Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI

DI SD IT NURUL FIKRI JUWANA


JAMARI (216020007)

Mahasiswa pasca sarjana Manajemen Pendidikan Islam

Institut Agama Islam Negeri Kudus

A. LATAR BELAKANG

Berbekal dari sebuah keprihatinan terhadap kondisi pendidikan


yang dialami oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus di wilayah sekitar
Juwana. Dan juga peluang ingin meraih sebuah keberkahan dalam
mengelola pendidikan yang jarang tersentuh oleh pengelola pendidikan.
Bahkan mungkin belum atau tidak terfikirkan oleh pengelola lembaga
pendidikan yang lain. Menjadikan manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Terpadu Nurul Fikri Juwana yang menaungi SD IT Nurul Fikri Juwana
untuk mengambil peran tersebut.
Sudah menjadi suatu kelaziman yang ada di masyarakat pada
umumnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk menambah pengetahuan
mereka di sekolah luar biasa (SLB). Namun demikian, menjadi
permasalahan jika anak berkebutuhan khusus tersebut bertempat tinggal
jauh dari sekolah luar biasa yang ada. Selain itu sebagian besar orang tua
masih, memiliki pemahaman yang kurang terhadap bagaimana seharusnya
perlakuan yang benar bagi anak berkebutuhan khusus. Sebagian lagi
kondisi orang tua anak berkebutuhan khusus berada dalam kondisi
ekonomi lemah.
Dalam rangka menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan
suatu terobosan berupa pemberian kesempatan dan peluang kepada anak-
anak berkebutuhan khusus untuk mendalami ilmu pengetahuan di sekolah
umum bersama dengan teman-teman mereka yang normal. Pola
pendidikan seperti ini biasa disebut dengan pendidikan Inklusi.
Sebagaimana yang tertuang dalam Permen Pendidikan Nasional RI Nomor
70 Tahun 2009 pasal 1, “Sistem penyenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memilki potensi kecerdasan dan/atau baka istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umunya”.
Dari Permen diatas menunjukkan bahwasannya anak berkebutuhan
khusus berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan sekolah dasar
regular/umum bersama-sama dengan anak yang tak berkebutuhan khusus
yang tinggal di sekitar sekolah tersebut.
Meskipun ada beberapa sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah
inklusi , tetapi dalam penerapannya masih belum sesuai dengan konsep-
konsep dasar penanganan anak berkebutuhan khusus secara mendasar.
Bahkan sering kali ditemukan adanya kesalahan-kesalahan praktek
terutama terkait pada aspek pemahaman, kebijakan internal sekolah,
kurikulum, serta tenaga kependidikan dan pembelajarannya.
Dari uraian diatas tentu sangat menarik untuk diteliti secara lebih
lanjut, oleh sebab itu pada artikel berikut akan menguak beberapa aspek
penting terkait pelaksanaan pendidikan inklusi di SD IT Nurul Fikri
Juwana.

B. KAJIAN PUSTAKA

Konsep Manajemen Pendidikan


Pada prinsipnya majemen pendidikan adalah suatu bentuk
penerapan manajemen atau administrasi dalam mengelola, mengatur dan
mengalokasikan sumber daya yang terdapat pada dunia pendidikan. Fungsi
administrasi pendidikan merupakan alat untuk mengintegrasikan peranan
seluruh sumber daya, guna tercapainya tujuan pendidikan dalam sebuah
konteks social tertentu. Manajemen meruapakan proses, terdiri atas
kegiatan-kegiatan dalam upaya untuk mencapai tujuan manajemen secara
efektifdan efisien.1
Sebagaiamana yang disampaikan Usman tentang pengertian
manajemen pendidikan sebagai seni dan ilmu pengelola sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 2
Karena itu manajemen merupakan tugas pimpinan dalam menggerakkan
berbagai sumber yang ada kearah sasaran yang ingin dicapai.

Pendidikan inklusi

Pada dasarnya pengertian pendidikan inklusi adalah adanya


kesempatan yang sama dalam belajar dan terakomodirnya kebutuhan-
kebutuhan semua anak tanpa ada diskriminasi apapun yang mendasarinya.
Hal ini berarti bahwasannya untuk sekolah umum /regular harus
dilengkapi untuk dapat melihat dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
peserta didik yang terdiri dari berbagai kondisi. Termasuk bagi mereka
yang secara trdisional tersingkirkan dari pergaulan. Baik dari akses
pendidikan di sekolah atau peran serta yang ada di sekolah. Menurut
Smith, tujuan pendidikan bagi siswa yang mempunyai hambatan adalah
keterlibatan yang sesungguhnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah
yang menyeluruh. Inklusi dapat diartikan penerimaan anak-anak yang
memilki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan interaksi social dan
konsep diri / Visi dan misi sekolah.3 Ini dapat diartikan bahwa pendidikan
inklusi adalah sekolah dan pendidikan harus mengakomodasi dan bersikap
tanggap terhadap peserta didik secara individual inklusivitas, ini
tergantung pada bagaimana sekolah, kepala sekolah, guru dan seluruh
peserta didik memberi perlakuan terhadap anak yang berkebutuhan
khusus.

1
Bafadal,Ibrahim, manajemen peningkatan mutu sekolah dasar, Jakarta: Bumi Aksara,
2012 hal.39
2
Ustman Husaini, Manajemen Teori Praktik & Riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2008, hal 12
3
Smiith, J. D, Inklusi : Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung: Nuasa, 2009, hal. 45
Manajemen sekolah inklusi memberikan kewenangan penuh kepala
sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi komponen-komponen
pendidikansuatu sekolah yang meliputi peserat didik, kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan
dan hubungan antara sekoalh dengan masyarakat.

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di


kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang
layak, menantang tapi sesuai kemampuan dan kebutuhan setiap siswa
maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para pendidik
agar peserta didik dapat berhasil. Lebih dari itu sekoalh inklusi adalah
tempat setiap anak diterima., menjadi bagian dari kelas maupun dengan
anggota masyarakat lainnya agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi.4

Berdasar pengertian sekolah inklusi diatas maka kepala sekolah


dituntut untuk dapat bekerja sama dengan pihak manajemen maupun para
guru untuk membuat sebuah perencanaan yang matang agar tercapai
tujuan bersama yang ingin dicapai.

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


destruktif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan
penelitianyang mengungkapkan situasi social tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknikpengumpulan data dan analisis data yang relevanyang
diperoleh dari situasi yang alamiah.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul
Fikri Juwana selama 1,5 bulan terhitung 1 November samapi 15 Desember
2021. Subyek penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu dari peneliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat Setyosari, “sampel Purposif ( Purposive
4
Depdiknas, PLB, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Jakarta:
Direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa,2007, hal. 4.
Sampling) diambil oleh peneliti apabila memiliki alas an-alasan khusus
berkenaan dengan sampel yang akan diambil”. 5 Subyek penelitian ini
meliputi : 1 orang kepala sekolah, 1 orang bagian kesiswaan, 2 orang guru
kelas , 1 orang guru pendamping khusus, 2 orang tua peserta didik.

D. TEMUAN

Program Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri


Juwana
Dalam melaksanakan program pendidikan inklusi kepala sekolah
bersama para guru menyususn program pendidikan inklusi, dimana semua
perencanaan telah tersusun dalam program. Perencanaan merupakan
penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan,
program, proyek, metode, cara, anggaran dan sebagainya yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.6
Langkah awal yang dilakukan oleh kepala Sekolah Dasar Islam
Terpadu Nurul Fikri Juwana adalah berkoordinasi dengan pengelola atau
yayasan untuk memberikan pembinaan kepada seluruh guru berkaitan
dengan pemahaman tentang pendidikan inklusi di sekolah. Koordinasi ini
juga bertujuan untuk menagendakan kegiatan yang akan mengundang
tokoh yang berkompeten di bidangnya. Pembinaan atau sosialisasi juga
diadakan kepada semua warga sekolah ,termasuk orang tua peserta didik
melalaui acara parenting yang diadakan oleh sekolah.
Penyenggaraaan pendidikan inklusi akan mengarah kepada usaha
meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya secara professional. Untuk itu kepala Sekolah
Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri Juwana mengadakan supervise baik
secara berkala/sebulan sekali maupun supervise yang dilakukan pada
kondisi-kondisi tertentu. Supervisi yang dilakukan kepala sekoalh
memungkinkan kegiatan operasional tersebut berjalan dengan baik. Hal ini
5
Setyosari,Punaji, Metode penelitian pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Prenada
Media Group, 2012, hal. 192.
6
Usman Husaini, Manajemen Teori Praktik dan Riset pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara,
2007,hal 20.
sesuai dengan pendapat Makawimbang, “Supervisi adalah suatu usaha
menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu
pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual, maupun secara
kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulir dan
membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu
dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasai modern”.7
Supervisi yang dilakukan untuk mengevaluasi kembali terhadap
apa yang telah direncanakan dan dari hasil evaluasi makaakan didapatkan
kelemahan atau kekuatan dari program pendidikan inklusi yuang telah
terlaksana di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri Juwana.

E. PEMBAHASAN

Pelaksanaan Manajemen Pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu


Nurul Fikri Juwana
Hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan observasi
langsung menunjukkan pelaksanaan manajemen pendidikann di SD IT
Nurul Fikri Juwana dalam beberapa bidang adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
A. Pihak Yayasan (Bpk. M. Abbas Fauzan)
Beliau menyatakan bahwa pertama kali ide untuk mengadakan
sekolah inklusi adalah bentuk keprihatinan terhadap kondisi yang
ada, terutama adanya pertanyaan dari masyarakat tentang sekolah
bagi anak berkebutuhan khusus. Dan kebetulan yayasan ini juga
membawahi Paud yang di dalamnya ada satu kelas yang
diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Maka pendidikan
inklusi di SD IT Nurul Fikri Juwana ini adalah sebagai lanjutan
bagi anak di kelas Paud yang berkebutuhan khusus.

7
Makawimbang,Jerry H.,Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan , Bandung Alfa
Beta, 2011, hal 72.
B. Kepala SD IT Nurul Fikri Juwana ( ibu Triastiningsih
WismaWanti)
Dalam wawancara dengan beliau, beliau menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pendidikan inklusi di SD IT Nurul Fikri Juwana masih
ada beberapa kendala, tapi bagaiamanapun kendala tersebut beliau
selaku kepala akan berusaha untuk mengatasinya agar kegiatan
sekolah tetap dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Berbagai kendala tersebut misalnya dari
pemahaman dari para guru, sarana dan prasarana dan dari para
peserta didik. Alhamdulillah dengan usaha yang dilakukan melalui
pembinaan yang dilakukan kepada para guru dapat memahamkan
mereka tentang pendidikan inklusi dan juga motivasi-motivasi
yang diberikan kepada para semua peserta didik dapat mengurangi
hal-hal yang tidak diinginkan.
C. Peserta didik (M. Fatah Athiro, peserta didik kelas 5)
Athiro menyatakan bahwa dirinya sangat senang berteman dengan
semua teman, bahkan dirinya tidak mempermasalahkan jika satu
kelompok untuk mengerjakan tugas dengan temannya yang
berkebutuhan khusus. Namun demikian kadang ada dari teman-
temannya yang memberikan penilaian kurang baik terhadap
temannya yang berkebutuhan khusus, setelah mendapat motivasi
dari guru semua akan memahaminya.
D. Anis Maqfiroh (Guru kelas 5)
Sebagai guru yang menangani anak berkebutuhan khusus secara
langsung di kelasnya, dirinya merasa sangat bersyukur.
Harapannya semoga apa yang Ia lakukan untuk anak berkebutuhan
khusus dapat memberikan bekal bagi mereka dalam menjani masa
depan mereka. Dirinya juga sangat nyaman dengan pola
pendampingan yang dikukan kepala sekolah dalam mengawal
program pendidikan inklusindi SD IT Nurul Fikri Juwana,
Terutama dalam memberikan pembinaan kepada para guru dan
memberikan motivasi kepada para siswa. Harapannya lagi semoga
ke depannya ada sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan ke
anak berkebutuhan khusus secara setara seperti apa yang dilakukan
di SD IT Nurul Fikri Juwana.
E. Orang Tua Peserta Didik (Bapak Ahmad)
Dirinya sangat bersyukur sekali ada sekoalh yang dapat
memberikan pendidikan untuk anaknya yang berkebutuhan khusus.
Pak Ahmad melihat banyak perubahan yang didapat anaknya dari
sebelum sekolah di SD IT Nurul Fikri Juwana ini. Secara adab
anaknya juga sudah mulai mengenal tata cara makan dan minum,
cara mengontrol emosi juga sudah mulai terkontrol. Ada banyak
perubahan yang di dapat anaknya selama sekolah di Sd IT Nurul
Fikri Juwana

2. Beberapa komponen yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan


pendidikan inklusi di SD IT Nurul Fikri Juwana

a. Kurikulum
Guru mata pelajaran telah memadukan kurikrikulum sesuai dengan
tingkat kemampuan, karakteristik dan kondisi dari peserta didik.
“Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum regular yang berlaku
di sekolah umum. Namun demikian karena keragaman hambatanyang
dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulai
dari yang sifatnya ringan, sedang sampai berat, maka dalam
implementasinya, kurikulum regular perlu dilakukan modifikasi
(penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.8
Jadi kurikulum yang digunakan pada kelas inklusi sama dengan
kurikulum yang digunakan pada kelas regular lainnya.

8
Depdiknas, PLB, Pedoman Umum….,hal 18
b. Peserta didik
Peserta didik berkebutuhan khusus pada Tahun ajaran 2021/2022
di SD IT Nurul Fikri Juwana berjumlah 10 anak . Adapun penerimaan
peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan dengan cara observasi
dan promosi. Observasi digunakan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus yang memang membutuhkan pendampingan secara khusus.
Jika setelah dilakukan observasi ternyata anak membutuhkan
pendampingan yang lebih intensif atau anak tersebut belum bisa
dimasukkan dalam kelas regular bersama peserta didik yang lain.
Maka pihak sekolah akan mengarahkan orang tua untuk memasukkan
anak ke Kelas Sekolah Luar Biasa Islam Terpadu Nurul Fikri Juwana.
Sistem penerimaan secara promosi/penyuluhan dilakukan kepada anak
yang berkebutuhan khusus yang masih dalam tahap ringan.
Sebagaimana yang disamapaikan Imron , “ Sistem promosi adalah
penerimaan peserta didik , yang sebelumnya tanpa menggunakan
9
seleksi”. Karena itu mereka yang mendaftar menjadi peserta didik,
tidak ada yang ditolak.
c. Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut pengamatan selama 1 bulan di SD IT Nurul Fikri Juwana
hubungan social antar orang tua sangat kuat. Hal ini terlihat pada saat
jam pulang sekolah dimana anak yang berkebutuhan khusus
menunggu untuk dijemput orang tuanya, tak jarang orang tua yang
lain menyapanya dan mengajaknya berkomunikasi . Kadang ada juga
yang menawarkan untuk diantar pulang. Ketika kegiatan acara
sharing sekolah dengan orang tua, orang tua pun tidak ada yang
mengeluhkan tentang keberadaan anak berkebutuhan khusus bersama
dengan anak tak berkebutuhan khusus.

Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusi

a. Pembiayaan Pendidikan
9
Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,hal,
44.
Hasil observasi didapatkan bahwa sarana dan prasarana di SD IT
Nurul Fikri Juwana masih dalam tahap pemenuhan atau masih kurang
lengkap. Terkait hal ini pihak sekolah memberikan alasan karena
masih dalam tahap pembangunan dan baru sebagian saja dari sarana
dan pra saran yang dapat teralokasikan dari anggaran dana yang ada.
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produktif
yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama
komponen lain. Menurut Hasbulllah, pembiayaan pendidikan adalah
“Kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan
dan belanja Pendidikan”.10
Dalam Rangka Penyelenggaraan pendidikan Inklusi, perlu
dialokasikan pembiayaan khusus, yang antara lain digunakan untuk
keperluan : Pelaksanaan belajar-mengajar, pemberdayaan peran serta
masyarakat, Kegiatan Assesment Input peserta didik, Modifikasi
Kurikulum, Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat,
pengadaan sarana pra sarana.

b. Tenaga Guru Pendamping Khusus

Tenaga guru pendampin khusus hanya terdapat 1 orang sementara


anak kebutuhan khusus yang memerlukan pendampingan berjumlah 2
orang dengan kelas yang berbeda, dan selain itu kondisi anak
berkebutuhan khusus dalam kondisi yang butuh pelayanan ringan.
Adapun tugas Guru Pendamping khusus adalah sebagai berikut :
1. Memberoikan bantuan berupa layanan khusus kepada anak-
anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam
mengikuti kegiatan pembelajarandi kelas umum,berupa
remedial maupun pengayaan.
2. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan
membuat catatan khusus jika terjadi pergantian guru.

10
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal 122
3. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman ) pada guru kelas
dan / atau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan
pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
4. Melaksanakan Asesment bersama team umntuk mendiagnosa
permasalahan ABK
5. Membuat silabus, kurikulum, dan evaluasi yamh disesuaikan
dengan kemampuan anak.11

Di samping tugas-tugas tersebut, tujuan diadakannya guru


pendamping adalah membantu mengatasi segala kesulitan yang
dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien.12

c. Sarana dan Prasarana


Dari hasil observasi peneliti di SD IT Nurul Fikri Juwana masih
ditemukan adanya kekurangan sarana dan pra sarana yang
mendukung program pendidikan inklusi. Sarana dan prasarana
pendidikan dalam pemeblajaran mempunyai fungsi sebagai alat
bantu untuk menjelaskan pesan yang disamapiakan guru. Sarana
dan pra sarana pendidikan juga berfungsi sebaagai alat
pembelajaran individual dimana kedudukan sarana dan prasarana
pendidikan sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa.

F. KESIMPULAN

Berdasar temuan peneliti dan pembahasan yang dikemukakan


diatas , selanjutnya peneliti akan menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :

1. Program kepala sekolah dalam mensukseskan pendidikan inklusi di SD


IT Nurul Fikri Juwana, merupakan program yang sangat penting dan
11
Depdiknas, PLB, Pedoman Umum…,hal,21.
12
Soejipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta,2009,hal.66
program tersebut didukung oleh semua guru dan yayasan yang menaungi
SD IT Nurul Fikri Juwana. Program Pendidikan Inklusi ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang besar kepada anak berkebutuhan
khusus dalam bidang pendidikan, jadi dapat mengurangi peluang anak
berkebutuhan khusus tidak sekolah karena alasan tempat tinggal yang
dari sekolah.
2. Terkait dengan implementasi program pendidikan inklusi di SD IT Nurul
Fikri Juwana, Kepala sekolah telah mengupayakan pelaksanaan program
yang telah disusun . Hal ini dapat diketahui melalui kegiatan perencanaan
pembuatan program , pelaksanaan program, serta pengawasan program
yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui kegiatan supervise dan
yayasan bidang pendidikan melalui evaluasi pekanan. Pengawasan ini
untuk memastikan sejauh mana program yang telah disusun ini dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan juga untuk mengetahui
sejauh mana kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan
inklusi di SD IT nurul Fikri Juwana.

Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di SD IT Nurul


Fikri Juwana meleiputi beberapa hal diantaranya : Pembiayaan
pendidikan, sarana dan prasarana, serta kurangnya tenaga guru
pendamping Khusus.

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z., Memahami Pendidikan Inklusif dan Anak Berkebutuhan


Khusus, Makalah
diterbitkan, Bandung: Jurusan PLB FIP UPI, 2005.
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2001.
Depdiknas, PLB, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif,
Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2007.
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Barbais Sekolah, Jakarta: Bumi
Aksara, 2012.
Makawimbang, Jerry H., Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: Alfa Beta, 2011.
Minarti, Sri, Manajemen Sekolah, Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 70, Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, 2009.
Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
Bandung: CV.
Alfabeta, 2010.
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,
Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Smith, J. D, Inklusi: Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung: Nuasa, 2009.
Soejipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Undang-Undang Nomor 20, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, www.
hukumonline.com, 2003.
Usman Husaini, Manajemen Teori Praktik dun Rccet Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Beberapa kegiatan yang melibatkan peran Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan yang melibatkan semua peserta didik

Anda mungkin juga menyukai