilaksanakan dalam rangka membantu kegiatan-kegiatan dibidang perencanaan tata kota dan tata daerah, baik untuk pe-

853

rencanaan tingkat pusat dalam kegiatan penyiapan data dan informasi, maupun untuk kegiatan tingkat daerah dalam membantu Pemerintah Daerah menyusun Rencana Umum Kota dan Daerah serta menyusun program 5 tahun. Usaha yang dilakukan adalah membina dan meningkatkan kemampuan instansi dan tenaga-tenaga di seluruh ibukota propinsi, agar mampu melaksanakan tugas-tugas tersebut. Selama Repelita III telah dilaksanakan peningkatan dan pembinaan Unit Perencanaan di 26 Propinsi, 4 Unit Pusat Informasi dan Dokumentasi (Pusido) Perencanaan Kota/Daerah/ Wilayah di Jakarta, Bukittinggi, Denpasar dan Ujung Pandang, pembinaan 2 Unit Pusat Training di Denpasar dan Bukittinggi. Di kedua pusat training ini dilatih tenaga-tenaga perencanaan kota/daerah dari berbagai propinsi, termasuk dari lingkungan transmigrasi. Dibidang pres tentang Undang-undang tang Penataan pembinaan masukan pengaturan telah disahkan KepPenataan Ruang Kawasan Puncak, disusun Rancangan Tata Ruang Kota, serta rancangan Keppres tenRuang Wilayah Jabotabek.

Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan kota, dalam Repelita III juga diusahakan peningkatan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan kota. Usaha ini meliputi studi Peningkatan Status Pemerintahan Kota, yaitu peningkatan status kota ,kecamatan menjadi kota administratif, Studi Perluasan Wilayah Administrasi Kotamadya, dan Studi Pemindahan Ibukota Kabupaten yang masih berlokasi di wilayah Kotamadya atau wilayah Kota Administratif. Studi-studi yang sudah selesai, kemudian diproses melalui Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menjadi Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Kota Administratif (Kotif), Perluasan Wilayah Administrasi Kotamadya atau Pemerintahan Ibukota Kabupaten. Pelaksanaan disesuaikan dengan tingkat permasalahan dan urgensinya dilihat dari sudut peningkatan pelaksanaan pembangunan. Selama Repelita III, telah dapat diselesaikan Peraturan Pemerintah tentang peningkatan status Kota Kecamatan menjadi Kota Administratif sebanyak 18 buah, yaitu : Jayapura, Dumai, Lubuk Linggau, Bau-Bau, Dilli, Depok, Ternate, Bekasi, Tarakan, Singkawang, Tanggerang, Kisaran, Prabumulih, Baturaja, Padang Sidempuan, Cilacap, Purwokerto. dan Tanjung Pinang. Di samping itu telah diselesaikan Peraturan Pemerintah tentang perluasan betas administrasi kotamadya sebanyak 10 buah yaitu: Madiun, Blitar, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Banda Aceh, Tanjung Karang, Padang, Ambon dan Pangkal Pinang. Juga telah dilaksanakan Peraturan Pemerintah tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten sebanyak 10 buah, yaitu: Kendari, Cirebon,

854

Magelang, Aceh Besar, Asahan, Serdang dan Lampung Selatan.

Tegal,

Langkat,

Bogor,

Deli

Dalam pada itu pembinaan kota-kota menengah dan kecil di sekitar wilayah Metropolitan Jakarta (Jabotabek), wilayah Metropolitan Surabaya (Gerbangkertosusila) dan wilayah Bandung Raya telah ditingkatkan secara lebih berencana dan mantap. 4. Pelaksanaan Program Tata Agraria, 1979/80 1983/84 Program Tata Agraria bertujuan antara lain agar terwujud tertib penguasaan dan pemilikan atas tanah, serta tercapainya kepastian hukum mengenai berbagai hak atas tanah sesuai den g a n peraturan perundangan yang berlaku. Dengan terwujudnya tertib penguasaan, pemilikan dan kepastian hak, maka diharapkan agar tanah dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat serta meningkatkan keadilan s o s i a l . Oleh karenanya, untuk mewujudk a n h a l tersebut, selama Repelita I I I program tata agraria terus dilanjutkan dan ditingkatkan kegiatannya. Kegiatan tata agraria yang telah dilaksanakan selama Repelita I I I meliputi pengukuran dan pemetaan situasi tanah, pembukuan hak atas tanah, penertiban dan pemberian hak atas tanah (hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan hak pengelolaan), serta penerbitan sertifikat tanah. peta-peta pendaftaran tanah yang telah dibuat dan yang menggambarkan keadaan nyata pemilikan atas tanah, akan memudahkan pelaksanaan pembukuan hak dan penerbitan s e r t i f i k a t . Selama Repelita I I I , telah dapat diselesaikan kegiatan pengukuran dan pemetaan situasi tanah di seluruh Indonesia seluas 975.218 ha, kegiatan pengukuran dan pemetaan dilakukan baik secara fotogrametris maupun secara teristris. Sedang dalam tahun 1983/84 pengukuran dan pemetaan situasi tanah yang dapat dilaksanakan adalah seluas 110.622 ha. Demikian pula telah dilaksanakan penyelidikan riwayat tanah sebanyak 317.793 p e r s i l , selama Repelita I I I . Dalam pada itu selama Repelita III dalam rangka penertiban dan peningkatan pengurusan hak-hak atas tanah, telah diterbitkan Surat Keputusan mengenai berbagai hak atas tanah antara lain hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pengelolaan dan hak milik seluruhnya berjumlah 167.103 buah surat keputusan. Dalam tahun 1983/84 jumlah surat keputusan mengenai berbagai hak atas tanah dapat diselesaikan sebanyak 21.490 buah S.K. Dengan terbitnya Surat Keputusan mengenai

855

berbagai hak atas tanah, maka terlaksanalah usaha tertib hukum pertanahan yang merupakan salah satu dari "Catur tertib" pertanahan. Tertib hukum pertanahan akan menimbulkan kepastian hukum pertanahan sebagai pengayoman hak atas tanah dan penggunaannya, dan pada gilirannya akan menciptakan suasana ketentraman. dalam masyarakat sehingga mendorong gairah pembangunan. Dalam rangka pelaksanaan landreform, telah diusahakan terus terlaksananya ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam peraturan perundangan yang. berlaku. Sementara itu kemajuan-kemajuan telah dicapai baik yang menyangkut penertiban administrasi pelaksanaan landreform, inventarisasi tanah obyek landreform, maupun redistribusi tanah dan penyelesaian ganti rugi. Selama Repelita III kegiatan bidang agraria telah membantu menyelesaikan berbagai kegiatan sektor pembangunan lainnya, antara lain transmigrasi. Selama Repelita III, telah dilakukan berbagai kegiatan diantaranya yang menyangkut pengukuran keliling batas daerah transmigrasi seluas 1.835.932 ha, pengkaplingan lahan pekarangan, lahan usaha I dan lahan usaha II seluas 575.309 ha, pengukuran dan pengkaplingan sarana umum seluas 75.349 ha, penyelesaian dan pemberian hak pengelolaan seluas 2.169.969 ha dan penyelesaian dan pemberian sertifikat sebanyak 248.952 buah. Usaha lainnya yang telah ditempuh selama Repelita. III ialah penerbitan sertifikat tanah milik rakyat secara mudah dan murah melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (Prona), terutama ditujukan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah. Dari tahun 1981/82 sampai dengan tahun 1983/84, telah dapat diselesaikan sertifikat tanah sebanyak 1.111.759 buah. Sedang dalam tahun 1983/84 telah diselesaikan penerbitan sertifikat sebanyak 542.862 buah. Dengan terbitnya sertifikat tanah, maka terciptalah adanya kepastian hukum hak atas tanah, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan sertifikat tersebut untuk memperoleh kredit bagi berbagai kepentingan, misalnya pencetakan sawah dan atau usaha lainnya.

F. PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH Selama Repelita III telah dilaksanakan berbagai usaha dan kegiatan dalam rangka pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur pemerintah, baik ditingkat Pusat maupun ditingkat

856

Daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara dan milik daerah sebagai aparatur perekonomian negara. Berbagai usaha dan kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan nasional dan dalam rangka itu telah diusahakan adanya keserasian antara Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah. Hubungan yang serasi terlihat dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab bersama-sama dengan dekonsentrasi yang mendorong pembangunan daerah dan dilaksanakan secara sektoral dan regional. Keserasian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, baik sektoral maupun daerah, tercermin pada hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh pelbagai program. Dalam berbagai hal telah ditunjukkan bahwa Pembangunan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pembangunan Nasional. Selanjutnya keserasian pertumbuhan dan perkembangan antar daerah merupakan hasil usaha penyebaran pembangunan yang merata ke seluruh pelosok tanah air berdasarkan Trilogi Pembangunan. Dalam menghadapi kegiatan pembangunan yang makin meningkat dan untuk lebih menyerasikan dan memadukan perencanaan pembangunan di Daerah, telah ditingkatkan pembinaan dan pengembangan Bappeda Tingkat I serta pembentukan dan pembinaan Bappeda Tingkat II, sebagai perangkat perencanaan pembangunan di daerah. Melalui sistem kerja sama antar daerah telah dapat ditingkatkan keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai program dan proyek yang penting, untuk mendorong laju pertumbuhan daerah-daerah yang lebih pesat. Sehubungan dengan ini telah dilaksanakan pelbagai bentuk konsultasi perencanaan pembangunan, baik yang bersifat antar daerah maupun antara Pusat dan Daerah. Sementara itu untuk lebih memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan dilaksanakan pendidikan dan latihan pegawai sebagai salah satu usaha dalam rangka pembinaan aparatur pemerintah. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan gairah kerja aparatur pemerintah di daerah telah dilaksanakan berbagai usaha penyempurnaan prasarana fisik seperti perkantoran, rumah jabatan, peralatan dan sebagainya.

857

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dengan makin meningkatnya kegiatan pembangunan disemua sektor dan tingkat pemerintahan dari desa, kecamatan, kabupaten, sampai ke propinsi, maka peranan Bappeda sebagai unit perencanaan pembangunan di daerah makin meningkat pula. Sejalan dengan itu telah dikeluarkan Keppres No. 27 tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang merupakan penyempurnaan dari Keppres No. 15 tahun 1974. Dengan dikeluarkannya Keppres No. 27 tahun 1980 maka dibentuklah Bappeda di seluruh Daerah Tingkat II dengan tingkat kemampuan, tipe organisasi dan personalia yang berbeda-beda. Dewasa ini masih terdapat formasi jabatan pada Bappeda Tingkat I yang dirangkap dan atau lowongan yang belum terisi. Hal yang demikian lebih banyak lagi terdapat pada Bappeda Tingkat II. Kesulitan yang dihadapi dalam rangka pengisian formasi Bappeda tersebut, di samping masih terdapat banyaknya jabatan-jabatan rangkap, diusahakan mengatasinya dengan meningkatkan kemampuan staf Bappeda melalui kegiatan pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi staf Bappeda. Selama Repelita III Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri telah melaksanakan berbagai kursus dan latihan untuk Bappeda Tingkat I antara lain meliputi: latihan singkat perencanaan pembangunan daerah, latihan tata guna tanah, latihan data dan latihan umum perencanaan pembangunan daerah. Di samping itu untuk staf Bappeda Tingkat II telah dilaksanakan latihan singkat perencanaan pembangunan daerah yang diadakan di tingkat propinsi. Selain, itu selama ini telah pula diusahakan mengikut sertakan staf Bappeda pada kursus-kursus perencanaan ditingkat Nasional seperti Program Perencanaan Nasional, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (PPN - FEUI), Kursus Perencanaan Sosial di Bali yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum bekerja sama dengan UNICEF dan kursus-kursus perencanaan lainnya yang diselenggarakan oleh beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Sejalan dengan itu selama Repelita III telah pula dikirimkan stafstaf Bappeda dari berbagai Daerah untuk mengikuti seminar, pertemuan-pertemuan dan studi perbandingan kebeberapa negara berkembang dan negara maju. Usaha untuk mengikut sertakan staf Bappeda pada kursus-kursus dan latihan baik di tingkat Nasional maupun Internasional ini diharapkan akan lebih ditingkatkan selama Repelita IV.

858

Khusus mengenai pembinaan aparatur Bappeda Tingkat II dengan bantuan dari Amerika Serikat dalam rangka program LGT-II (Local Government Training - II) telah direncanakan dan sedang dijalankan usaha pendidikan dan latihan bagi 5.000 orang staf Bappeda Tingkat II yang akan dilaksanakan di empat Pusat Latihan Regional Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dal a m Negeri dan Pusat-pusat Pendidikan dan Latihan dibeberapa Daerah Tingkat I. Dari empat Pusat Latihan Regional yang dimaksud yang telah berfungsi adalah yang berlokasi di Yogyakarta, Ujung Pandang dan Medan (yang akan dipindahkan ke Bukittinggi). Di samping itu sejak tahun 1981/82 telah dididik para instruktur yang akan bertugas pada Pusat Latihan Regional tersebut. Hal lain yang telah dilaksanakan dalam rangka mengatasi kekurangan pegawai bagi Bappeda, adalah usaha pengangkatan calon Pegawai Negeri Sipil Pusat yang dipekerjakan pada Bappeda Tingkat I dan Tingkat II menjadi pegawai yang diperbantukan. Dalam tahun 1979/80 telah diangkat 843 orang calon pegawai yang pada akhir Repelita III telah meningkat menjadi orang dan sebagian masih dalam proses untuk pengesahannya. 2. Pendidikan dan Latihan Pegawai Salah satu usaha/kegiatan dalam rangka pembinaan aparatur pemerintah adalah pendidikan dan latihan pegawai. Pendidikan Ada latihan pegawai telah dilaksanakan secara terus menerus, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, untuk mewujudkan aparatur pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa. Selama Repelita III usaha-usaha pendidikan dan latihan yang telah dilaksanakan dilingkungan Departemen Dalam Negeri meliputi: pendidikan regular, pendidikan non regular, pendidikan dan latihan yang mendapat bantuan luar negeri adalah latihan perencanaan dan tatalaksana pembangunan regional, pendidikan kader dan kursus-kursus baik yang diselenggarakan ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Untuk pendidikan dan latihan penjenjangan selama Repelita III telah dilakukan antara lain sebagai berikut : a). Pendidikan regular yang diikuti oleh sebanyak 1.825 orang yang terdiri dari: peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA) sebanyak 132 orang, peserta Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA) sebanyak 320 orang dan peserta Sekolah Pimpinan Administrasi

859

Tingkat Lanjutan (SEPALA) sebanyak 1.373 orang. Khusus pada tahun 1983/84, SESPA tidak diadakan, sedangkan untuk SEPADYA telah dididik 103 orang dan SEPALA 286 orang.

b).

Pendidikan non regular yang meliputi pelbagai kursus dan pendidikan diikuti oleh sebanyak 11.248 orang yang antara lain meliputi: pendidikan calon pengajar APDN/IIP, kursus manajemen DIKLAT (Pendidikan dan Latihan), kursus orientasi pembangunan bagi Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, kursus kepala kelurahan, kursus perencanaan perkotaan, kursus kependudukan dan lingkungan hidup, kursus pengelolaan perlengkapan, pendidikan mantri polisi pamong praja sebagai pembantu jaksa, kursus pembangunan desa, kursus tata desa, kursus kepala sub direktorat pembangunan desa kabupaten/kotamadya, kursus pengurusan hakhak tanah, kursus land use lanjutan I dan II, kursus manajemen perusahaan daerah, kursus pengawasan umum, kursus pengawasan materiil, kursus pengawasan bidang sosial politik, penataran P-4, penataran sosial politik, kursus dasar penggalangan sosial politik, kursus kader pimpinan Hansip, pendidikan pemerintahan Timor Timur, dan lain sebagainya. Pendidikan dan latihan yang mendapat bantuan dari luar negeri adalah proyek latihan perencanaan dan tata laksana pembangunan regional diikuti oleh 2.743 orang, yang meliputi pelbagai kursus dan latihan antara lain: latihan singkat perencanaan pembangunan daerah ( d i Jakarta), latihan singkat perencanaan pembangunan daerah (di propinsi), latihan keterampilan manajemen, latihan manajemen proyek, latihan tata guna tanah, latihan teknik perencanaan, dan lain sebagainya. Pada tahun anggaran 1983/84 telah diadakan latihan singkat perencanaan pembangunan daerah (di Jakarta) untuk 40 orang, latihan keterampilan manajemen untuk 47 orang, dan latihan manajemen proyek untuk 24 orang. Pendidikan kader dilaksanakan melalui Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) sebanyak 1.552 orang yang di dalam tahun 1983/84 mencapai 108 orang, Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) sebanyak 5.492 orang, dan Akademi Agraria sebanyak 634 orang yang di dalam tahun 1983/84 mencapai 194 orang, sehingga pegawai yang dididik melalui jalur pendidikan ini seluruhnya berjumlah 7.678 orang.

c).

d).

e). Kursus-kursus yang dibiayai dari anggaran rutin seperti kursus Sandi, kursus fotogrametri, kursus perkantoran,

860

kursus kepegawaian, kursus administrasi keuangan, kursus perpajakan, latihan prajabatan dan lain sebagainya, diikuti oleh sebanyak 2.165 orang. Di samping itu di bidang keuangan daerah sejak tahun 1982/83 telah diselenggarakan Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi aparat keuangan di Daerah Tingkat II (pimpinan biro keuangan dan pimpinan dinas pendapatan daerah) seluruh Indonesia. Sampai dengan bulan Juni 1984 telah dilatih 203 orang. Latihan Keuangan Daerah ini diselenggarakan dalam rangka kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Inggris. 3. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan (Pamong Praja)

Dari tahun ketahun pemerintah terus berusaha untuk men i ngkatkan pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan jasa pemerintahan kepada masyarakat di Daerah Tingkat I sampai Tingkat Desa/Kelurahan. Untuk meningkatkan pelayanan tersebut serta meningkatkan gairah kerja aparatur pemerintah di Daerah diperlukan penyempurnaan prasarana fisik seperti prasarana fisik perkantoran dan fasilitas lainnya, serta mobilitas dan alat kantor lainnya. Karena keterbatasan dana, maka khusus dalam rangka pemba-ngunan prasarana fisik pamong praja ditempuh kebijaksanaan secara patungan, dimana Pemerintah Daerah menyediakan tanah sedangkan dana pembangunan gedung disediakan oleh Pemerintah Pusat walaupun ada kalanya juga sebagian dari dana pembangun-an gedungnya ditambah sendiri oleh Pemerintah Daerah. Dalam hal ini prioritas diberikan kepada Daerah, terutama kecamatan dan Daerah Tingkat II, yang keadaan fisik gedung kantornya dan/atau rumah jabatannya belum ada atau tidak memenuhi per-syaratan. Bantuan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Da-erah untuk pembangunan gedung didasarkan kepada suatu standar luas tertentu dan tidak bertingkat, namun kepada Daerah dibe-rikan kelonggaran dapat membangun kantor yang lebih luas dan atau bertingkat atas beban anggaran Daerah sendiri. Standar luas bangunan kantor serta rumah jabatan tersebut secara ber-tahap telah disesuaikan dengan kebutuhan. Selama Repelita III telah dibangun 598 buah Kantor Camat, 517 buah Rumah Jabatan Camat, 10 buah Kantor Walikotamadya, 6 buah Rumah Jabatan Walikotamadya, 58 buah Kantor Bupati dan 52 buah Rumah Jabatan Bupati (Tabel XIV 10). Di samping itu telah dibangun pula 8 buah Kantor Lintas Batas, 8 buah Kantor

861

TABEL XIV - 10 PERKEMBANGAN PENYEMPURNAAN PRASARANA FISIK PEMERINTAHAN (PAMONG PRAJA), 1979/80 - 1983/84

1) 2)

Angka kumulatif Repelita II Tidak termasuk Timor Timur

862

Walikota Administratif, 7 buah Rumah Jabatan Walikota Administratif, 553 buah Kantor Kelurahan dan 327 Kantor Desa. Selanjutnya telah pula diberikan bantuan dalam pembangunan 3 buah Kantor Gubernur, 4 buah Rumah Jabatan Gubernur, 7 buah kantor Pembantu Gubernur, 1 buah Rumah Jabatan Pembantu Gubernur. Dalam tahun anggaran 1983/84 telah dibangun 161 buah Kantor. Camat, 114 buah Rumah Jabatan Camat dan 5 buah Kantor Bupati. Adapun alat kantor yang telah diberikan adalah alat telekomunikasi yang berbentuk PABX untuk 17 Daerah Tingkat II, di samping itu telah pula diberikan bantuan untuk pengadaan meu-belair. Untuk keperluan mobilitas dalam pelaksanaan tugas disediakan secara bertahap kendaraan bermotor roda 2, motor tempel (motor boat) dan sepeda untuk para polisi pamong praja yang telah mengikuti penataran sebagai pembantu jaksa. Sesuai. dengan kebijaksanaan pemerintah yang baru maka sejak 1983/84 tidak disediakan lagi kendaraan bermotor bagi perorangan. Dengan bertambah besarnya kota-kota, dan meningginya gedung-gedung, maka dalam rangka mengatasi bahaya kebakaran, secara selektif kepada Pemerintah Kabupaten dan Kotamadya diberikan bantuan mobil pemadam kebakaran. Karena terbatasnya dana anggaran yang tersedia dan banyaknya kota-kota yang memerlukan bantuan mobil pemadam kebakaran, maka pengadaannya dilakukan secara bertahap dan berangsur-angsur. Mengingat besarnya kebutuhan maka pada akhir Repelita III pengadaan mobil pemadam kebakaran dibantu dengan dana Bantuan Presiden. G. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Selama Repelita III telah dilaksanakan berbagai kegiatan penelitian regional dan daerah dan mencakup kegiatan pemerintahan dalam negeri yang meliputi. aspek-aspek kelembagaan dan tata laksana, otonomi daerah serta pemerintahan dan pembangunan desa. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri telah bekerjasama dengan perguruan tinggi di samping melaksanakan kegiatan penelitian sendiri. Selama Repelita III telah dilaksanakan beberapa proyek penelitian yaitu

863

a). Proyek

penelitian dan pengembangan pemerintahan Dalam Ne-geri yang bertujuan menemukan metodologi pelaksanaan fungsi Departemen Dalam Negeri untuk melancarkan jalannya pemerintahan dan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya dan tersusunnya rekomendasi bagi pimpinan sebagai bahan untuk menyusun kebijaksanaan dalam menyelenggarakan pemerintah-an dan pembangunan serta memperlancar pelaksanaan opera-sionalnya. Jumlah judul kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dalam proyek ini adalah sebanyak 69 judul, dan 7 diantaranya dilaksanakan dalam tahun 1983/84. penelitian dan pengembangan otonomi daerah yang bertujuan memperoleh. data dan informasi serta rekomendasi sebagai bahan perumusan kebijaksanaan dalam rangka pe-ngembangan otonomi daerah. Dalam proyek ini telah dilak-sanakan sebanyak 9 judul kegiatan penelitian dan 2 dian-taranya dilaksanakan dalam tahun 1983/84. penelitian dan pengembangan pemerintahan desa yang bertujuan memperoleh data dan informasi serta rekomendasi bagi perumusan kebijaksanaan dalam rangka pembinaan dan pengembangan pemerintahan desa. Sebanyak 10 judul kegiat-an penelitian telah dilaksanakan dalam proyek ini dan 2 diantaranya dilaksanakan dalam tahun 1983/84. penelitian struktur organisasi pemerintahan kota yang bertujuan memperoleh data dan informasi serta reko-mendasi dalam rangka pembinaan dan pengembangan struktur organisasi pemerintahan kota dan penentuan tipologi kota. Jumlah judul kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dalam proyek ini adalah sebanyak 9 judul, dan 2 diantara-nya dilaksanakan dalam tahun anggaran 1983/84.

b). Proyek

c). Proyek

d). Proyek

e)

Proyek penelitian dan pengembangan pertanahan yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi serta rekomendasi yang digunakan sebagai bahan perumusan kebijaksanaan di bidang pertanahan. Dalam proyek ini telah dilaksanakan sebanyak 20 judul kegiatan penelitian dan 3 diantaranya dilaksanakan dalam tahun anggaran 1983/84.

Dengan demikian maka dalam Repelita III kegiatan dalam bidang penelitian dan pengembangan mencakup penelitian tentang pemerintahan umum dan otonomi daerah, sosial politik, pemerintahan dan pembangunan desa, pembangunan daerah dan perkotaan; kelembagaan, pertanahan dan penelitian lain yang

864

berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Departemen Dalam Negeri Selain itu telah dilaksanakan penelitian mengenai pengembangan pemerintahan di Timor Timur.

H.

PEMBANGUNAN PROPINSI TIMOR TIMUR 1. Pendahuluan

Sejak dimulainya pembangunan di Propinsi Timor Timur, terutama dalam Repelita III, telah banyak usaha-usaha pembangunan yang dilaksanakan untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Pelaksanaan pembangunan selama Repelita III telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan baik di bidang pemerintahan maupun di bidang ekonomi dan sosial budaya. Keadaan keamanan dan kondisi sosial politik semakin bertambah mantap, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama diharapkan Propinsi Timor Timur telah dapat sejajar dengan propinsi-propinsi lainnya. Usaha-usaha pembangunan yang dilaksanakan meliputi semua sektor pembangunan dan meliputi seluruh wilayah Timor Timur. Di bidang pemerintahan misalnya, telah dilaksanakan penyempurnaan administrasi pemerintahan daerah, sehingga roda pemerintahan telah dapat berjalan lebih baik mulai dari tingkat Propinsi sampai di tingkat kecamatan dan desa. Di samping itu peningkatan aparatur pemerintah terus dilaksanakan baik dalam h a l jumlah maupun mutunya. Sampai akhir tahun anggaran 98/84 telah dapat diselesaikan pengangkatan pegawai sipil yang bertugas di seluruh jajaran pemerintah daerah Timor Timur sebanyak 9 . 6 1 7 orang. Di bidang pendidikan, telah banyak putra-puteri Timor Timur yang telah lulus tingkat sarjana muda, dan beberapa sarjana lengkap. Dalam bidang pendidikan, jika pada tahun 1978/79 hanya terdapat 37 buah SD, maka pada tahun 1983/84 jumlah tersebut meningkat menjadi 400 buah. Pada tahun yang lama tingkat SMTP hanya 2 buah dan SMTA belum ada. Pada tahun 1983/84 telah dibangun SMTP 35 buah, SMTA 7 buah. Di bidang kesehatan selama Repelita III telah dibangun 42 Puskesmas baru, 102 Puskesmas Pembantu, 52 buah Balai Pengobatan, 3 buah Rumah Sakit Umum. Produksi pertanianpun meningkat dengan cukup menggembi-

865

rakan. Misalnya Jika pada tahun 1978/79 produksi padi dan jagung hanya berjumlah masing-masing 8.259 ton dan 13.444 ton, maka pada tahun 1983/84 meningkat masing-masing menjadi 42.556 ton dan 50.265 ton. Sejalan dengan meningkatnya pelaksanaan pembangunan di segala sektor di daerah propinsi Timor Timur, anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk daerah tersebut selalu meningkat setiap tahun. Secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika pada tahun 1978/79 jumlah alokasi anggaran untuk Timor Timur adalah Rp. 7,5 milyar, maka pada tahun 1979/80 naik menjadi Rp. 9,2 milyar (+ 22,7%). Tahun 1980/81 meningkat lagi menjadi Rp. 19,4 milyar (110,9%), pada tahun 1981/82 menjadi Rp. 29,5 milyar.(+ 52%),.pada tahun 1982/83 naik lagi menjadi Rp. 41,144 milyar (+ 39,4%). Dan tahun terakhir Repelita III (1983/84) menjadi Rp. 41,963 milyar. (+2,0%). Rata-rata kenaikan alokasi anggaran per tahun selama Repelita III adalah sebesar kurang lebih 45,4%. Perkembangan alokasi anggaran untuk propinsi Timor. Timur sejak tahun 1979/80 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat pada label XIV - 11. 2. Pelaksanaan Pembangunan Tahun 1979/80 - 1983/84 a. Bidang Pemerintahan Kegiatan bidang pemerintahan yang telah dilakukan selama ini adalah memantapkan kondisi sosial politik dan administrasi serta aparatur pemerintah daerah. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1983 dan Nomor 11 Tahun 1983 telah diangkat sejumlah 4.642 orang Pegawai Negeri Sipil yang berasal dari putera daerah Timor Timur yang sebagian besar terdiri tenaga administrasi, guru-guru dan tenaga di bidang kesehatan. Jumlah pegawai negeri sipil yang pengangkatannya telah diselesaikan sejak tahun 1976/77 - 1983/84 adalah sebanyak 9.617 orang. Dalam rangka usaha penanggulangan penduduk yang terkena musibah keganasan gerombolan pengacau keamanan, pada tahun 1983/84 telah dikembalikan pengungsi Atauro ke kampung masing-masing sebanyak 1.000 KK (4.000 orang). Kepada mereka masih diberikan bantuan biaya hidup, bantuan peralatan pertanian dan bibit yang diperlukan sampai pertanian yang dikerjakan mendapat hasil. Program PKK serta usaha peningkatan peranan wanita terus dilakukan dengan mengadakan kursus keterampilan P2WKSS di desa-desa. Peningkatan pendidikan dan keterampilan aparatur pemerintah terus dilaksanakan setiap tahun. Pendidikan pemerin-

866

TABEL XIV - 11 ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR, 1978/79 - 1983/84 (ribuan rupiah)

*) Angka APBN

867

tahan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar pada para pejabat/staf pemerintahan daerah Tingkat I Timor Timur, mengenai sistem pemerintahan daerah secara menyeluruh. Untuk tahun 1983/84 telah diselenggarakan berbagai penataran, seperti penataran P-4 bagi para pemuka tokoh masyarakat, pemuka agama, serta para generasi muda di samping aparatur pemerintah sendiri. Dalam rangka usaha membantu penduduk di, daerah yang terpencil dan yang mengalami gangguan, keamanan GPK, selama Repelita III telah dilaksanakan pemukiman kembali penduduk sebanyak 2.227 KK ke daerah-daerah yang lebih baik untuk masa depan mereka. b. Bidang Pendidikan Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), maka pendidikan di Timor Timur diarahkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Naha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, selama Repelita III telah tersedia 407 buah gedung SD yang terdiri dari 1.652 ruang belajar, dengan 2.646 orang guru SD, dan murid SD sejumlah 99.430 anak. Di samping itu SLTP yang sudah ada berjumlah 35 buah, dengan murid sebanyak 8.067 anak, dan 431 tenaga pengajar. Jumlah SLTA yang sudah ada sebanyak 7 buah, dengan 1.713 orang murid dengan 105 orang tenaga pengajar. Dalam tahun 1983/84 telah diberikan beasiswa kepada 49 orang pelajar/mahasiswa yang menuntut pelajarannya di luar daerah Timor Timur antara lain dalam bidang-bidang pertanian, teknik, dan pemerintahan, diberbagai akademi dan perguruan tinggi, sedangkan untuk pengadaan guru selama tahun 1983/84 telah diberikan pula beasiswa kepada 414 orang putra daerah yang dididik di SPG Dilli. Di samping itu dalam rangka peningkatan mutu dan keterampilan guru telah diselenggarakan penataran kepada 1.020 orang guru di samping diselenggarakannya kursus KPG di Dili. Selain usaha-usaha peningkatan mutu guru maka dalam tahun 1983/84 telah diadakan pengadaan 70.000 buah buku sebagai sa-rana pelengkap dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan non formal kepada siswa untuk berbagai tingkat keahlian seperti tukang kayu, tukang batu, elektronik, instalator listrik, montir motor, tukang jahit, ukir-ukiran dan lain sebagainya terus ditingkatkan dan dilakukan secara terpadu melalui kerjasama antar Departemen.

868

c. Bidang Kesehatan Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah Timor Timur Pemerintah telah mengadakan usaha-usaha untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata serta terjangkau oleh masyarakat. Selama Repelita III berbagai hasil positip secara bertahap telah dapat dicapai antara lain telah selesai dibangun 3 buah Rumah Sakit Kabupaten, 42 buah Puskesmas, 102 buah Puskesmas Pembantu, 52 buah Balai Pengobatan. Di samping itu telah selesai pula dibangun Kantor Kanwil Departemen Kesehatan di Dili. Dalam rangka peningkatan keterampilan tenaga paramedis pada tahun 1983/84 telah dilaksanakan pendidikan lanjutan tenaga paramedis 10 orang di Jakarta, latihan bagi 100 orang naga Pos Kesehatan, dan latihan pengelolaan alat dan sarana kesehatan untuk 20 orang di Dilli. Di samping itu Sekolah Perawat Kesehatan Dilli telah menghasilkan sebanyak 27 orang tenaga kesehatan. Tenaga-tenaga tersebut telah ditempatkan di puskesmas-puskesmas di daerah. d. Bidang Sosial

Bidang kesejahteraan sosial di Propinsi Timor Timur telah meningkatkan pelayanan sosial kepada masyarakat yang mengalami berbagai masalah sosial akibat kemiskinan, keganasan GPK, keterlantaran dan keterbelakangan. Guna menunjang maksud tersebut maka selama Repelita III telah ditingkatkan berbagai sarana dan prasarana sosial untuk pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat yang membutuhkan. Di samping itu juga telah dilaksanakan berbagai usaha bimbingan dan penyuluhan kesejahteraan sosial bagi masyarakat agar lebih mampu dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi sosialnya di lingkungan masyarakatnya. Selama tahun 1983/84 telah dikirim sebanyak 98 orang anak terlantar ke panti asuhan di luar Timor Timur. Di samping itu telah. kembali 65 orang anak yang telah selesai dididik di berbagai panti asuhan di luar Timor Timur ke tempat asalnya. Sebanyak 3400 orang anak terlantar dan para cacat yang berada di Dilli: telah mendapatkan santunan dengan sistem luar pantiasuhan. Di samping itu untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan wanita agar dapat memenuhi kebutuhan. hidupnya

869

sendiri telah diberikan pendidikan keterampilan kepada 2.000 orang wanita. Sekaligus dalam usaha peningkatan kesejahteraan sosial di Timor Timur dilakukan pula pembinaan terhadap 400 orang Generasi Muda, serta pemberian perangsang kesejahteraan sosial bagi 1.240 orang peserta. e. Bidang Pertanian dan Pengairan Tujuan pembangunan bidang pertanian dan pengairan di Propinsi Timor Timur adalah untuk meningkatkan produksi pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan ekspor dan meningkatkan pendapatan sebagian besar rakyat di daerah ini. Untuk mencapai tujuan tersebut maka selama Repelita III telah diadakan usaha-usaha perluasan areal pertanian, rehabilitasi prasarana pertanian serta pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian. Perluasan areal pertanian pangan selama Repelita III menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Pada tahun 1983 luas areal tanaman pangan berjumlah 21.530 ha, dibandingkan tahun 1979 hanya seluas 13.798 ha. Dengan demikian terdapat peningkatan seluas 7.542 ha. Dengan dilaksanakannya rehabilitasi dan pembangunan baru irigasi sedang kecil dan sederhana, maka produksi pangan pada tahun 1983 meningkat dari 15.921 ton pada tahun 1979 menjadi 52.556 ton tahun 1983. Produksi jagung pada tahun 1979 berjumlah 31.360 ton meningkat menjadi 68.200 ton pada tahun 1982 yang berarti kenaikan 117,5%. Namun pada tahun 1983 produksi jagung turun menjadi 50.265 ton. Hal tersebut terjadi menurut dugaan sementara karena adanya kecenderungan perobahan pola pertanian jagung ke pertanian padi sawah. Usaha peningkatan populasi ternak belum sepenuhnya berhasil, namun telah mulai menunjukkan adanya perobahan yang menggembirakan. Ratio jumlah ternak terhadap penduduk berangsur-angsur telah naik dari 0,2 menjadi 0,3. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi peternakan tersebut antara lain dengan mendatangkan bibit ternak dari luar Propinsi Timor Timur, penekanan terhadap angka kematian melalui vaksinasi, penyuluhan dan mencegah pemotongan liar. Dalam rangka usaha meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas, tahun 1983/84 telah dilaksanakan pembangunan Balai Benih Induk (BBI), Brigade Proteksi Tanaman (BPT), Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di 6 lokasi serta perumahan bagi PPM, PPS, dan PPL. Di samping itu juga telah dilaksanakan penyuluhan-penyuluhan kepada para petani melalui sistem demplot di kabupaten-kabupaten. Penyediaan

870

alat-alat pertanian serta pemeliharaan alat-alat traktor yang ada terus dilaksanakan. f. Bidang Perhubungan dan Pariwisata Bidang perhubungan memegang peranan yang sangat penting terutama dalam rangka membebaskan daerah-daerah terpencil sehingga dapat berhubungan dengan daerah tetangganya yang akhirnya menuju kepada peningkatan lalu-lintas manusia, bar a n g dan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selama Repelita III di bidang perhubungan dan pariwisata telah dilaksanakan pembangunan sarana-sarana perhubungan baik darat, laut dan udara serta sarana penunjang seperti kegiatan bangunan di bidang meteorologi dan geofisika, antara lain lapangan terbang Komoro telah selesai dibangun dan dapat didarati pesawat jenis Fokker 28. Dalam bidang perhubungan laut telah selesai dilaksanakan rehabilitasi pelabuhan Dili serta berbagai fasilitasnya. Untuk memperlancar bongkar muat barang-barang di pelabuhan pada tahun 1983/84 telah diperlebar alur masuk kapal ke pelabuhan Dili. Pembangunan sebuah kapal panda telah dilaksanakan. Disamping itu survai pembangunan pelabuhan laut di Baucau dan Los Palos sedang dalam pelaksanaan untuk menentukan lokasi dermaga di bagian timur Propinsi Timor Timur. Di bidang perhubungan darat. kegiatan diarahkan kepada penunjangan keselamatan lalu lintas jalan raga seperti pendirian rambu-rambu jalan dan keselamatan arus lalu-lintas jalan raya. Dalam rangka memperlancar hubungan arus lalu lintas orang dan barang (terutama 9 bahan pokok) antar daerah selama Repelita III telah ditingkatkan jalan kabupaten sepanjang 220 km dan 13 buah jembatan(525 m). Untuk mempercepat perhubungan kabupaten dan kecamatan telah dilaksanakan pembangunan penunjangan jalan sepanjang 1.244 km melalui program Inpres Penunjangan Jalan. Dalam bidang pelayanan Pos dan Telekomunikasi telah dibangun sebuah Kantor Pos di Dili dan beberapa Kantor Pos Pembantu, sedangkan Kantor Telekomunikasi yang baru akan segera dibangun di Dili sebagai pengganti kantor yang lama. g. Bidang Air Bersih dan Perumahan Rakyat Usaha peningkatan penyediaan air bersih ditujukan kepada penduduk baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan. Untuk menjamin tersedianya air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan, selama Repelita III telah diting-

871

katkan penyediaan air bersih di kota Dili (56 liter/detik), Baucau (51 liter/detik) dan Maliana (7 liter/detik). Dalam tahun 1983/84 telah dilaksanakan pengadaan dan pemasangan pipa CIP + 8.000 m, pembangunan intake dan reservoir dengan kapasitas 100 m3. Di bidang perumahan rakyat, oleh Perum Perumnas telah selesai dibangun rumah sederhana sebanyak 564 buah di Dilli. Di samping itu dalam rangka membantu rakyat yang terkena musibah akibat keganasan gerombolan pengacau telah dibangun rumah sebanyak 1.500 buah, tersebar di beberapa kabupaten. h. Bidang Penerangan Dalam rangka meningkatkan dan memperluas pelayanan penerangan ke semua daerah sampai ke pedesaan, selama Repelita III telah ditingkatkan kegiatan penerangan mengenai pembangunan dan pemerintahan melalui prasarana penerangan yang sudah selesai dibangun antara lain Stasiun Relay TVRI 7 buah, Puspenmas dan RRI di Dili. Untuk memperluas daya cakup penerangan di Propinsi Timor Timur tahun 1983/84 telah dilaksanakan beberapa kegiatan penerangan, antara lain penerbitan posterposter serta pamflet, spanduk yang ditujukan kepada masyarakat yang terkena gangguan keamanan. Di samping itu juga diadakan acara tatap muka dengan masyarakat untuk menjelaskan tentang kemajuan pembangunan dan pemerintahan di Propinsi Timor Timur. i. Bidang Keagamaan Selama Repelita III, pembangunan di bidang keagamaan di Propinsi Timor Timur dilaksanakan dengan peningkatan prasarana dan bimbingan kehidupan beragama bagi seluruh rakyat. Untuk mencapai maksud tersebut di atas, sampai tahun 1983/84 telah dilaksanakan perbaikan gereja Katolik sebanyak 143 buah, perbaikan gereja Protestan 54 buah, perbaikan mesjid 45 buah, dan sejumlah Pura/tempat ibadah Hindu. Di samping itu kepada para rohaniawan diberikan Juga bantuan seperlunya. j. Bidang Lain-lain Bidang lain-lain seperti kelistrikan, perindustrian, peningkatan peranan wanita, dan perdagangan selama Repelita III juga terus ditingkatkan secara bertahap. Untuk meningkatkan kapasitas tenaga listrik telah dilaksanakan penambahan prasarana dan saran kelistrikan di daerah-daerah kabupaten. Di samping itu juga telah dilaksanakan program listrik masuk desa pada beberapa kabupaten antara lain Dili, Maliana, Manatuto,

872

dan lain-lain. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat, dengan memperbaiki industri yang rusak seperti pabrik roti, pabrik kopi bubuk, pabrik pertenunan, dan lain-lain. Juga telah dilaksanakan peningkatan bagi para pengrajin melalui pendidikan dan ketrampilan untuk dapat lebih berkembangnya industri kecil dan kerajinan rakyat di daerah-daerah. Peningkatan perdagangan telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan antara l a i n dengan terciptanya stabilitas harga 9 bahan pokok baik kota maupun di pedesaan. Realisasi ekspor komoditi kopi sejak tahun 1979 berangsur-angsur menunjukkan kenaikan. Pada tahun 1979 volume ekspor kopi hanya 2.569 ton, sedang tahun 1983 telah meningkat menjadi 5.505,5 ton. Perdagangan ekspor komoditi lain yang mulai berkembang adalah kopra dan kemiri

873

Anda mungkin juga menyukai