A. LATAR BELAKANG
B. KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan inklusi
1
Bafadal,Ibrahim, manajemen peningkatan mutu sekolah dasar, Jakarta: Bumi Aksara,
2012 hal.39
2
Ustman Husaini, Manajemen Teori Praktik & Riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2008, hal 12
3
Smiith, J. D, Inklusi : Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung: Nuasa, 2009, hal. 45
Manajemen sekolah inklusi memberikan kewenangan penuh kepala
sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi komponen-komponen
pendidikansuatu sekolah yang meliputi peserat didik, kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan
dan hubungan antara sekoalh dengan masyarakat.
C. METODE PENELITIAN
D. TEMUAN
E. PEMBAHASAN
7
Makawimbang,Jerry H.,Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan , Bandung Alfa
Beta, 2011, hal 72.
B. Kepala SD IT Nurul Fikri Juwana ( ibu Triastiningsih
WismaWanti)
Dalam wawancara dengan beliau, beliau menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pendidikan inklusi di SD IT Nurul Fikri Juwana masih
ada beberapa kendala, tapi bagaiamanapun kendala tersebut beliau
selaku kepala akan berusaha untuk mengatasinya agar kegiatan
sekolah tetap dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Berbagai kendala tersebut misalnya dari
pemahaman dari para guru, sarana dan prasarana dan dari para
peserta didik. Alhamdulillah dengan usaha yang dilakukan melalui
pembinaan yang dilakukan kepada para guru dapat memahamkan
mereka tentang pendidikan inklusi dan juga motivasi-motivasi
yang diberikan kepada para semua peserta didik dapat mengurangi
hal-hal yang tidak diinginkan.
C. Peserta didik (M. Fatah Athiro, peserta didik kelas 5)
Athiro menyatakan bahwa dirinya sangat senang berteman dengan
semua teman, bahkan dirinya tidak mempermasalahkan jika satu
kelompok untuk mengerjakan tugas dengan temannya yang
berkebutuhan khusus. Namun demikian kadang ada dari teman-
temannya yang memberikan penilaian kurang baik terhadap
temannya yang berkebutuhan khusus, setelah mendapat motivasi
dari guru semua akan memahaminya.
D. Anis Maqfiroh (Guru kelas 5)
Sebagai guru yang menangani anak berkebutuhan khusus secara
langsung di kelasnya, dirinya merasa sangat bersyukur.
Harapannya semoga apa yang Ia lakukan untuk anak berkebutuhan
khusus dapat memberikan bekal bagi mereka dalam menjani masa
depan mereka. Dirinya juga sangat nyaman dengan pola
pendampingan yang dikukan kepala sekolah dalam mengawal
program pendidikan inklusindi SD IT Nurul Fikri Juwana,
Terutama dalam memberikan pembinaan kepada para guru dan
memberikan motivasi kepada para siswa. Harapannya lagi semoga
ke depannya ada sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan ke
anak berkebutuhan khusus secara setara seperti apa yang dilakukan
di SD IT Nurul Fikri Juwana.
E. Orang Tua Peserta Didik (Bapak Ahmad)
Dirinya sangat bersyukur sekali ada sekoalh yang dapat
memberikan pendidikan untuk anaknya yang berkebutuhan khusus.
Pak Ahmad melihat banyak perubahan yang didapat anaknya dari
sebelum sekolah di SD IT Nurul Fikri Juwana ini. Secara adab
anaknya juga sudah mulai mengenal tata cara makan dan minum,
cara mengontrol emosi juga sudah mulai terkontrol. Ada banyak
perubahan yang di dapat anaknya selama sekolah di Sd IT Nurul
Fikri Juwana
a. Kurikulum
Guru mata pelajaran telah memadukan kurikrikulum sesuai dengan
tingkat kemampuan, karakteristik dan kondisi dari peserta didik.
“Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum regular yang berlaku
di sekolah umum. Namun demikian karena keragaman hambatanyang
dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulai
dari yang sifatnya ringan, sedang sampai berat, maka dalam
implementasinya, kurikulum regular perlu dilakukan modifikasi
(penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.8
Jadi kurikulum yang digunakan pada kelas inklusi sama dengan
kurikulum yang digunakan pada kelas regular lainnya.
8
Depdiknas, PLB, Pedoman Umum….,hal 18
b. Peserta didik
Peserta didik berkebutuhan khusus pada Tahun ajaran 2021/2022
di SD IT Nurul Fikri Juwana berjumlah 10 anak . Adapun penerimaan
peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan dengan cara observasi
dan promosi. Observasi digunakan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus yang memang membutuhkan pendampingan secara khusus.
Jika setelah dilakukan observasi ternyata anak membutuhkan
pendampingan yang lebih intensif atau anak tersebut belum bisa
dimasukkan dalam kelas regular bersama peserta didik yang lain.
Maka pihak sekolah akan mengarahkan orang tua untuk memasukkan
anak ke Kelas Sekolah Luar Biasa Islam Terpadu Nurul Fikri Juwana.
Sistem penerimaan secara promosi/penyuluhan dilakukan kepada anak
yang berkebutuhan khusus yang masih dalam tahap ringan.
Sebagaimana yang disamapaikan Imron , “ Sistem promosi adalah
penerimaan peserta didik , yang sebelumnya tanpa menggunakan
9
seleksi”. Karena itu mereka yang mendaftar menjadi peserta didik,
tidak ada yang ditolak.
c. Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut pengamatan selama 1 bulan di SD IT Nurul Fikri Juwana
hubungan social antar orang tua sangat kuat. Hal ini terlihat pada saat
jam pulang sekolah dimana anak yang berkebutuhan khusus
menunggu untuk dijemput orang tuanya, tak jarang orang tua yang
lain menyapanya dan mengajaknya berkomunikasi . Kadang ada juga
yang menawarkan untuk diantar pulang. Ketika kegiatan acara
sharing sekolah dengan orang tua, orang tua pun tidak ada yang
mengeluhkan tentang keberadaan anak berkebutuhan khusus bersama
dengan anak tak berkebutuhan khusus.
a. Pembiayaan Pendidikan
9
Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,hal,
44.
Hasil observasi didapatkan bahwa sarana dan prasarana di SD IT
Nurul Fikri Juwana masih dalam tahap pemenuhan atau masih kurang
lengkap. Terkait hal ini pihak sekolah memberikan alasan karena
masih dalam tahap pembangunan dan baru sebagian saja dari sarana
dan pra saran yang dapat teralokasikan dari anggaran dana yang ada.
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produktif
yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama
komponen lain. Menurut Hasbulllah, pembiayaan pendidikan adalah
“Kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan
dan belanja Pendidikan”.10
Dalam Rangka Penyelenggaraan pendidikan Inklusi, perlu
dialokasikan pembiayaan khusus, yang antara lain digunakan untuk
keperluan : Pelaksanaan belajar-mengajar, pemberdayaan peran serta
masyarakat, Kegiatan Assesment Input peserta didik, Modifikasi
Kurikulum, Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat,
pengadaan sarana pra sarana.
10
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal 122
3. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman ) pada guru kelas
dan / atau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan
pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
4. Melaksanakan Asesment bersama team umntuk mendiagnosa
permasalahan ABK
5. Membuat silabus, kurikulum, dan evaluasi yamh disesuaikan
dengan kemampuan anak.11
F. KESIMPULAN
REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA