Anda di halaman 1dari 4

LK 1.

Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

NAMA HERY KURNIAWAN PUTRA

INSTANSI SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HULU


KABUPATEN LANDAK, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Petunjuk:
1. Bacalah materi tentang Konsep Dasar Pendidikan Inklusif yang sudah peserta
bimtek unduh! Jawablah pertanyaan yang diberikan berdasar berbagai sumber
referensi yang relevan!.
2. Jawaban diunggah ke LMS dalam bentuk PDF.
3. Berilah nama file jawaban LK dengan format: Nama_Judul Sub Materi. Misal:
Agus Setiawan_Konsep Dasar Pendidikan Inklusif
1. Setelah membaca materi hakikat pendidikan inklusif, menurut anda apakah
landasan filosofis, yuridis dan empiris sudah mampu memberikan kondisi
yang ideal bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif?
Jawab:
Pendidikan inklusif berdasarkan landasan filosofis, yuridis, dan empirisnya
pada dasarnya menurut saya telah menyediakan ruang yang terbuka lebar bagi
kondisi ideal peserta didik dengan kebutuhan khusus untuk mendapatkan
haknya bersekolah di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Hal ini
tertuang secara jelas dalam segala aspek, baik itu filosofis, yuridis, maupun
empiris yang pada dasarnya telah mengakomodir terselenggaranya pendidikan
inklusif bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. Namun demikian,
implementasi dari ketiga landasan tersebut haruslah tetap terprogram,
terstruktur dan terkontrol dengan baik agar hak-hak peserta didik
berkebutuhan khusus benar-benar dapat terakomodir dengan baik di lapangan.
Mengingat realita dalam masyarakat yang masih terdapat streotipe yang
bersifat diskriminatif pada anak dengan berkebutuhan khusus yang berpotensi
menghambat implementasi nyata dari setiap landasan kedalam kegiatan di
sekolah inklusif. Sehingga, kebijakan maupun program pemerintah dalam
ranah pendidikan harus tetap dijaga agar sejalan dengan landasan-landasan
yang telah tersusun tersebut. Jika hal demikian tidak dilakukan, maka akan
tidak menutup kemungkinan implementasi pendidikan inklusif hanya bersifat
‘proyek sementara’ yang tidak berkelanjutan dalam pelaksanaannya dalam
dunia pendidikan. Program pendidikan inklusif dirasa sangat urgen untuk
dijadikan program berkelanjutan dalam jangka waktu panjang, mengingat
individu dengan berkebutuhan khusus yang harus mendapatkan haknya
sebagai warga negara tidaklah hadir hanya dalam waktu yang singkat,
melainkan akan selalu ada individu yang memerlukan pendidikan inklusif
pada setiap waktu.
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

2. Setelah membaca materi tentang sekolah ramah anak, bagaimana pengelolaan


kelas yang akan anda lakukan agar tercipta lingkungan kelas yang ramah anak
dengan setting sekolah inklusif?
Jawab:

Setiap guru atau pendidik pada hakikatnya selalu diberikan tuntutan agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menjadikan peserta didik
sebagai orientasinya. Dengan istilah Student Centered yang menjadi tuntutan,
maka sudah seyogyanya setiap guru mampu mengakomodir setiap kebutuhan
peserta didik dengan cara menyesuaikan setiap metode, muatan materi,
pelaksanaan pembelajaran di kelas maupun evaluasi pembelajaran agar
mampu diikuti oleh seluruh peserta didik di kelasnya tanpa terkecuali
(nondiskriminatif). Dalam konteks sekolah ramah anak, seperti yang telah
dijelaskan bahwa Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah yang aman,
bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin,
memenuhi, menghargai hak hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusif dan nyaman bagi perkembangan
fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak laki-laki termasuk
anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan
khusus, terutama dalam perencanaan kebijakan pembelajaran dan pegawasan,
maka guru sebagai agen penting yang harus selalu berinovasi menghadirkan
lingkungan belajar yang nyaman dan aman bagi peserta didik.
Dalam pengelolaan kelas pada konteks sekolah ramah anak dengan setting
sekolah inklusif, saya sebagai pendidik hendaklah memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi kesulitan/ hambatan yang dihadapi peserta didik secara
individual yang kemudian dijadikan bahan untuk dapat mengembangkan
metode pembelajaran dan evaluasinya. Metode pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif semua peserta didik dan evaluasi pembelajaran yang tidak
memberatkan namun tetap memberikan kebermaknaan pembelajaran ialah
salah satu langkah yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan pendidikan
inklusif. Selain itu, fasilitas fisik kelas harus haruslah diatur agar dapat diakses
oleh seluruh peserta didik secara mandiri tanpa terkecuali, misalnya; pintu
yang mudah dibuka, meja yang cukup ruang untuk melakukan pergerakan, dan
posisi tempat duduk yang rapid an nyaman bagi setiap peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran juga perlu diperhatikan. Selanjutnya ialah dalam
melaksanakan pembelajaran, saya sebagai pendidik haruslah mengedepankan
sikap ramah dan tanpa adanya penggunaan kekerasan baik itu secara fisik
maupun kekerasan yang sifatnya verbal. Dengan demikian, pembelajaran
dapat dilaksanakan lebih bermakna bagi peserta didik tanpa adanya paksanaan
maupun tindakan yang diskriminatif kepada individu tertentu dan lebih khusus
kepada peserta didik berkebutuhan khusus.
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

3. Sebutkan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana


pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif?
Jawab:
Untuk mewujudkan nilai-nilai kebersamaan dalam seting sekolah inklusif,
diperlukan suatu upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai kebersamaan
(Togetherness Values) dalam aktivitas pembelajaran maupun kegiatan di luar
pembelajaran, seperti kegiatan ekstrakurikuler, bahkan dalam momen bermain
bebas saat waktu istirahat. Dalam konteks ini, sekolah dituntut untuk dapat
memberikan makna terjadinya proses internalisasi nilai-nilai kebersamaan
pada setiap aktivitas peserta didiknya.
Manakala nilai-nilai kebersamaan dapat di internalisasikan di SPPI, maka
sekolah inklusif akan memberikan peran sebagai agen perubahan terwujudnya
masyarakat inklusif sesuai dengan filosofi bangsa Indonesia, yakni masyarakat
yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Situasi dan suasana pembelajaran yang
dibangun diatas keberagaman tetapi menuju kearah tujuan yang sama, yaitu
memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas sesuai kakarkeristik dan
kebutuhan individu peserta didik dengan menempatkan nilai kebersamaan
sebagai nilai intinya (Core value).
Indikator nilai-nilai kebersamaan dapat kita ketahui berdasarkan pada kajian
terhadap komponen program (Stainback, 1990:23), aktivitas pembelajaran
(Unesco, 1998), layanan pembelajaran (Johnsen dan Skojen, 2001:5), respon
terhadap keragaman peserta didik (Lynch, dalam Budiyanto, 2005: 42-46),
dan pola pembelajaran.
Adapun indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana
pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif sebagai berikut.
a. Sekolah menyediakan program yang layak, menantang, dan aksesible
untuk semua peserta didik, dengan tetap memperhatikan aspek kebutuhan
khusus pada setiap individu;
b. Setiap peserta didik, termasuk di dalamnya ABK, memiliki suasana yang
damai dan harmoni dalam melakukan aktivitas pembelajaran dan aktivitas
lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial;
c. Aktivitas pembelajaran di sekolah inklusif berbasis pada nilai perdamaian,
demokrasi, hak asasi maunia, dan pembangunan berkelanjutan;
d. Adanya kepekaan sosial dan kesiapan akademis dari warga sekolah untuk
senantiasa meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam
memberikan layanan pembelajaran bagi setiap peserta didik yang berbasis
pada analisis kebutuhan individu;
e. Sekolah harus merespon keragaman peserta didik secara luas, baik dalam
hal latar belakang sosial ekonomi dan budaya, pola tingkah laku, maupun
kemampuan, dan potensi yang berbeda-beda;
f. Pola pembejaran yang dilakukan di sekolah inklusif berbasis pada
pendekatan pembelajaran berpusat pada anak (Teaching Base of Students
Centre);
g. Pola pembelajaran yang berbasis pada pola kolaboratif yang sistemik, yang
melibatkan peran dari kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik, dan
masyarakat. (Hermansyah, 2014).
LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

4. Setelah membaca materi mekanisme layanan PDBK, menurut anda, model


penempatan PDBK manakah yang paling baik? Jelaskan alasannya?
Jawab:

Model penempatan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus pada dasarnya


haruslah disesuaikan berdasarkan hasil identifikasi maupun asesmen yang
dilakukan oleh ahli nya, sebagai guru, kita tidak diperkenankan untuk
melakukan penetapan setiap peserta didik berkebutuhan khusus. Namun
demikian, menurut pandangan saya, model kelas regular adalah model
penempatan yang terbaik yang dapat di implementasikan. Hal ini dikarenakan
pada model kelas reguler di sekolah inklusif anak berkebutuhan khusus belajar
dengan anak lain (normal) sehari penuh dikelas regular dengan menggunakan
kurikulum yang sama.
Implementasi model kelas reguler ini tentunya menuntut kesiapan pihak
sekolah dalam mengakomodir kebutuhan khusus peserta didik yang juga
disertai dengan tuntutan setiap guru yang juga harus siap melakukan inovasi
pembelajaran yang ramah terhadap anak berkebutuhan khusus tanpa
mengesampingkan tujuan kurikulum umum yang harus dicapainya. Dengan
model kelas reguler, anak berkebutuhan khusus dapat tetap mengikuti
pembelajaran yang sama dengan anak pada umumnya dan kompetensi capaian
yang harus dicapai juga punya standar yang sama.
Penempatan model kelas reguler bagi anak berkebutuhan khusus juga dapat
meningkatkan kompetensi sosial dan rasa percaya diri serta kesiapan anak
berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi dengan lingkungan umum. Tujuan
utama yang hendak dicapai ialah bagaimana masyarakat dapat ramah pada
anak berkebutuhan khusus bukan hanya dalam hal pendidikan namun juga
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pilihan penempatan model kelas
reguler adalah sebuah pencapaian yang paling optimal dalam rangka
mewujudkan hal tesebut.

Anda mungkin juga menyukai